Ditengah guyuran hujan, Kapolres Bangka Selatan, AKBP Ferdinand Suwarji didampingi Kasat Reskrim, AKP Albert Daniel Tampubolon, Jum'at lalu meninjau lokasi kebun karet yang tercemar limbah tambang di Kawasan Parit 3 Kecamatan Toboali.

Peninjauan kebun karet yang tercemar limbah tambang ini dilakukan guna menindaklanjuti informasi dari media masa serta untuk mencari penyebab dari masuknya limbah berupa lumpur yang merendam ratusan pohon karet milik warga Toboali tersebut.

"Kita prihatin atas kejadian yang dialami Pak Paryadi sekeluarga, kita berusaha membantu semaksimal mungkin. Atau nanti dimediasi. Namun, untuk saat ini belum ada laporan resmi yang masuk ke kita. Tetapi, kita tetap menindaklanjutinya," kata dia.

Ia mengatakan akan memanggil dan mendata pihak-pihak terkait kejadian yang menimpa warga tersebut.

"Kami belum bisa memastikan asal limbah ini karena penambang di sini cukup banyak, jika memang nanti dalam proses selanjutnya ada ruang, tentu akan kita proses hukum," kata dia.

Anak angkat pemilik kebun, Susi menyatakan jika kondisi ini mulai melanda kebun milik keluarganya sejak beberapa waktu silam, namun Susi menyebutkan jika ayahnya belum memberitahukan kepada siapapun kecuali keluarganya.

"Kebun ini terendam limbah sejak beberapa hari lalu pak dan untungnya bapak mau ke sini untuk melihat kondisi kami," ujar Susi kepada mantan Kapolres Donggala tersebut.

Selain itu juga, Paryadi lanjut Susi belum mau melaporkan permasalahannya kepada pihak kepolisian dikarenakan ayahnya pernah memiliki kasus hukum sehingga trauma.

"Bapak saya pernah dihukum dan juga sakit-sakitan saat ini sehingga hanya melaporkan kepada keluarga saja. Untuk itu besar harapan kami agar Kapolres dapat membantu kami," cerita Susi sembari berharap kepada AKBP Ferdinand.

Untuk itu, dengan hadirnya orang nomor satu di Mapolres Bangka Selatan ini, Susi berharap titik temu dan penyelesaian permasalahan yang merasuki keluarga Paryadi dapat diselesaikan.

"Kami sangat berharap banyak dengan adanya bapak Kapolres ke sini karena ini adalah harapan kami untuk menyambung hidup tetapi ternyata malah terancam mati lantaran limbah penambang yang tak bertanggungjawab," kata dia.

Pewarta: Eko SR

Editor : Adhitya SM


COPYRIGHT © ANTARA News Bangka Belitung 2019