Kepala Staf TNI Angkatan Darat (Kasad) Jenderal TNI Andika Perkasa mengatakan mantan Kasad periode 2011-2013 Jenderal TNI Purnawirawan Pramono Edhie Wibowo telah menginspirasi seluruh generasi penerus Angkatan Darat.
"Beliau meninggalkan prestasi-prestasi yang bagi kami generasi muda yang sekarang harus mengambil alih tongkat estafet Angkatan Darat ini ke situasi minimal sama atau bila memungkinkan lebih baik lagi," ujar Andika usai memimpin prosesi upacara pemakaman Pramono Edhie di Taman Makam Pahlawan Kalibata, Jakarta Selatan, Minggu.
Andika mengenang Pramono Edhie seorang yang sederhana apa adanya, dan bukan tipe pejabat yang ingin dilayani.
"Beliau ini orang yang sangat sederhana kemauannya tidak banyak, maksudnya kemauan untuk dilayani sama sekali tidak ada, sehingga justru kami di sekitarnya ini yang malu sendiri kadang-kadang, ada pimpinan kami ternyata hidup seperti halnya masyarakat biasa, apalagi pada saat beliau tidak berpakaian dinas wah itu benar-benar sesuatu yang kami sendiri terkaget-kaget," katanya.
Selain itu, Pramono Edhie juga dikenal sebagai prajurit yang profesional. Seusai tugasnya di militer dan terjun ke politik, ia hampir tidak sekalipun mendatangi tangsi militer untuk menjaga independensi.
Menurut Andika, Pramono Edhie ke Markas Besar TNI AD pada awal 2020 saat TNI AD mengadakan acara yang mengundang seluruh mantan Kasad.
"Itu sangat kejutan (surprise), karena begitu lama beliau itu tidak pernah hadir. Dan baru hari ini kita tahu, itu lah (pesan) yang ingin dicetuskan kepada keluarga. Bahwa selama beliau menjadi bagian dari Partai Politik, katanya beliau sangat sungkan. Jadi itulah terakhir bertemu dan berinteraksi di Markas Besar Angkatan Darat," kata Andika.
Sementara itu, dalam memorial yang dibacakan Letjend TNI (Purn) Edwin Soejono di pemakaman, sosok Pramono Edhie dinilai menjadi salah satu legenda di Angkatan Darat. Ia telah berusaha dan berjuang keras untuk mengabdi kepada TNI, bangsa, dan negara.
Karya almarhum yang paling dikenang adalah modernisasi alat utama sistem senjata (Alutsista) TNI saat beliau menjabat sebagai Kepala Staf TNI Angkatan Darat 2011-2013, antara lain pengadaan senjata kavaleri main battle tank leopard buatan Jerman, peralatan artileri meriam 155 Caesar buatan Perancis, juga pengadaan helikopter serbu Apache buatan Amerika Serikat.
Almarhum juga kerap turun langsung dan sukses mengabdikan jiwa raganya dalam menjalankan tugas negara di dalam negeri maupun luar negeri. Salah satunya, saat tugas pengibaran bendera kebangsaan merah putih di atas puncak tertinggi dunia Gunung Everest (8.848 mdpl) di Nepal pada hari Sabtu tanggal 26 April 1997 pukul 15.40 waktu Nepal.
Saat itu, Pramono Edhie Wibowo ditunjuk memimpin tim sebagai Koordinator oleh Komandan Kopassus, Mayor Jenderal TNI Prabowo Subianto. Tugas itu berhasil dijalankan dan sukses mengharumkan nama TNI di mata dunia.
Indonesia pun hingga kini dikenal sebagai negara pertama di Asia Tenggara yang mampu mencapai Puncak Tertinggi di Dunia.
COPYRIGHT © ANTARA News Bangka Belitung 2020
"Beliau meninggalkan prestasi-prestasi yang bagi kami generasi muda yang sekarang harus mengambil alih tongkat estafet Angkatan Darat ini ke situasi minimal sama atau bila memungkinkan lebih baik lagi," ujar Andika usai memimpin prosesi upacara pemakaman Pramono Edhie di Taman Makam Pahlawan Kalibata, Jakarta Selatan, Minggu.
Andika mengenang Pramono Edhie seorang yang sederhana apa adanya, dan bukan tipe pejabat yang ingin dilayani.
"Beliau ini orang yang sangat sederhana kemauannya tidak banyak, maksudnya kemauan untuk dilayani sama sekali tidak ada, sehingga justru kami di sekitarnya ini yang malu sendiri kadang-kadang, ada pimpinan kami ternyata hidup seperti halnya masyarakat biasa, apalagi pada saat beliau tidak berpakaian dinas wah itu benar-benar sesuatu yang kami sendiri terkaget-kaget," katanya.
Selain itu, Pramono Edhie juga dikenal sebagai prajurit yang profesional. Seusai tugasnya di militer dan terjun ke politik, ia hampir tidak sekalipun mendatangi tangsi militer untuk menjaga independensi.
Menurut Andika, Pramono Edhie ke Markas Besar TNI AD pada awal 2020 saat TNI AD mengadakan acara yang mengundang seluruh mantan Kasad.
"Itu sangat kejutan (surprise), karena begitu lama beliau itu tidak pernah hadir. Dan baru hari ini kita tahu, itu lah (pesan) yang ingin dicetuskan kepada keluarga. Bahwa selama beliau menjadi bagian dari Partai Politik, katanya beliau sangat sungkan. Jadi itulah terakhir bertemu dan berinteraksi di Markas Besar Angkatan Darat," kata Andika.
Sementara itu, dalam memorial yang dibacakan Letjend TNI (Purn) Edwin Soejono di pemakaman, sosok Pramono Edhie dinilai menjadi salah satu legenda di Angkatan Darat. Ia telah berusaha dan berjuang keras untuk mengabdi kepada TNI, bangsa, dan negara.
Karya almarhum yang paling dikenang adalah modernisasi alat utama sistem senjata (Alutsista) TNI saat beliau menjabat sebagai Kepala Staf TNI Angkatan Darat 2011-2013, antara lain pengadaan senjata kavaleri main battle tank leopard buatan Jerman, peralatan artileri meriam 155 Caesar buatan Perancis, juga pengadaan helikopter serbu Apache buatan Amerika Serikat.
Almarhum juga kerap turun langsung dan sukses mengabdikan jiwa raganya dalam menjalankan tugas negara di dalam negeri maupun luar negeri. Salah satunya, saat tugas pengibaran bendera kebangsaan merah putih di atas puncak tertinggi dunia Gunung Everest (8.848 mdpl) di Nepal pada hari Sabtu tanggal 26 April 1997 pukul 15.40 waktu Nepal.
Saat itu, Pramono Edhie Wibowo ditunjuk memimpin tim sebagai Koordinator oleh Komandan Kopassus, Mayor Jenderal TNI Prabowo Subianto. Tugas itu berhasil dijalankan dan sukses mengharumkan nama TNI di mata dunia.
Indonesia pun hingga kini dikenal sebagai negara pertama di Asia Tenggara yang mampu mencapai Puncak Tertinggi di Dunia.
COPYRIGHT © ANTARA News Bangka Belitung 2020