Muntok (Antara Babel) - Sejumlah nelayan yang tergabung dalam Kelompok Usaha Tambak Kerang Dusun Sukal Muntok, Kabupaten Bangka Barat, Kepulauan Bangka Belitung meminta pemerintah kabupaten meningkatkan pengawasan terhadap pengolahan limbah pabrik kelapa sawit yang ada di jalur Sungai Sukal.

"Kami harapkan pemkab meningkatkan pengawasan terhadap pengolahan limbah kelapa sawit agar tidak mencemari Sungai Sukal yang selama ini menjadi tumpuan kehidupan nelayan tambak di daerah ini," ujar Ketua Kelompok Nelayan Dusun I Sukal, Kariyan saat ditemui di lokasi tambak, Kamis.

Ia menjelaskan, lokasi tambak kerang darah yang dikembangkan warga pesisir di daerah itu tepat di hilir Sungai Sukal dengan luas mencapai puluhan hektare.

Dengan kondisi seperti itu, kata dia, aliran Sungai Sukal saat berpengaruh besar terhadap kehidupan kerang darah yang dikembangkan nelayan setempat.

"Pada tahun lalu saat musim hujan terjadi banjir cukup besar, aliran sungai yang deras diperparah dengan bercampurnya limbah pabrik kelapa sawit yang merembes masuk ke sungai," kata dia.

Kondisi air seperti itu, menurutnya, menjadi faktor utama kegagalan panen di sebagian besar tambak kerang milik nelayan yang berada tepat di alur hilir sungai tersebut.

"Puluhan ton kerang mati, jaring banyak yang jebol, nelayan rugi total puluhan juta rupiah," katanya.

Berdasarkan pengalaman itu, ia mengharapkan, pemkab lebih meningkatkan pengawasan di lokasi pengolahan limbah kepala sawit agar pada musim penghujan nanti tidak lagi terulang kasus serupa.

"Kami berharap pemkab berpihak kepada seratusan lebih kepala keluarga nelayan yang menggeluti sektor tambak kerang di Sukal agar kesejahteraan warga di dusun tersebut lebih meningkat," kata dia.

Salah seorang petambak, Rusdi (43) mengatakan pada 2013 kelompoknya rugi sekitar 40 ton kerang setengah umur yang mati akibat arus deras dan diduga bercampur rembesan limbah pabrik.

"Saat itu kami sungguh terpukul karena gagal total, kami harapkan tahun ini tidak terulang agar usaha yang digeluti nelayan ini semakin berkembang," katanya.

Ia menyebutkan, pada tahun lalu saat arus sungai deras, air berwarna coklat kemerah-merahan dan berbau busuk yang mengakibatkan kerang mati.

"Sampai saat ini kami tidak pernah menikmati program kepedulian perusahaan terhadap masyarakat, dan  kami juga tidak mengharapkan itu, kami hanya berharap air Sungai Sukal tetap baik agar usaha yang digeluti hampir seluruh warga Dusun Sukal ini bisa bertahan," kata dia.

Kelompok nelayan tambak Dusun Sukal, Belolaut, Kecamatan Muntok merupakan salah satu kelompok yang selama ini mendapatkan prioritas dari pemkab setempat dalam usaha pembesaran kerang darah.

Beberapa waktu lalu, pemkab menyalurkan bantuan benih kerang darah kepada 89 kepala keluarga rumah tangga perikanan (RTP) di lokasi tersebut, masing-masing mendapat bantuan 1,5 ton benih.

"Kami berharap bantuan benih tersebut bisa meningkatkan kesejahteraan warga pesisir di lokasi itu, karena usaha pembesaran kerang darah di daerah itu merupakan satu-satunya usaha di Babel yang digerakkan kelompok nelayan dalam jumlah besar," kata Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Bangka Barat, Herzon beberapa hari lalu.

Pewarta: Oleh Donatus Dasapurna Putranta

Editor : Aprionis


COPYRIGHT © ANTARA News Bangka Belitung 2014