Jakarta (Antara Babel) - Koordinator Peneliti Lembaga Peneliti Suara Indonesia (LPSI) Muhammad Ridha mengatakan gaya kepemimpinan Prabowo dan Hatta lebih demokratis dan memperhatikan kebutuhan masyarakat serta bawahan dibandingkan pasangan Jokowi-JK.
"Dari hasil penelitian didapati bahwa kriteria kepemimpinan Prabowo dilihat dari aspek Human Relationship, Communication Skill, Teaching Skill, Social Skill dan Technical Competent sudah sangat jelas mengarah kepada ciri-ciri pimpinan yang demokratis," ujar Muhammad Ridha dalam kajian deskriptif gaya kepemimpinan Prabowo-Hatta dan Jokowi-JK di Jakarta, Rabu.
Hal ini, lanjutnya, ditandai dengan adanya informasi tentang sifat Prabowo yang lebih mendengarkan bawahan, lebih sering diskusi, obyektif dalam memuji keberhasilan bawahan dan mementingkan partisipatif.
"Sedangkan Jokowi berdasarkan kriteria kepemimpinan tersebut lebih condong ke ciri-ciri pemimpin yang autokratis, one man show dan laissez faire," ujar dia.
Hal ini ditunjukkan dari berbagai informasi yang menyebutkan bahwa Jokowi lebih sering memerintah sehingga komunikasi sering satu arah, selain memuji juga sering mengecam tindakan bawahan, membiarkan bawahannya mengatur dirinya dan membuat keputusan sendiri.
Ia mengatakan para informan lebih Prabowo-Hatta yang lebih demokratis sebesar 53,8 persen dibandingkan kepemimpinan Jokowi-JK yang autokratis sebanyak 37,9 persen. Sedangkan yang belum berpendapat sebesar 8,3 persen.
"Sehingga sering tidak sinkron satu sama lain. Hal ini terbukti dengan hasil audit BPK terhadap laporan keuangan APBD DKI Jakarta yang berstatus WDP (Wajar Dengan Pengecualian) yang tidak dapat dipertanggungjawabkan hampir Rp1,5 triliun.
Begitu pula Hatta Rajasa yang juga memiliki kriteria kepemimpinan yang lebih mendekati ciri-ciri pemimpin yang demokratis, ketimbang Jusuf Kalla yang juga miri dengan Jokowi yang masih adanya perpaduan unsur autokratis dengan unsur laissez faire.
"Hal tersebut bisa terjadi sebab latar belakang pasangan Prabowo-Hatta adalah benar-benar dari karir sedangkan Jokowi-JK bermula dari pengusaha. Sehingga Prabowo-Hatta lebih menguasai birokrasi pemerintahan baik dari sisi pendidikan yang pernah diterima selama berkecimpung dipemerintahan baik di TNI maupun di masa Hatta masih di kementerian Ristek/BPPT," ujar dia.
Jenis penelitian menggunakan penelitian kualitatif. Objek penelitian terkait gaya kepemimpinan dan gaya kinerja kedua pasangan capres serta cawapres dalam menjalankan kepemimpinan. Waktu penelitian dimulai 3 Juni hingga 23 juni 2014.
Teknik penentuan informan menggunakan purposive sampling (subjek sesuai tujuan).
Sumber data yang dipergunakan sebagai informan dalam penelitian sebanyak 730 orang yang terdiri atas 50 ibu rumah tangga di 33 provinsi, 50 mahasiswa dari 30 universitas, 100 pegawai pemerintahan baik pegawai negeri maupun TNI, 100 karyawan BUMN/Buruh Swasta, 100 pelaku usaha di 23 provinsi, 50 dosen dari 30 universitas, 80 pimpinan organisasi masyarakat, 150 guru dari PGRI 27 provinsi, 40 anggota Tim sukses, 10 anggota Polri.
Keterpilihan informan tersebut memperhatikan visi misi capres dan cawapres maupun yang pernah berinteraksi dengan kedua pasangan.
"Saya tegaskan penelitian ini tidak memihak kepada salah satu calon pasangan capres-cawapres," ujar dia.
Pemilu Presiden 9 Juli 2014 diikuti dua pasangan capres dan cawapres, Prabowo Subianto-Hatta Rajasa dan Joko Widodo-Jusuf Kalla.
COPYRIGHT © ANTARA News Bangka Belitung 2014
"Dari hasil penelitian didapati bahwa kriteria kepemimpinan Prabowo dilihat dari aspek Human Relationship, Communication Skill, Teaching Skill, Social Skill dan Technical Competent sudah sangat jelas mengarah kepada ciri-ciri pimpinan yang demokratis," ujar Muhammad Ridha dalam kajian deskriptif gaya kepemimpinan Prabowo-Hatta dan Jokowi-JK di Jakarta, Rabu.
Hal ini, lanjutnya, ditandai dengan adanya informasi tentang sifat Prabowo yang lebih mendengarkan bawahan, lebih sering diskusi, obyektif dalam memuji keberhasilan bawahan dan mementingkan partisipatif.
"Sedangkan Jokowi berdasarkan kriteria kepemimpinan tersebut lebih condong ke ciri-ciri pemimpin yang autokratis, one man show dan laissez faire," ujar dia.
Hal ini ditunjukkan dari berbagai informasi yang menyebutkan bahwa Jokowi lebih sering memerintah sehingga komunikasi sering satu arah, selain memuji juga sering mengecam tindakan bawahan, membiarkan bawahannya mengatur dirinya dan membuat keputusan sendiri.
Ia mengatakan para informan lebih Prabowo-Hatta yang lebih demokratis sebesar 53,8 persen dibandingkan kepemimpinan Jokowi-JK yang autokratis sebanyak 37,9 persen. Sedangkan yang belum berpendapat sebesar 8,3 persen.
"Sehingga sering tidak sinkron satu sama lain. Hal ini terbukti dengan hasil audit BPK terhadap laporan keuangan APBD DKI Jakarta yang berstatus WDP (Wajar Dengan Pengecualian) yang tidak dapat dipertanggungjawabkan hampir Rp1,5 triliun.
Begitu pula Hatta Rajasa yang juga memiliki kriteria kepemimpinan yang lebih mendekati ciri-ciri pemimpin yang demokratis, ketimbang Jusuf Kalla yang juga miri dengan Jokowi yang masih adanya perpaduan unsur autokratis dengan unsur laissez faire.
"Hal tersebut bisa terjadi sebab latar belakang pasangan Prabowo-Hatta adalah benar-benar dari karir sedangkan Jokowi-JK bermula dari pengusaha. Sehingga Prabowo-Hatta lebih menguasai birokrasi pemerintahan baik dari sisi pendidikan yang pernah diterima selama berkecimpung dipemerintahan baik di TNI maupun di masa Hatta masih di kementerian Ristek/BPPT," ujar dia.
Jenis penelitian menggunakan penelitian kualitatif. Objek penelitian terkait gaya kepemimpinan dan gaya kinerja kedua pasangan capres serta cawapres dalam menjalankan kepemimpinan. Waktu penelitian dimulai 3 Juni hingga 23 juni 2014.
Teknik penentuan informan menggunakan purposive sampling (subjek sesuai tujuan).
Sumber data yang dipergunakan sebagai informan dalam penelitian sebanyak 730 orang yang terdiri atas 50 ibu rumah tangga di 33 provinsi, 50 mahasiswa dari 30 universitas, 100 pegawai pemerintahan baik pegawai negeri maupun TNI, 100 karyawan BUMN/Buruh Swasta, 100 pelaku usaha di 23 provinsi, 50 dosen dari 30 universitas, 80 pimpinan organisasi masyarakat, 150 guru dari PGRI 27 provinsi, 40 anggota Tim sukses, 10 anggota Polri.
Keterpilihan informan tersebut memperhatikan visi misi capres dan cawapres maupun yang pernah berinteraksi dengan kedua pasangan.
"Saya tegaskan penelitian ini tidak memihak kepada salah satu calon pasangan capres-cawapres," ujar dia.
Pemilu Presiden 9 Juli 2014 diikuti dua pasangan capres dan cawapres, Prabowo Subianto-Hatta Rajasa dan Joko Widodo-Jusuf Kalla.
COPYRIGHT © ANTARA News Bangka Belitung 2014