Jakarta (Antara Babel) - Musim kemarau di beberapa provinsi mengakibatkan potensi "hotspot" atau titik api semakin  meluas, kata  Kepala Pusat Data Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana Sutopo Purwo Nugroho.

"Puncak kemarau diperkirakan terjadi pada Oktober, dan itu akan menjadi potensi meluasnya titik api jika tidak ada pengendalian yang serius," katanya di Jakarta, Selasa.  
    
Ia mengatakan berdasarkan data 2006-2014, pola hotspot di Sumatera dominan terjadi pada pertengahan Juni hingga Oktober 2014.

Untuk wilayah Kalimantan titik api muncul pada Agustus-Oktober dan puncak titik api terjadi pada September-Oktober dan daerah-daerah yang terbakar adalah lahan gambut yang sulit dipadamkan.

"Pemerintah setempat harus cepat mengatasi kejadian itu dengan melakukan koordinasi dengan seluruh pihak guna melakukan penanggulangan dan pemadaman," ucapnya.

Saat ini  BNPB telah mengerahkan tujuh helikopter water bombing untuk memperkuat BPBD dalam mengatasi kebakaran hutan dan lahan. Di Riau, ditempatkan satu helikopter Bolco dan satu Sikorsky untuk water bombing dibantu 300 personel TNI dan Polri yang dikerahkan memadamkan titip api, Manggala Agni dan relawan juga terlibat pemadaman.

Untuk Sumsel, tiga helikopter yaitu Bolco, MI-8, dan Kamov sudah beroperasi,untuk pihak BPBD telah berkoordinasi dengan instansi terkait melakukan pemadaman dengan mengerahkan 120 personel.

Kalteng dilakukan pemadaman udara dengan helikopter MI-8, sedangkan di darat tim gabungan dari BPBD, TNI, Polda, BMKG, Dinas Kehutanan, Manggala Agni, dan relawan terlibat dalam pemadaman, sedangkan di Kalbar pemadaman juga dilakukan dengan helikopter Bolco dan pemadaman di darat.

"Semua pihak telah bekerja sama dan saling berkoordinasi guna melakukan pemandaman  kebakaran lahan maupun hutan, dengan kerja sama ini diharapkan titik api bisa berkurang," kata Sutopo.

Pewarta: Oleh Gunawan Wibisono

Editor : Aprionis


COPYRIGHT © ANTARA News Bangka Belitung 2014