Toboali, Bangka Selatan, (ANTARA Babel) -  Kepala  Dinas Kesehatan Kabupaten Bangka Selatan, Provinsi Bangka Belitung, Sofian Anuwi minta warga lebih mewaspadai penyakit diare dengan membiasakan mencuci tangan sebelum menikmati makanan.

"Selama musim hujan ini, penderita diare masih rendah karena ketersediaan air bersih mencukup untuk kebutuhan warga, namun warga diharapkan membiasakan mencuci tangan dengan sabun sebelum makan untuk mencegah diare," kata Kepala Dinas Kesehatan Bangka Selatan, Sofian Anuwi di Toboali, Selasa.

Ia menjelaskan, berdasarkan laporan kasus diare yang ditangani rumah sakit, puskesmas, polindes dan Puskesmas pembantu hanya sebanyak sepuluh orang atau mengalami penurunan dibandingkan kasus diare selama musim kemarau mencapai 150 kasus.

"Sebanyak sepuluh orang menderita diare karena pola makan yang tidak sehat, misalnya terlalu banyak makan cabai, mengonsumsi makanan yang belum masak dan lainnya," ujar Sofian Anuwi.

Ia menambahkan, dalam upaya menekan kasus diare ini, kami terus meningkatkan pola hidup bersih dan sehat masyarakat, misalnya, membiasakan mencuci tangan menggunakan sabun sebelum makan.

"Membiasakan mencuci tangan sebelum makan dapat mencegah penyakit diare, termasuk penyakit berbahaya, apalagi penderita diare dari kalangan bayi dan anak, apabila tidak ditangani dengan cepat akan terkena dehidrasi yang bisa berbahaya organ  tubuhnya dan jika  terlambat akan mengancam keselamatan jiwanya," ujarnya.

Ia menjelaskan, diare dapat disebabkan bermacam-macam hal, seperti infeksi virus ataupun bakteri, biasanya virus atau bakteri ini masuk mulut melalui tangan yang terkontaminasi kotoran akibat tidak mencuci tangan.

"Diare biasanya diawali dengan muntah dan deman, beberapa jam kemudian atau besoknya baru diare," ujarnya.

Menurut Sofian Anuwi, selama musim hujan ini penderita diare cukup rendah, karena ketersediaan air bersih di sumur-sumur bor milik warga sangat memadai, berbeda dengan ketersediaan air bersih selama musim kemarau, sebagian besar sumur bor warga mengering dan kesulitan mencari sumber air bersih untuk dikonsumsi dan kebutuhan lainnya.

"Saat ini, sebagian besar air konsumsi warga masih menggunakan air sumur, karena masih terbatasnya tempat-tempat atau usaha isi air galon di masyarakat," ujarnya.

Menurut dia, potensi kasus diare dan penyakit kulit cukup tinggi selama musim kemarau, karena sumber-sumber air bersih seperti sungai, kolong (bekas tambang timah) sudah tercemar limbah penambangan bijih timah.

"Pada musim kemarau, kami bekerja sama dengan Dinas Kesejahteraan Sosial selalu menyalurkan bantuan air bersih untuk mengantisipasi krisis air bersih dan berbagai penyakit seperti diare, kulit dan lainnya," ujarnya.

Untuk itu, kata dia, penderita diare diminta berobat dan memberikan cairan rehidrasi oral (oralit), apabila diare tidak membaik harus dibawa ke dokter, untuk mendapatkan perawatan medis.

"Kami mengimbau masyarakat membiasakan pola makan yang sehat dan mencuci tangan yang merupakan upaya positif yang dapat menurunkan kasus diare ini," ujarnya.

Pewarta:

Editor : Wira Suryantala


COPYRIGHT © ANTARA News Bangka Belitung 2013