Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Bangka Barat, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, mencatat jumlah produksi budi daya ikan air tawar dari kelompok usaha binaan pada 2022 mencapai 114 ton.
"Produksi kita memang masih sedikit dan belum mampu memenuhi kebutuhan konsumsi warga lokal, sehingga banyak produk ikan air tawar yang masih dipasok dari daerah lain di Pulau Bangka," kata pelaksana tugas Kepala Bidang Budi daya Dinas Kelautan dan Perikanan kabupaten Bangka Barat Dodi Sihono di Mentok, Rabu.
Ia mengatakan sebanyak 114 ton selama setahun tersebut merupakan hasil produksi dari kelompok usaha yang tersebar di enam kecamatan, yaitu di Kecamatan Mentok sebanyak 21.006 kilogram, Simpangteritip 13.672 kilogram, Jebus 14.856 kilogram, Parittiga 40.770 kilogram, Kelapa 15.360 kilogram dan dari Kecamatan Tempilang 8.280 kilogram.
Untuk pelaku usaha budi daya di seluruh Bangka Barat tercatat 147 rumah tangga produksi yang tergabung dalam kelompok usaha budi daya ikan air tawar binaan pemerintah.
"Kami akan terus mendorong masyarakat agar tertarik mengembangkan usaha ini karena pangsa pasar masih terbuka dan harga juga cukup menjanjikan," katanya.
Menurut dia, jenis usaha budi daya ikan air tawar masih cukup menjanjikan karena dari nilai jual masih cukup tinggi, misalnya untuk ikan nila rata-rata dijual Rp35.000 per kilogram, lele Rp25.000, bawal Rp35.000, patin Rp30.000, gurami Rp60.000 dan ikan gabus Rp35.000 per kilogram.
"Kalau dihitung dengan biaya pokok produksi, harga jual di tingkat petani sebesar itu masih cukup menguntungkan. Untuk itu kami akan terus mendorong agar semakin banyak pelaku usaha ini," katanya.
Selain itu, pertambahan penduduk yang semakin banyak juga mendorong meningkatnya jumlah konsumsi masyarakat terhadap ikan air tawar.
"Dengan nilai jual yang masih cukup tinggi tersebut, jumlah total produksi 114 ton selama setahun jika dihitung nilai produksi keseluruhan mencapai Rp3.142.742.500," katanya.
COPYRIGHT © ANTARA News Bangka Belitung 2023
"Produksi kita memang masih sedikit dan belum mampu memenuhi kebutuhan konsumsi warga lokal, sehingga banyak produk ikan air tawar yang masih dipasok dari daerah lain di Pulau Bangka," kata pelaksana tugas Kepala Bidang Budi daya Dinas Kelautan dan Perikanan kabupaten Bangka Barat Dodi Sihono di Mentok, Rabu.
Ia mengatakan sebanyak 114 ton selama setahun tersebut merupakan hasil produksi dari kelompok usaha yang tersebar di enam kecamatan, yaitu di Kecamatan Mentok sebanyak 21.006 kilogram, Simpangteritip 13.672 kilogram, Jebus 14.856 kilogram, Parittiga 40.770 kilogram, Kelapa 15.360 kilogram dan dari Kecamatan Tempilang 8.280 kilogram.
Untuk pelaku usaha budi daya di seluruh Bangka Barat tercatat 147 rumah tangga produksi yang tergabung dalam kelompok usaha budi daya ikan air tawar binaan pemerintah.
"Kami akan terus mendorong masyarakat agar tertarik mengembangkan usaha ini karena pangsa pasar masih terbuka dan harga juga cukup menjanjikan," katanya.
Menurut dia, jenis usaha budi daya ikan air tawar masih cukup menjanjikan karena dari nilai jual masih cukup tinggi, misalnya untuk ikan nila rata-rata dijual Rp35.000 per kilogram, lele Rp25.000, bawal Rp35.000, patin Rp30.000, gurami Rp60.000 dan ikan gabus Rp35.000 per kilogram.
"Kalau dihitung dengan biaya pokok produksi, harga jual di tingkat petani sebesar itu masih cukup menguntungkan. Untuk itu kami akan terus mendorong agar semakin banyak pelaku usaha ini," katanya.
Selain itu, pertambahan penduduk yang semakin banyak juga mendorong meningkatnya jumlah konsumsi masyarakat terhadap ikan air tawar.
"Dengan nilai jual yang masih cukup tinggi tersebut, jumlah total produksi 114 ton selama setahun jika dihitung nilai produksi keseluruhan mencapai Rp3.142.742.500," katanya.
COPYRIGHT © ANTARA News Bangka Belitung 2023