Sungailiat (Antara Babel) - Sejumlah pedagang di pasar Kota Sungailiat, Kabupaten Bangka, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, mengalami penurunan omset rata-rata 25 persen per hari.

Menurut salah satu pedagang kelontong di Sungailiat, Alex, Jumat, turunnya omset itu dipengaruhi oleh rendahnya minat pembeli akibat aktivitas penambangan bijih timah rakyat atau tambang inkonvensional (TI) ditertibkan oleh pihak berwajib.

"Sebagaian besar masyarakat di daerah ini mengandalkan sektor pertambangan bijih timah, namun sejak adanya penertiban tambang rakyat oleh pihak berwajib karena dianggap ilegal berdampak pada rendahnya daya beli masyarakat," ujarnya.

Penertiban itu, katanya, juga berdampak negatif terhadap keamanan lingkungan.

"Kondisi keamanan lingkungan juga mulai terancam dengan mulai berkurangnya aktivitas penambangan, seperti contoh dulu kota Sungailiat terbilang cukup aman namun sekarang burung peliharaan saya sudah beberapa kali hilang yang diduga dicuri orang," katanya.

Sementara menurut salah satu penambang bijih timah, Risman mengatakan, dirinya bersama dengan sejumlah teman terpaksa harus kucing kucingan melakukan penambangan bijih timah karena memang tidak memiliki izin resmi.

"Selain harus tetap waspada agar tidak terhindar dari penertiban pihak berwajib, pelaku tambang juga mulai kesulitan mendapatan kawasan penambangan yang memiliki kandungan biji timah yang banyak," katanya.

Ia mengatakan, pendapatan hasil menambang tradisional kini hanya cukup untuk kebutuhan keluarga sehari-sehari sehingga harus benar-benar mampu menggunakan pendapatan seperlunya.

"Bagaimana mau membeli di pasar kalau uang saja tidak cukup, kalaupun ada kami membeli barang yang dianggap penting di keluarga, beda dengan dulu sewaktu mudah mencari bijih timah," katanya.

Pewarta: Oleh: Kasmono

Editor : Aprionis


COPYRIGHT © ANTARA News Bangka Belitung 2014