Dinas Pendidikan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung akan memecahkan Rekor Muri Tari Campak yang merupakan tari pergaulan masyarakat Babel dalam rangka memperingati Hari Pendidikan Nasional 2019 di daerah itu.

"Insya Allah, besok kita akan memecahkan rekor Muri tari campak," kata Kepala Dinas Pendidikan Provinsi Kepulauan Babel Muhammad Soleh saat pembukaan Gebyar Pendidikan 2019 di Pangkalpinang, Senin sore.

Ia mengatakan pemecahan rekor muri ini merupakan rangkaian kegiatan Gebyar Pendidikan Babel 2019 dimulai Senin (29/4) hingga Kamis (2/5) yang diikuti siswa SD hingga SLTA tersebar Kota Pangkalpinang, Kabupaten Bangka, Bangka Barat, Bangka Tengah, Bangka Selatan, Belitung dan Belitung Timur.

"Tari campak ini akan diikuti sekitar 1.700 siswa-siswi se-Provinsi Kepulauan Bangka Belitung," katanya.

Menurut dia saat ini tim dari Muri sudah hadir dan Selasa (30/4) sekitar 09.00 WIB, tim ini akan melihat langsung pemecahan rekor muri tarian pergaulan masyarakat daerah penghasil bijih timah nomor dua terbesar dunia ini.

"Kami berharap seluruh lapisan masyarakat mendukung kegiatan pemecahan rekor muri ini dan mudah-mudahan besok bisa terlaksana dengan baik sesuai harapan kita semua," katanya.

Ia menyatakan tari campak merupakan tarian tradisional dari daerah kepulauan Bangka Belitung yang menggambarkan keceriaan dalam pergaulan remaja Tarian ini biasanya dibawakan oleh para penari pria dan wanita dengan ekspresi dan gerakan yang menggambarkan kegembiraan. Tarian campak ini biasanya dipentaskan dalam acara-acara seperti penyambutan tamu besar, pernikahan dan lain-lain.

Sementara itu, sejarah tari campak ini awalnya berasal dari kepulauan Riau. Kemudian dibawa dan dikembangkan di Bangka Belitung oleh seorang bernama Nek Campak, sehingga tarian ini dikenal dan sering disebut tari campak. Pada jaman penjajahan bangsa portugis, tarian ini kemudian mengalami akulturasi budaya.

Percampuran budaya ini sangat terlihat dari gerakan, kostumnya, dan musik pengiringnya yang memiliki kesan gaya Eropa. Walaupun begitu, budaya lokal juga masih melekat pada tarian ini, hal ini terlihat pada kostum penari pria, alunan pantun dan beberapa musik pengiringnya yang merupakan gaya Melayu.

"Tari ini biasanya dipentaskan pada waktu musim panen padi atau sepulang dari kebun. Namun dalam perkembangannya tarian ini juga ditampilkan dalam pesta adat seperti penyambutan tamu besar dan acara pernikahan," ujarnya.

Pewarta: Aprionis

Editor : Adhitya SM


COPYRIGHT © ANTARA News Bangka Belitung 2019