Majelis Ulama Indonesia Provinsi Kepulauan Bangka Belitung mengajak masyarakat untuk melestarikan "nganggung", karena tradisi tersebut dapat meningkatkan kerukunan dan persatuan umat dalam mendukung pembangunan di daerah itu.
"Tradisi yang baik ini harus tetap dijaga dan lestarikan untuk menangkal hoaks yang dapat memecah belah umat," kata Ketua MUI Provinsi Kepulauan Babel Zayadi Hamzah di Pangkalpinang, Rabu.
Ia mengatakan tradisi "nganggung" ini digelar umat Islam di Bangka Belitung setiap menyambut hari besar keagamaan Islam, seperti Idul Fitri, Idul Adha, Maulid, Isra Mi'raj Nabi Muhammad SAW, Tahun Baru Islam dan lainnya.
"Nganggung ini sebagai bentuk rasa syukur umat kepada Allah yang mencerminkan semangat kebersamaan, gotong royong, tolong menolong dan pemersatu umat dalam menuju kebaikan," ujarnya.
Menurut dia nganggung ini dilakukan dalam bentuk suka cita masyarakat yang memiliki keunikan dan kekhasan masyarakat berbudaya melayu, yaitu makanan ditempatkan di dalam dulang kemudian ditutup dengan tudung saji dan dulang tersebut hanya boleh dibawa kaum laki-laki ke masjid.
Semua dulang dijejer dengan rapi di dalam masjid, demikian juga para jamaah duduk bersila di depan dulangnya masing-masing. Setelah diawali dengan doa dan bacaan salawat nabi, kemudian dulang dibuka secara serentak setelah dipersilahkan oleh imam masjid.
"Saat ini tradisi ini di daerah perkotaan sudah mulai hilang tergerus perkembangan kemajuan zaman yang semakin moderen dan digitalisasi," katanya.
Oleh karena itu, kata dia diharapkan pemerintah daerah untuk terus mendorong masyarakat untuk melestarikan tradisi nganggung, sebagai filter dan menangkal hal-hal yang memecah belah umat, apalagi menjelang Pilpres dan Pileg pada 17 April 2019.
"Kami berharap masyarakat tetap melaksanakan nganggung ini menyambut atau merayakan hari besar keagamaan untuk menjaga tradisi yang baik ini," katanya.
Baca juga: Warga Pangkalpinang Gelar "Nganggung" Sambut Isra Mi'raj
Wakil Wali Kota Pangkalpinang, Muhammad Sopian mengatakan nganggung merupakan bentuk sikap untuk saling tolong menolong masyarakat dengan membawa dulang, yang diisi makanan dan lauk pauknya.
"Nganggung dilakukan dalam bentuk suka cita, biasanya dalam upacara adat, penerimaan tamu serta hari besar keagamaan yang sangat kental dalam adat membawa dulang," katanya.
Oleh karena itu, pemerintah kota terus berupaya melestarikan tradisi dan budaya daerah disamping sebagai bentuk pemberdayaan masyarakat di daerah ini.
"Pada HUT Kota Pangkalpinang tahun lalu, kita menggelar nganggung akbar untuk melestarikan tradisi di negeri sepitu sedulang dan membangun kebersamaan masyarakat mendukung pembangunan ibu kota provinsi ini," katanya. ***3***
COPYRIGHT © ANTARA News Bangka Belitung 2019
"Tradisi yang baik ini harus tetap dijaga dan lestarikan untuk menangkal hoaks yang dapat memecah belah umat," kata Ketua MUI Provinsi Kepulauan Babel Zayadi Hamzah di Pangkalpinang, Rabu.
Ia mengatakan tradisi "nganggung" ini digelar umat Islam di Bangka Belitung setiap menyambut hari besar keagamaan Islam, seperti Idul Fitri, Idul Adha, Maulid, Isra Mi'raj Nabi Muhammad SAW, Tahun Baru Islam dan lainnya.
"Nganggung ini sebagai bentuk rasa syukur umat kepada Allah yang mencerminkan semangat kebersamaan, gotong royong, tolong menolong dan pemersatu umat dalam menuju kebaikan," ujarnya.
Menurut dia nganggung ini dilakukan dalam bentuk suka cita masyarakat yang memiliki keunikan dan kekhasan masyarakat berbudaya melayu, yaitu makanan ditempatkan di dalam dulang kemudian ditutup dengan tudung saji dan dulang tersebut hanya boleh dibawa kaum laki-laki ke masjid.
Semua dulang dijejer dengan rapi di dalam masjid, demikian juga para jamaah duduk bersila di depan dulangnya masing-masing. Setelah diawali dengan doa dan bacaan salawat nabi, kemudian dulang dibuka secara serentak setelah dipersilahkan oleh imam masjid.
"Saat ini tradisi ini di daerah perkotaan sudah mulai hilang tergerus perkembangan kemajuan zaman yang semakin moderen dan digitalisasi," katanya.
Oleh karena itu, kata dia diharapkan pemerintah daerah untuk terus mendorong masyarakat untuk melestarikan tradisi nganggung, sebagai filter dan menangkal hal-hal yang memecah belah umat, apalagi menjelang Pilpres dan Pileg pada 17 April 2019.
"Kami berharap masyarakat tetap melaksanakan nganggung ini menyambut atau merayakan hari besar keagamaan untuk menjaga tradisi yang baik ini," katanya.
Baca juga: Warga Pangkalpinang Gelar "Nganggung" Sambut Isra Mi'raj
Wakil Wali Kota Pangkalpinang, Muhammad Sopian mengatakan nganggung merupakan bentuk sikap untuk saling tolong menolong masyarakat dengan membawa dulang, yang diisi makanan dan lauk pauknya.
"Nganggung dilakukan dalam bentuk suka cita, biasanya dalam upacara adat, penerimaan tamu serta hari besar keagamaan yang sangat kental dalam adat membawa dulang," katanya.
Oleh karena itu, pemerintah kota terus berupaya melestarikan tradisi dan budaya daerah disamping sebagai bentuk pemberdayaan masyarakat di daerah ini.
"Pada HUT Kota Pangkalpinang tahun lalu, kita menggelar nganggung akbar untuk melestarikan tradisi di negeri sepitu sedulang dan membangun kebersamaan masyarakat mendukung pembangunan ibu kota provinsi ini," katanya. ***3***
COPYRIGHT © ANTARA News Bangka Belitung 2019