Petani Desa Kota Kapur Kabupaten Bangka, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung (Babel) mengekspor 12 ton lidi nipah ke Nepal sehingga membantu meningkatkan perekonomian warga selama penerapan normal baru COVID-19 di daerah itu.
"Dalam jangka waktu tiga bulan, kita berhasil mengumpulkan 12 ton lidi nipah untuk diekspor ke Nepal," kata pengepul lidi nipah dari petani Kota Kapur, Japri di Pangkal Pinang, Senin.
Ia mengatakan masyarakat Kota Kapur sangat berterimakasih kepada Pemerintah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, khususnya Dinas Koperasi dan UKM Babel yang telah memberi pelatihan bagi petani produksi lidi nipah sebagai solusi untuk masyarakat Kota Kapur yang mengalami kesulitan ekonomi di tengah pandemi COVID-19.
"Kami sangat berterima kasih, karena ide, gagasan dan pelatihan yang diberikan kepada petani produksi kami yang kini sudah berhasil mengumpulkan lidi nipah ini. Hanya dalam kurun waktu tiga bulan sudah bisa di ekspor ke Nepal," ujarnya.
Menurut dia, sejak pandemi COVID-19 masyarakat Kota Kapur mengalami kesulitan ekonomi. Sejak itu pihak pemerintah desa menemui Gubernur Kepulauan Babel untuk meminta solusi mengatasi kesulitan ekonomi tersebut.
Dari kunjungan tersebut, Dinas Koperasi dan UMKM Babel memberi ide untuk mengumpulkan lidi nipah. "Dengan mencari lidi nipah di sungai dapat menjadi solusi masyarakat mengatasi kesulitan ekonomi. Hingga saat ini ada 50-55 petani yang rutin mencari lidi nipah setiap hari," ujarnya.
Ia mengatakan dalam satu hari satu petani mampu mengumpulkan 10-20 kilogram lidi nipah yang dihargai Rp 4.500 per kilogram oleh pengepul. Lidi nipah yang dikumpulkan para petani juga harus sesuai standar ekspor, seperti memperhatikan warna harus putih kekuningan, tingkat kekeringan, kadar air, dan ukuran panjang lidi nipah yang harus 120 cm.
"Lidi nipah yang kita ekspor ini tidak sembarangan, sudah sesuai kriteria layak ekspor. Kita harap ekspor ini berkelanjutan untuk membangkitkan ekonomi masyarakat Kota Kapur, bahkan masyarakat desa lainnya," ujar Japri.
Ia berharap pemerintah daerah dan pemerintah pusat dapat memberi bantuan untuk kemudahan transportasi seperti perahu agar petani tidak kesulitan mengumpulkan lidi nipah tersebut.
Selain itu warga juga meminta Pemprov Babel memberi kemudahan pemanfaatan Kredit Usaha Rakyat (KUR) untuk membantu modal pengepul dalam membayar upah para petani, karena dalam satu hari pihaknya membutuhkan Rp4 juta untuk membayar upah para petani lidi nipah.
"Kita juga berharap pemerintah dapat membantu masyarakat agar harga lidi nipah yang diterima petani lebih tinggi dari Rp4.500, sehingga mereka lebih semangat mencari lidi nipah ini," ujarnya.
Salah satu petani lidi nipah, Rus mengatakan lidi nipah menjadi solusi untuk keluarganya yang terkena dampak pandemi COVID-19. Dalam satu hari dirinya mampu mengumpulkan 10-16 kilogram lidi nipah, dengan upah Rp4.500 per kilogram.
"Dengan mencari lidi nipah ini menjadi solusi memenuhi kebutuhan ekonomi keluarga Saya. Saya sangat bersyukur sekali, meski hanya saya petani wanita yang mengumpulkan lidi nipah," ujarnya.
COPYRIGHT © ANTARA News Bangka Belitung 2020
"Dalam jangka waktu tiga bulan, kita berhasil mengumpulkan 12 ton lidi nipah untuk diekspor ke Nepal," kata pengepul lidi nipah dari petani Kota Kapur, Japri di Pangkal Pinang, Senin.
Ia mengatakan masyarakat Kota Kapur sangat berterimakasih kepada Pemerintah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, khususnya Dinas Koperasi dan UKM Babel yang telah memberi pelatihan bagi petani produksi lidi nipah sebagai solusi untuk masyarakat Kota Kapur yang mengalami kesulitan ekonomi di tengah pandemi COVID-19.
"Kami sangat berterima kasih, karena ide, gagasan dan pelatihan yang diberikan kepada petani produksi kami yang kini sudah berhasil mengumpulkan lidi nipah ini. Hanya dalam kurun waktu tiga bulan sudah bisa di ekspor ke Nepal," ujarnya.
Menurut dia, sejak pandemi COVID-19 masyarakat Kota Kapur mengalami kesulitan ekonomi. Sejak itu pihak pemerintah desa menemui Gubernur Kepulauan Babel untuk meminta solusi mengatasi kesulitan ekonomi tersebut.
Dari kunjungan tersebut, Dinas Koperasi dan UMKM Babel memberi ide untuk mengumpulkan lidi nipah. "Dengan mencari lidi nipah di sungai dapat menjadi solusi masyarakat mengatasi kesulitan ekonomi. Hingga saat ini ada 50-55 petani yang rutin mencari lidi nipah setiap hari," ujarnya.
Ia mengatakan dalam satu hari satu petani mampu mengumpulkan 10-20 kilogram lidi nipah yang dihargai Rp 4.500 per kilogram oleh pengepul. Lidi nipah yang dikumpulkan para petani juga harus sesuai standar ekspor, seperti memperhatikan warna harus putih kekuningan, tingkat kekeringan, kadar air, dan ukuran panjang lidi nipah yang harus 120 cm.
"Lidi nipah yang kita ekspor ini tidak sembarangan, sudah sesuai kriteria layak ekspor. Kita harap ekspor ini berkelanjutan untuk membangkitkan ekonomi masyarakat Kota Kapur, bahkan masyarakat desa lainnya," ujar Japri.
Ia berharap pemerintah daerah dan pemerintah pusat dapat memberi bantuan untuk kemudahan transportasi seperti perahu agar petani tidak kesulitan mengumpulkan lidi nipah tersebut.
Selain itu warga juga meminta Pemprov Babel memberi kemudahan pemanfaatan Kredit Usaha Rakyat (KUR) untuk membantu modal pengepul dalam membayar upah para petani, karena dalam satu hari pihaknya membutuhkan Rp4 juta untuk membayar upah para petani lidi nipah.
"Kita juga berharap pemerintah dapat membantu masyarakat agar harga lidi nipah yang diterima petani lebih tinggi dari Rp4.500, sehingga mereka lebih semangat mencari lidi nipah ini," ujarnya.
Salah satu petani lidi nipah, Rus mengatakan lidi nipah menjadi solusi untuk keluarganya yang terkena dampak pandemi COVID-19. Dalam satu hari dirinya mampu mengumpulkan 10-16 kilogram lidi nipah, dengan upah Rp4.500 per kilogram.
"Dengan mencari lidi nipah ini menjadi solusi memenuhi kebutuhan ekonomi keluarga Saya. Saya sangat bersyukur sekali, meski hanya saya petani wanita yang mengumpulkan lidi nipah," ujarnya.
COPYRIGHT © ANTARA News Bangka Belitung 2020