Pemerintah Kabupaten Belitung Timur, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, menargetkan prevalensi stunting pada tahun 2024 turun hingga menjadi 14 persen.
"Saat ini angka kasus stunting mencapai 22,6 persen, kita terus tekan hingga turun menjadi 14 persen pada 2024," kata Sekretaris Dinas Kesehatan, Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (DKPPKB) Kabupaten Belitung Timur, Dianita Fitriani di Manggar, Kamis.
Pihaknya bersama Tim Percepatan Penurunan Stunting (TPPS) terus berupaya melakukan percepatan penurunan stunting dengan terus menyosialisasikan kepada masyarakat dan melibatkan berbagai elemen masyarakat.
Dian mengatakan, berdasarkan data hasil survei status gizi Indonesia (SSGI) angka stunting di Kabupaten Belitung Timur berada di angka 22,6 persen, namun berdasarkan data pengukuran total populasiyang dilakukan oleh DKPPKB tercatat hanya sekitar 4 persen.
"Balita kita ada sekitar 8.000, semuanya diukur yang kunjungan ke Posyandu maupun yang tidak diperiksa itu angkanya hanya sekitar 4 persen," katanya.
Ia mengatakan, selain intervensi gizi sensitif yang dilakukan TPPS juga upaya intervensi spesifik, beberapa diantaranya yakni pemberian makanan tambahan untuk ibu hamil, pemberian tablet tambah darah untuk remaja putri atau intervensi langsung pemberian makan baduta.
“Kita berupaya untuk pencegahannya karena itu yang paling penting. Bagaimana melakukan pencegahan dalam 1000 hari pertama kehidupan, bahwa anak-anak bisa terpenuhi input gizinya dengan baik,” ujar Dian
Ia mengatakan, beberapa faktor penyebab stunting turut menjadi perhatian khusus seperti keluarga yang tidak mempunyai sumber air minum utama yang layak, sanitasi yang kurang layak, pola asuh keluarga hingga pernikahan di usia dini.
“Kami sudah melakukan pencatatan pada Elektronik Pencatatan Pelaporan Gizi Berbasis Masyarakat (e-PPGBM). Artinya daerah yang kantung merah ataupun kuning yang sudah di dalam kondisi warning yang angkanya mungkin sudah diatas 14 persen itu berarti sudah harus menjadi fokus kita,” jelas Dian.
COPYRIGHT © ANTARA News Bangka Belitung 2022
"Saat ini angka kasus stunting mencapai 22,6 persen, kita terus tekan hingga turun menjadi 14 persen pada 2024," kata Sekretaris Dinas Kesehatan, Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (DKPPKB) Kabupaten Belitung Timur, Dianita Fitriani di Manggar, Kamis.
Pihaknya bersama Tim Percepatan Penurunan Stunting (TPPS) terus berupaya melakukan percepatan penurunan stunting dengan terus menyosialisasikan kepada masyarakat dan melibatkan berbagai elemen masyarakat.
Dian mengatakan, berdasarkan data hasil survei status gizi Indonesia (SSGI) angka stunting di Kabupaten Belitung Timur berada di angka 22,6 persen, namun berdasarkan data pengukuran total populasiyang dilakukan oleh DKPPKB tercatat hanya sekitar 4 persen.
"Balita kita ada sekitar 8.000, semuanya diukur yang kunjungan ke Posyandu maupun yang tidak diperiksa itu angkanya hanya sekitar 4 persen," katanya.
Ia mengatakan, selain intervensi gizi sensitif yang dilakukan TPPS juga upaya intervensi spesifik, beberapa diantaranya yakni pemberian makanan tambahan untuk ibu hamil, pemberian tablet tambah darah untuk remaja putri atau intervensi langsung pemberian makan baduta.
“Kita berupaya untuk pencegahannya karena itu yang paling penting. Bagaimana melakukan pencegahan dalam 1000 hari pertama kehidupan, bahwa anak-anak bisa terpenuhi input gizinya dengan baik,” ujar Dian
Ia mengatakan, beberapa faktor penyebab stunting turut menjadi perhatian khusus seperti keluarga yang tidak mempunyai sumber air minum utama yang layak, sanitasi yang kurang layak, pola asuh keluarga hingga pernikahan di usia dini.
“Kami sudah melakukan pencatatan pada Elektronik Pencatatan Pelaporan Gizi Berbasis Masyarakat (e-PPGBM). Artinya daerah yang kantung merah ataupun kuning yang sudah di dalam kondisi warning yang angkanya mungkin sudah diatas 14 persen itu berarti sudah harus menjadi fokus kita,” jelas Dian.
COPYRIGHT © ANTARA News Bangka Belitung 2022