Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota Pangkalpinang, Eddy Supriadi mengatakan selama diadakannya simulasi Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) tatap muka di beberapa sekolah sekitar satu bulan terakhir, situasi di sekolah berjalan kondusif.
"Sekolah bisa mengadakan simulasi tatap muka mengacu dengan protokol kesehatan, persetujuan orang tua dan siswa juga terbatas," ujarnya di Pangkalpinang, Rabu.
Dia mengatakan, sekolah mengajukan proposal kemudian diverifikasi oleh Dindikbud untuk diizinkan melakukan simulasi KBM tatap muka.
Dikatakannya, jumlah sekolah yang diizinkan melaksanakan KBM tingkat TK/PAUD sebanyak 50 sekolah, sekolah dasar (SD) 36 sekolah dan sekolah menengah pertama (SMP) 21 sekolah.
"Dari 50 sekolah TK/PAUD dan 36 SD yang diizinkan, tapi yang sudah melakukan mungkin 10 atau 20 sekolah," katanya.
Sedangkan untuk jumlah siswa tiap sekolah disesuaikan secara proporsional tergantung situasi dan kondisi.
"Maksimal kalau jumlah siswa sedikit 50 persen, kalau banyak disesuaikan proporsional 10 sampai 50 persen lihat kondisi dan situasi sekolah. Misalnya diutamakan anak-anak yang kelas akhir," ujarnya.
Menurutnya keputusan untuk simulasi KBM di sekolah merupakan upaya menghindari dampak psikososial bagi siswa terlalu lama menjalankan pembelajaran secara daring.
COPYRIGHT © ANTARA News Bangka Belitung 2021
"Sekolah bisa mengadakan simulasi tatap muka mengacu dengan protokol kesehatan, persetujuan orang tua dan siswa juga terbatas," ujarnya di Pangkalpinang, Rabu.
Dia mengatakan, sekolah mengajukan proposal kemudian diverifikasi oleh Dindikbud untuk diizinkan melakukan simulasi KBM tatap muka.
Dikatakannya, jumlah sekolah yang diizinkan melaksanakan KBM tingkat TK/PAUD sebanyak 50 sekolah, sekolah dasar (SD) 36 sekolah dan sekolah menengah pertama (SMP) 21 sekolah.
"Dari 50 sekolah TK/PAUD dan 36 SD yang diizinkan, tapi yang sudah melakukan mungkin 10 atau 20 sekolah," katanya.
Sedangkan untuk jumlah siswa tiap sekolah disesuaikan secara proporsional tergantung situasi dan kondisi.
"Maksimal kalau jumlah siswa sedikit 50 persen, kalau banyak disesuaikan proporsional 10 sampai 50 persen lihat kondisi dan situasi sekolah. Misalnya diutamakan anak-anak yang kelas akhir," ujarnya.
Menurutnya keputusan untuk simulasi KBM di sekolah merupakan upaya menghindari dampak psikososial bagi siswa terlalu lama menjalankan pembelajaran secara daring.
COPYRIGHT © ANTARA News Bangka Belitung 2021