Jakarta (Antaranews Babel) - Konvoi Tim Kampanye Nasional (TKN) Jokowi-Ma'ruf Amin yang dipimpin Muhammad Lutfi untuk menjemput suara berlanjut ke Philadelphia, Amerika Serikat, Minggu (10/2) waktu setempat.
Tercatat sekitar 4.000 orang Indonesia tinggal di negara bagian tersebut, demikian siaran pers yang diterima di Jakarta, Selasa.
Dalam pertemuan di area McKean, South Philly, tersebut masyarakat Indonesia mengungkapkan kekhawatirannya menyalurkan suara dalam pilpres kali ini.
"Tolong yakinkan kami yang Tionghoa dan Kristen ini, apakah keamanan kami akan terganggu bila memilih Pak Jokowi? Karena kami merasakan ancaman, kami takut nyoblos, Pak," ungkap Aldo Siahaan, warga Indonesia yang telah lama menetap di Philadelphia.
Menanggapi pertanyaan tersebut Muhammad Lutfi menjabarkan secara singkat sejarah penindakan keamanan di Indonesia di masa lalu yang menyebabkan banyak etnis Tionghoa lari dari Indonesia pada tahun 1998 juga situasi pengamanan di Indonesia saat ini.
Mantan Menteri Perdagangan itu menjelaskan bahwa salah satu misi Nawacita dari pasangan capres-cawapres nomor urut 01 ialah perlindungan bagi segenap bangsa dan memberikan rasa aman pada seluruh warga.
Wakil Direktur Penggalangan Perempuan TKN Lathifa Al Anshori menambahkan bahwa dalam strategi "Firehose of Falsehood" atau "Selang Air Comberan" yang digunakan oleh lawan politik Joko Widodo ini, segmen minoritas juga diganggu secara tidak sadar.
"Pemilu kali ini perang psikologi. Jadi, tanpa disadari sudah sejak lama bapak dan ibu dijejali informasi-informasi yang mampu melahirkan ketakutan tersebut," tuturnya.
Menurut survei yang dirilis Denny JA, persentase pemilih Jokowi-KH Ma'ruf Amin dari segmen minoritas mencapai 86,5 persen.
"Karena jumlah pendukung yang tinggi di segmen ini maka lawan politik sengaja ingin membuat bapak-ibu merasa terancam hingga tak ingin ke TPS supaya suara Pak Jokowi berkurang," ujarnya.
Keikut sertaan aktris legendaris Christine Hakim membuat masyarakat Indonesia di Philadelphia histeris dan bersuka cita. Agenda pertemuan yang berlangsung di hari Minggu itu ditutup dengan menyanyikan lagu "Tanah Airku" dan "Indonesia Pusaka" yang menimbulkan haru di antara diaspora Indonesia di Amerika Serikat.