Presiden Turki Tayyip Erdogan pada Rabu mengakui adanya sejumlah kendala dalam respons awal pemerintah terhadap dampak gempa mematikan.

Namun, Erdogan mengatakan upaya penanganan dampak bencana itu saat ini sudah kembali normal.

Erdogan mengatakan hal itu ketika pertama kali mengunjungi wilayah terdampak sejak Senin, ketika dua gempa besar–masing-masing bermagnitudo 7,8 dan 7,5–mengguncang dalam waktu beberapa jam.

Angka kematian akibat gempa itu di Turki dan negara tetangganya, Suriah, sudah lebih dari 11.000 jiwa.

Kepada pers di Provinsi Kahramanmaras dekat episentrum bencana, Erdogan mengatakan ada masalah pada jalan dan bandara, tetapi semuanya semakin baik dari hari ke hari.

"Pada hari pertama kami menemui beberapa masalah, tetapi kemudian pada hari kedua dan hari ini, situasinya terkendali," katanya.

Baca juga: Dua WNI korban gempa di Turki dimakamkan di Kahramanmaras

Baca juga: Indonesia siap bantu pemerintah Turki dalam penanganan gempa

Dia mengatakan pemerintah masih menghadapi kendala bahan bakar, tetapi akan berusaha mengatasinya.

Rencananya, permukiman akan dibangun dalam satu tahun ke depan bagi korban yang kehilangan tempat tinggal di 10 provinsi terdampak, kata Erdogan.

Gempa paling merusak dalam beberapa dekade itu meruntuhkan lebih dari 6.400 bangunan dan merusak rumah sakit, bandara dan jalan.

Banyak penduduk mengeluhkan minimnya sumber daya dan tanggap darurat yang lambat.

Erdogan mengatakan warga sebaiknya hanya memperhatikan informasi dari pemerintah dan mengabaikan "provokator".

Pemerintah Turki mengatakan sekitar 13,5 juta orang terdampak oleh bencana itu.

Sumber: Reuters

Baca juga: Jumlah korban tewas akibat gempa dahsyat di Turki bertambah jadi 5.434

Pewarta: Anton Santoso

Editor : Bima Agustian


COPYRIGHT © ANTARA News Bangka Belitung 2023