Manggar, Babel (ANTARA) - Pemerintah Kabupaten Belitung Timur, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, menggencarkan koordinasi lintas sektoral dan promosi kesehatan untuk menurunkan angka stunting di wilayah itu.
"Kita terus berupaya menekan angka kasus stunting melalui koordinasi lintas sektor. Kita upayakan zero kasus pada 2024," kata Wakil Bupati Belitung Timur, Khairil Anwar di Manggar, Jumat.
Berdasarkan data Dinas Kesehatan Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana Kabupaten Belitung Timur, jumlah stunting bayi bawah lima tahun (Balita) mencapai 315 bayi atau 3,77 persen. Sedangkan Bayi di Bawah Dua Tahun (Baduta) mencapai 107 orang atau 3,94 persen.
"Kita harus turunkan angka stunting sesuai target. Kalau sekarang di angka tiga persen, kita harus turunkan jauh di bawah itu lagi,” ujarnya.
Khairil yang juga merupakan Ketua Tim Percepatan Penurunan Stunting Kabupaten Belitung Timur, mengatakan butuh kerja sama dengan berbagai pihak untuk menekan angka kasus stunting.
"Peran penting dari OPD terkait, pemerintah desa serta berbagai pemangku kepentingan lainnya untuk berkolaborasi dan memiliki tanggung jawab yang sama dalam menurunkan angka stunting ini,” ujar Khairil.
Khairil mengatakan, kepedulian orang tua terhadap anak juga menjadi faktor yang mempengaruhi kondisi bayi stunting, selain faktor ekonomi.
"Banyak kasus stunting terjadi karena orang tua kurang peduli akan gizi anak,” ujarnya.
Koordinator Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi (KBKR) Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, Yudi Rafani, mengatakan, berdasarkan data di Belitung Timur terdata sebanyak 10.965 keluarga berisiko stunting.
"Keluarga berisiko stunting karena berbagai sebab, di antaranya adalah faktor ekonomi dan pola hidup sehat," katanya.