Bus kayu dari Bangka Belitung yang disebut Pownis di Museum Timah Indonesia meraih penghargaan pada pameran Indonesia Classic N Unique Bus 2019 di Jakarta, untuk melestarikan sejarah transportasi di Indonesia.

"Alhamdulillah kita meraih penghargaan sebagai tanda terima kasih penyelenggara Incubus 2019 kepada PT Timah Tbk yang mengikutsertakan Pownis pada pameran bergengsi ini," kata Kepala Museum Timah Indonesia Taufik di Pangkalpinang, Senin.

Ia mengatakan PT Timah Tbk mengikutsertakan Pownis merupakan angkutan yang menghubungkan Pangkalpinang dan Sungailiat pada 1960 hingga 1990, untuk mengedukasi dan mendekatkan masyarakat dengan transportasi umum melalui sejarah masa lalu. 

"Alhamdulillah, masyarakat khususnya warga Pulau Bangka dan wilayah Sumatera sangat antusias kehadiran Pownis ini, karena mereka teringat dan bernostalgia kembali masa-masa menumpangi mobil antik ini," ujarnya.

Menurut dia saat ini jumlah Pownis di Museum Timah Indonesia sebanyak dua unit dan dijadikan sebagai kendaraan city tour untuk membawa wisatawan ke objek wisata sejarah di Kota Pangkalpinang.

"Kita ingin menyampaikan kepada masyarakat, bahwa kendaraan ini dulu digunakan sebagai angkutan jurusan Pangkalpinang - Sungailiat dan karena tidak beroperasi lagi, maka Museum Timah Indonesia menjadikan kendaraan antik sebagai kendaraan city tour di Kota Pangkalpinang," katanya.

Ia mengatakan "Pownis" merupakan kependekan Perusahaan Oto Warga Negara Indonesia Sungai Liat yang dibentuk oleh para pengusaha atau pemilik armada bus pada tahun 1959.

Secara fisik, bus kayu yang terpajang itu memang tidak sepenuhnya menggunakan kayu, melainkan memakai sasis dan mesin Mitsubishi Colt Diesel 100 PS tahun 1987.

Kayu-kayu jati dengan ketebalan sekira genggaman tangan orang dewasa itu digunakan pada lantai, atap, pintu dan bodi kabin penumpang. Bangku-bangku di barisan penumpang juga terbuat dari kayu.

Ruang kemudi bus kayu masih mempertahankan interior Colt Diesel 100 PS dengan lingkar kemudi yang besar, spedometer konvensional dan sebaris bangku yang memuat tiga penumpang.

Koordinator Indonesia Classic n Unique Bus (Incubus) A.M Fikri mengatakan bus dengan kabin kayu sudah jarang ditemukan di Tanah Air, kendati sempat menjadi angkutan andalan beberapa wilayah.

Menurut Fikri, bus kayu memiliki keunggulan karena menggunakan bahan kayu jati berukuran tebal sehingga memberikan kekuatan dan daya tahan yang lama.

Namun seiring hadirnya bus-bus baru, model kabin kayu jati perlahan ditinggalkan karena mahalnya biaya perawatan.

"Bus kayu dari tahun 60-an sampai 90-an masih ada. Sekarang sangat jarang," katanya. "Itu dijual karena pemiliknya sudah tak sanggup merawat. Bahan kayu jati juga mahal," katanya.
 

Pewarta: Aprionis

Editor : Rustam Effendi


COPYRIGHT © ANTARA News Bangka Belitung 2019