Dengan air mata berlinang dan tangan yang gemetar, Philomene Aby bertanya kepada pekerja pusat komunitas Korea Selatan untuk mencari informasi tentang putranya berusia 22 tahun yang hilang dalam insiden massa terinjak-injak di Seoul yang menewaskan sedikitnya 151 orang pada Sabtu. Putranya, Masela, pergi bekerja di sebuah klub di kawasan Itaewon sekitar pukul 6 sore hari itu. Itulah terakhir kali Aby, penduduk Seoul asal Pantai Gading, melihatnya.

"Saya menelepon nomornya tapi ... dia tidak menjawab," kata Aby kepada Reuters di Pusat Layanan Masyarakat Hannam-dong, yang menjadi fasilitas darurat bagi orang hilang setelah tragedi itu.

Para birokrat, yang biasanya menangani akta kelahiran atau pendaftaran tempat tinggal, berusaha membantu ratusan orang yang kebingungan mencari informasi tentang kerabat mereka.

Petugas di pusat itu bersiaga di saluran telepon darurat, menerima ratusan panggilan dari warga yang panik mencari korban yang hilang.

"Tidak ada yang mengatakan yang sebenarnya," kata Aby, yang telah tinggal di Seoul bersama putranya selama 18 tahun. Tanpa kabar soal putranya, Aby meninggalkan pusat komunitas itu dan pergi ke Kedutaan Besar Pantai Gading.

Kisahnya berakhir dengan kebahagiaan ketika Masela akhirnya pulang dengan selamat, tetapi warga yang lain tidak seberuntung Aby.

Seorang warga jatuh dan berlutut di lantai setelah berbicara dengan beberapa pejabat di pusat itu, menurut seorang saksi mata kepada Reuters.

Papan putih di kantor utama mencantumkan nomor telepon yang diperbarui setiap jam, jumlahnya lebih dari 4.100 sejak Minggu pukul 5:30 pagi.

Pada Minggu malam, semua jenazah telah diidentifikasi, kecuali satu.

Menteri Dalam Negeri Lee Sang-min mengatakan dalam pengarahan bahwa butuh lebih banyak waktu bagi warga negara asing atau remaja yang belum terdaftar di pemerintah. Dalam kasus seperti itu, mereka harus memeriksa langsung dengan keluarga.

Seorang ayah datang untuk mengambil jenazah putrinya yang berusia sekitar 20 tahun di rumah duka di Seoul, setelah menerima telepon pada pukul 1 pagi dari pihak berwenang yang mengidentifikasinya.

"Berita ini datang seperti sambaran petir dari langit biru," katanya.

Pria yang tidak mau disebutkan namanya itu mengatakan keluarganya telah memesan mobil untuk memindahkan jenazah ke kampung halaman mereka di luar Seoul dan memulai proses pemakaman selama tiga hari.

Baca juga: Dokter: berdesakan dalam kerumunan bisa sebabkan kekurangan oksigen

Baca juga: Lee Ji-han "Produce 101 Season 2" korban meninggal tragedi perayaan Halloween di Itaewon

Seorang pejabat di rumah duka mengatakan setidaknya ada dua jenazah dari insiden itu di fasilitas tersebut pada Minggu.

Keduanya tampak berasal dari luar Seoul, sehingga keluarga perlu waktu untuk mengambil jenazah mereka, kata pejabat itu.

"Keluarga perlu mendapatkan surat keterangan dari polisi, kemudian kami bisa menyerahkan jenazah kepada keluarga," kata pejabat tersebut.

"Jika keluarga ingin mengetahui penyebab kematian, maka mereka dapat meminta otopsi, tetapi untuk jenazah-jenazah ini, penyebab kematian tampaknya cukup jelas bagi saya."

Seorang pejabat dari Pemerintah Metropolitan Seoul mengatakan kepada keluarga perempuan muda itu bahwa rencana untuk membantu keluarga korban masih dibahas.

“Menyedihkan dan sulit untuk menginformasikan bahwa rencana bantuan bagi keluarga korban belum diputuskan," kata pejabat itu.

"Jika keluarga memindahkan jenazah ke kampung halaman mereka untuk dimakamkan, silakan lakukan apa yang ingin Anda lakukan.”

Sumber: Reuters

Baca juga: Para pemimpin dunia sampaikan ucapan duka atas tragedi perayaan Halloween di Itaewon

Pewarta: Aria Cindyara

Editor : Bima Agustian


COPYRIGHT © ANTARA News Bangka Belitung 2022