Ketua Pengurus Besar Mathla'ul Anwar (PBMA) KH Oke Setiadi Affendi MSc mengatakan momentum bulan Ramadhan dapat dimanfaatkan oleh umat Islam untuk meningkatkan kualitas diri, sehingga tidak semata-mata hanya menahan lapar dan dahaga semata.
"Yang penting dari bulan Ramadan adalah bagaimana kita sebagai umat memanfaatkan momentum untuk meningkatkan kualitas diri, sekaligus meraih berkah dari rangkaian berbagai ibadah. Intinya kita tidak hanya melewati bulan Ramadan seolah-olah sekadar tidak makan dan minum saja, tentunya itu akan sangat disayangkan," kata Ketua PBMA Bidang Hubungan Antar Lembaga dan Hubungan Internasional tersebut dalam keterangan tertulis yang diterima di Jakarta, Jumat.
Ia melanjutkan kualitas diri yang dimaksudkan olehnya adalah kualitas fisik, kualitas kecerdasan dan kualitas mentalitas seseorang, sebagai umat yang beriman.
"Pertama yakni meningkatkan kualitas fisik yang seperti apa? Tentu bulan Ramadan ini melatih kita untuk seperti menghindari makanan yang tidak bermanfaat dan yang berbahaya buat tubuh kita," jelas Wakil Ketua Komisi Hubungan Luar Negeri Majelis Ulama Indonesia (MUI) itu.
Kedua, lanjutnya, berpuasa berperan untuk melatih kualitas kecerdasan. Menurut dia, di bulan Ramadhan umat senantiasa dilatih untuk memilih hal baik dan meninggalkan keburukan. Sehingga umat menjadi cerdas yang diharapkan mampu menjadi bagian dari solusi untuk umat, bangsa dan masyarakat Indonesia pada umumnya.
"Ketiga, memperbaiki mentalitas kita dari yang sebelumnya cepat marah, cepat mengeluarkan narasi yang tidak baik, atau mengeluarkan narasi yang suka menyakiti orang lain tentunya agar bisa pelan-pelan dikurangi bahkan dihilangkan dengan momentum bulan Ramadan ini," kata Oke.
Dengan berpuasa, Oke meyakini bahwa umat dapat senantiasa memerdekakan diri nafsu, egoisme, fanatisme, adu domba yang dapat menimbulkan perpecahan.
"Tentunya dengan puasa, jadi mengurangi hal-hal yang sebelumnya boleh buat kita, ternyata hal itu akan membuat kita lebih mudah memerdekakan dari egoisme dan kita lebih mudah Allah menyatukan hati kita," ungkapnya.
Ia mengungkapkan, makna persatuan di bulan Ramadhan, hendaknya bulan suci tidak hanya menjadi sukacita bagi umat Islam sendiri namun bagi seluruh umat. Ia juga berharap bulan suci ini, muslimin dan muslimat dapat menjaga dan menjalin komunikasi yang baik dengan umat lainnya, agar tidak justru menimbulkan prasangka dan perseteruan.
"Tiap detik yang kita lalui di bulan Ramadhan ini penuh dengan rahmat. Sehingga harusnya ini pun dirasakan bukan hanya oleh kaum muslimin, tapi oleh semua. Jadi, jangan sampai kemudian mengganggu umat yang lain, dan harus dikomunikasikan dengan cara sebaik-baiknya," ujar jebolan Master International Institute of Islamic Economic Islamabad Pakistan itu.
Bukan tanpa dasar, Oke menilai dewasa ini dalam hubungan antar umat, kurang terjalin komunikasi. Menurutnya harus ada keterbukaan antar umat untuk menyampaikan aspirasi dan opininya serta saling menjalin silaturahmi sehingga akan muncul rasa saling menghormati antar umat dan persatuan akan terjaga.
"Jadi yang saya lihat selama ini kaum muslimin ini yang kurang komunikasi. Sehingga perlu dibuka komunikasi yang seluas-luasnya. Saya melihat komunikasi adalah kuncinya. Bukan malah semaunya sendiri. Itu dzolim namanya," tuturnya.
Oke juga mengutarakan bagaimana peran pemerintah dan tokoh agama maupun tokoh masyarakat untuk membuat umat memahami bahwasannya Ramadhan itu mempunyai makna untuk memerdekakan dan mempersatukan.
"Tokoh keumatan ini, harus bisa mempersiapkan umat untuk menghadapi Ramadhan dengan kondisi sebaik dan seberkualitas mungkin, tidak hanya di bulan Ramadhan tapi juga bulan lainnya, memanfaatkan semua momentum secara maksimal untuk mendorong masyarakat menjadi umat yang berkualitas," tutur Oke.
Ia juga berpesan kepada masyarakat dan berbagai tokoh untuk dapat memposisikan diri berjalan bersama seirama dengan pemerintah untuk mewujudkan kemerdekaan diri, persatuan dan kerukunan. Tidak hanya dalam bulan Ramadhan namun juga bulan lainnya.
"Yang penting adalah bagaimana sekarang masyarakat juga ikut menata dirinya bersama pemerintah. Jadi harus bergandengan tangan antara pemerintah, tokoh keumatan dan juga masyarakat. Kalau caranya seperti itu kerukunan dan persatuan itu bisa tercipta di negeri ini," jelas Oke.
COPYRIGHT © ANTARA News Bangka Belitung 2022
"Yang penting dari bulan Ramadan adalah bagaimana kita sebagai umat memanfaatkan momentum untuk meningkatkan kualitas diri, sekaligus meraih berkah dari rangkaian berbagai ibadah. Intinya kita tidak hanya melewati bulan Ramadan seolah-olah sekadar tidak makan dan minum saja, tentunya itu akan sangat disayangkan," kata Ketua PBMA Bidang Hubungan Antar Lembaga dan Hubungan Internasional tersebut dalam keterangan tertulis yang diterima di Jakarta, Jumat.
Ia melanjutkan kualitas diri yang dimaksudkan olehnya adalah kualitas fisik, kualitas kecerdasan dan kualitas mentalitas seseorang, sebagai umat yang beriman.
"Pertama yakni meningkatkan kualitas fisik yang seperti apa? Tentu bulan Ramadan ini melatih kita untuk seperti menghindari makanan yang tidak bermanfaat dan yang berbahaya buat tubuh kita," jelas Wakil Ketua Komisi Hubungan Luar Negeri Majelis Ulama Indonesia (MUI) itu.
Kedua, lanjutnya, berpuasa berperan untuk melatih kualitas kecerdasan. Menurut dia, di bulan Ramadhan umat senantiasa dilatih untuk memilih hal baik dan meninggalkan keburukan. Sehingga umat menjadi cerdas yang diharapkan mampu menjadi bagian dari solusi untuk umat, bangsa dan masyarakat Indonesia pada umumnya.
"Ketiga, memperbaiki mentalitas kita dari yang sebelumnya cepat marah, cepat mengeluarkan narasi yang tidak baik, atau mengeluarkan narasi yang suka menyakiti orang lain tentunya agar bisa pelan-pelan dikurangi bahkan dihilangkan dengan momentum bulan Ramadan ini," kata Oke.
Dengan berpuasa, Oke meyakini bahwa umat dapat senantiasa memerdekakan diri nafsu, egoisme, fanatisme, adu domba yang dapat menimbulkan perpecahan.
"Tentunya dengan puasa, jadi mengurangi hal-hal yang sebelumnya boleh buat kita, ternyata hal itu akan membuat kita lebih mudah memerdekakan dari egoisme dan kita lebih mudah Allah menyatukan hati kita," ungkapnya.
Ia mengungkapkan, makna persatuan di bulan Ramadhan, hendaknya bulan suci tidak hanya menjadi sukacita bagi umat Islam sendiri namun bagi seluruh umat. Ia juga berharap bulan suci ini, muslimin dan muslimat dapat menjaga dan menjalin komunikasi yang baik dengan umat lainnya, agar tidak justru menimbulkan prasangka dan perseteruan.
"Tiap detik yang kita lalui di bulan Ramadhan ini penuh dengan rahmat. Sehingga harusnya ini pun dirasakan bukan hanya oleh kaum muslimin, tapi oleh semua. Jadi, jangan sampai kemudian mengganggu umat yang lain, dan harus dikomunikasikan dengan cara sebaik-baiknya," ujar jebolan Master International Institute of Islamic Economic Islamabad Pakistan itu.
Bukan tanpa dasar, Oke menilai dewasa ini dalam hubungan antar umat, kurang terjalin komunikasi. Menurutnya harus ada keterbukaan antar umat untuk menyampaikan aspirasi dan opininya serta saling menjalin silaturahmi sehingga akan muncul rasa saling menghormati antar umat dan persatuan akan terjaga.
"Jadi yang saya lihat selama ini kaum muslimin ini yang kurang komunikasi. Sehingga perlu dibuka komunikasi yang seluas-luasnya. Saya melihat komunikasi adalah kuncinya. Bukan malah semaunya sendiri. Itu dzolim namanya," tuturnya.
Oke juga mengutarakan bagaimana peran pemerintah dan tokoh agama maupun tokoh masyarakat untuk membuat umat memahami bahwasannya Ramadhan itu mempunyai makna untuk memerdekakan dan mempersatukan.
"Tokoh keumatan ini, harus bisa mempersiapkan umat untuk menghadapi Ramadhan dengan kondisi sebaik dan seberkualitas mungkin, tidak hanya di bulan Ramadhan tapi juga bulan lainnya, memanfaatkan semua momentum secara maksimal untuk mendorong masyarakat menjadi umat yang berkualitas," tutur Oke.
Ia juga berpesan kepada masyarakat dan berbagai tokoh untuk dapat memposisikan diri berjalan bersama seirama dengan pemerintah untuk mewujudkan kemerdekaan diri, persatuan dan kerukunan. Tidak hanya dalam bulan Ramadhan namun juga bulan lainnya.
"Yang penting adalah bagaimana sekarang masyarakat juga ikut menata dirinya bersama pemerintah. Jadi harus bergandengan tangan antara pemerintah, tokoh keumatan dan juga masyarakat. Kalau caranya seperti itu kerukunan dan persatuan itu bisa tercipta di negeri ini," jelas Oke.
COPYRIGHT © ANTARA News Bangka Belitung 2022