Warga Melayu di Kabupaten Bangka Tengah, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung menghargai perayaan Imlek dengan "bertandang" ke rumah warga keturunan Tionghoa.
"Ini bentuk dari menghargai keberagaman dan toleransi antaretnis dalam menjalankan tradisi mereka masing-masing," kata seorang warga Bangka Tengah Zulkifli di Koba, Minggu.
Menurut dia, Melayu dan Tionghoa sudah hidup berdampingan cukup lama maka bertandang ke rumah warga Tionghoa dalam rangka Imlek sudah tidak asing lagi.
Demikian pula sebaliknya, warga keturunan juga sudah biasa bertamu ke rumah orang Melayu saat Lebaran Idul Fitri.
Ia mengatakan, masyarakat Melayu dan Tionghoa sudah membaur dari zaman nenek moyang dan bahkan banyak orang Melayu menikah dengan orang Tionghoa dan demikian pula sebaliknya.
"Maka tidak heran terkadang ada warga Melayu juga turut merayakan Imlek dengan kegiatan bertandang seperti halnya bertandang dalam suasana Hari Raya Idul Fitri," katanya.
Ikbal, warga Bangka Tengah yang lainnya mengatakan bertandang saat Imlek bukan bicara soal keyakinan, melainkan menghormati keberagaman.
"Ini tidak lebih hanya bentuk saling menghargai dan menghormati saja, bentuk hubungan sosial saja bukan persoalan keyakinan," katanya.
Ia menyebutkan penduduk Bangka Tengah adalah multietnis dan warga keturunan Tionghoa cukup banyak dibanding Batak, Jawa, Minang dan etnis lainnya.
"Saya dari dulu menghargai dan menghormati perbedaan, karena kita hidup membaur dalam kehidupan sosial," katanya.
Demikian juga warga keturunan Tionghoa kata dia menghormati dan bahkan turut serta saat masyarakat Melayu merayakan Idul Fitri.
"Orang Tionghoa juga banyak yang bertandang ke rumah warga Melayu dalam rangka merayakan Idul Fitri dan ini membuktikan toleransi dalam hidup beragama di daerah ini sangat tinggi," ujarnya.
COPYRIGHT © ANTARA News Bangka Belitung 2023
"Ini bentuk dari menghargai keberagaman dan toleransi antaretnis dalam menjalankan tradisi mereka masing-masing," kata seorang warga Bangka Tengah Zulkifli di Koba, Minggu.
Menurut dia, Melayu dan Tionghoa sudah hidup berdampingan cukup lama maka bertandang ke rumah warga Tionghoa dalam rangka Imlek sudah tidak asing lagi.
Demikian pula sebaliknya, warga keturunan juga sudah biasa bertamu ke rumah orang Melayu saat Lebaran Idul Fitri.
Ia mengatakan, masyarakat Melayu dan Tionghoa sudah membaur dari zaman nenek moyang dan bahkan banyak orang Melayu menikah dengan orang Tionghoa dan demikian pula sebaliknya.
"Maka tidak heran terkadang ada warga Melayu juga turut merayakan Imlek dengan kegiatan bertandang seperti halnya bertandang dalam suasana Hari Raya Idul Fitri," katanya.
Ikbal, warga Bangka Tengah yang lainnya mengatakan bertandang saat Imlek bukan bicara soal keyakinan, melainkan menghormati keberagaman.
"Ini tidak lebih hanya bentuk saling menghargai dan menghormati saja, bentuk hubungan sosial saja bukan persoalan keyakinan," katanya.
Ia menyebutkan penduduk Bangka Tengah adalah multietnis dan warga keturunan Tionghoa cukup banyak dibanding Batak, Jawa, Minang dan etnis lainnya.
"Saya dari dulu menghargai dan menghormati perbedaan, karena kita hidup membaur dalam kehidupan sosial," katanya.
Demikian juga warga keturunan Tionghoa kata dia menghormati dan bahkan turut serta saat masyarakat Melayu merayakan Idul Fitri.
"Orang Tionghoa juga banyak yang bertandang ke rumah warga Melayu dalam rangka merayakan Idul Fitri dan ini membuktikan toleransi dalam hidup beragama di daerah ini sangat tinggi," ujarnya.
COPYRIGHT © ANTARA News Bangka Belitung 2023