Pemerintah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, siap membangun perkebunan kelapa sawit yang berkelanjutan dan ramah lingkungan di daerah itu.
Kepala Bidang Perkebunan Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, Haruldi di Tanjung Pandan, Kamis mengatakan pembangunan kelapa sawit berkelanjutan dilakukan guna memenuhi standar permintaan negara-negara pasar kelapa sawit Indonesia.
"Terutama negara-negara di Amerika dan Eropa yang selama ini menjadi pasar minyak kelapa sawit Indonesia mereka menginginkan pengelolaan kelapa sawit yang ramah lingkungan," katanya.
Ia mengatakan, selama ini minyak kelapa sawit Indonesia sering mendapatkan tudingan tidak ramah lingkungan dan berkelanjutan.
"Karena gambaran di luar negeri memang seperti itu sawit, di Indonesia sering disebut merusak lingkungan," ujarnya.
Padahal, lanjut Haruldi, kondisi di lapangan tidak seperti itu. Pengelolaan sawit di Bangka Belitung mengedepankan prinsip ramah lingkungan dan berkelanjutan seperti menggunakan bibit unggul serta tidak merusak kawasan hutan.
"Kami juga memfasilitasi pengolahan sawit berkelanjutan di kebun masyarakat, kami dukung dengan legalitas adalah surat tanda daftar usaha perkebunan," katanya.
Ia menambahkan, saat ini di Provinsi Kepulauan Bangka terdapat 52 izin usaha perkebunan kelapa sawit dan 19 diantaranya telah mendapatkan sertifikat Indonesia Sustainable Palm Oil (ISPO).
Hal ini menunjukkan, komitmen dan keseriusan dari perusahaan perkebunan kelapa sawit di Bangka Belitung untuk membangun industri kelapa sawit yang berkelanjutan.
"Ke depannya jumlah pemegang sertifikat ISPO memang akan kami tingkatkan," ujarnya.
Ia berharap, dialog ISPO yang dilakukan di daerah itu mampu meningkatkan nilai jual kelapa sawit di daerah itu. "Kalau terjadi pening nilai jual maka akan berdampak baik terhadap masyarakat," kata Haruldi.
COPYRIGHT © ANTARA News Bangka Belitung 2022
Kepala Bidang Perkebunan Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, Haruldi di Tanjung Pandan, Kamis mengatakan pembangunan kelapa sawit berkelanjutan dilakukan guna memenuhi standar permintaan negara-negara pasar kelapa sawit Indonesia.
"Terutama negara-negara di Amerika dan Eropa yang selama ini menjadi pasar minyak kelapa sawit Indonesia mereka menginginkan pengelolaan kelapa sawit yang ramah lingkungan," katanya.
Ia mengatakan, selama ini minyak kelapa sawit Indonesia sering mendapatkan tudingan tidak ramah lingkungan dan berkelanjutan.
"Karena gambaran di luar negeri memang seperti itu sawit, di Indonesia sering disebut merusak lingkungan," ujarnya.
Padahal, lanjut Haruldi, kondisi di lapangan tidak seperti itu. Pengelolaan sawit di Bangka Belitung mengedepankan prinsip ramah lingkungan dan berkelanjutan seperti menggunakan bibit unggul serta tidak merusak kawasan hutan.
"Kami juga memfasilitasi pengolahan sawit berkelanjutan di kebun masyarakat, kami dukung dengan legalitas adalah surat tanda daftar usaha perkebunan," katanya.
Ia menambahkan, saat ini di Provinsi Kepulauan Bangka terdapat 52 izin usaha perkebunan kelapa sawit dan 19 diantaranya telah mendapatkan sertifikat Indonesia Sustainable Palm Oil (ISPO).
Hal ini menunjukkan, komitmen dan keseriusan dari perusahaan perkebunan kelapa sawit di Bangka Belitung untuk membangun industri kelapa sawit yang berkelanjutan.
"Ke depannya jumlah pemegang sertifikat ISPO memang akan kami tingkatkan," ujarnya.
Ia berharap, dialog ISPO yang dilakukan di daerah itu mampu meningkatkan nilai jual kelapa sawit di daerah itu. "Kalau terjadi pening nilai jual maka akan berdampak baik terhadap masyarakat," kata Haruldi.
COPYRIGHT © ANTARA News Bangka Belitung 2022