Pemerintah Kabupaten Bangka Barat, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung mendorong seluruh perpustakaan desa menerapkan konsep inklusi sosial agar mampu berperan produktif dalam membantu meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitar.

"Perlu adanya perubahan pola kelola perpustakaan agar bisa mewujudkan transformasi perpustakaan desa yang berbasis inklusi sosial," kata Kepala Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kabupaten Bangka Barat Farouk Yohansyah di Mentok, Sabtu.

Menurut dia, Perpustakaan Daerah Bangka Barat saat ini telah bertransformasi dengan pola pelayanan berbasis inklusi sosial yaitu dengan mengintegrasikan berbagai program dan kegiatan literasi yang bisa diterapkan dalam peningkatan kesejahteraan masyarakat.

"Konsep awal dalam transformasi perpustakaan berbasis inklusi sosial ini, perpustakaan diarahkan bisa melakukan banyak kegiatan literasi seperti kegiatan belajar, pelatihan, dan pendidikan kesetaraan. Jadi tidak hanya sekadar tempat membaca, tetapi juga bisa menjadi tempat diskusi, workshop, pelatihan dan lainnya," katanya.

Sebagai langkah awal untuk mewujudkan perpustakaan desa berbasis inklusi sosial, Pemkab Bangka Barat akan mendorong perpustakaan apung yang ada di Desa Pusuk, Kecamatan Kelapa menjalankan berbagai program dan kegiatan dengan konsep tersebut.

Perpustakaan apung yang berlokasi di dermaga Desa Pusuk yang diresmikan pada 1 Maret 2022 tersebut diharapkan mampu melakukan inovasi untuk meningkatkan minat baca masyarakat sekitar.

Suasana pantai di sekitar perpustakaan diyakini dan diharapkan akan menambah semangat warga, terutama anak-anak, untuk membaca dengan nyaman.

"Sebagai langkah awal, kami akan melakukan pembinaan dan pengembangan perpustakaan apung Desa Pusuk agar bisa menjalankan pola transformasi perpustakaan berbasis inklusi sosial," katanya.

Menurut dia, hal itu sejalan dengan rencana Perpusnas yang telah melaksanakan program tersebut sejak 2018 dan mulai direalisasikan di Kabupaten Bangka Barat pada tahun 2020.

"Kami akan berupaya mewujudkan perpustakaan apung Desa Pusuk sebagai pusat kegiatan masyarakat, melakukan banyak kegiatan literasi seperti kegiatan belajar, pelatihan dan pendidikan kesetaraan," katanya.

Farouk menyebutkan akan ada dua program yang dilaksanakan di perpustakaan apung tersebut, yaitu program sosial desa dan pengembangan gedung pelayanan perpustakaan.

"Kami akan bantu mendorong perpustakaan yang produktif, kita sudah siapkan pelatih yang kompeten di bidangnya. Pengembangan yang akan dilakukan dengan berbasis muatan lokal, sesuai dengan potensi sumber daya alam dan manusia yang ada di sekitar lokasi perpustakaan tersebut" katanya.

Untuk Desa Pusuk, kata dia, desa tersebut kaya sumber daya ikan dan penduduknya memiliki semangat untuk maju sehingga akan diarahkan untuk pengadaan bahan baca yang bisa mendukung potensi tersebut.

"Kita akan siapkan buku-buku cara mengolah ikan tradisional dan modern dengan terlebih dahulu melihat potensi dan latar belakang warga, sedangkan untuk kegiatan pelatihan juga perlu dilakukan secara berkala," katanya.

Untuk konsep perpustakaan desa berbasis inklusi sosial, di Kabupaten Bangka Barat sudah dilakukan sejak tahun lalu, antara lain di perpustakaan desa Desa Belolaut, Airbelo, Sekarbiru, Puput, dan Desa Rambat.

"Dalam pengembangan perpustakaan berbasis inklusi sosial ini kita melakukan pembinaan dengan melihat potensi muatan lokal. Contohnya di Mentok identik sebagai sebutan kota seribu kue, yang kami lakukan juga memberikan pelatihan kepada warga sekitar dengan materi teknik kebaruan dalam mengolah kue," katanya.

Untuk produk yang sudah bisa dikerjakan warga, kata dia, gedung perpustakaan perlu menyiapkan ruang khusus untuk memasarkan produk tersebut.

"Dengan program ini, harapannya dapat mendapatkan hasil secara menyeluruh dan merata di setiap aspek. Literasi meningkat, aspek lainnya juga dapat diangkat," kata Farouk.

Pewarta: Donatus Dasapurna Putranta

Editor : Bima Agustian


COPYRIGHT © ANTARA News Bangka Belitung 2022