Pangkalpinang (Antara Babel) - Permintaan daging ayam kampung di pasar-pasar di Kota Pangkalpinang, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung menurun sejak banjir mulai surut beberapa waktu lalu disamping karena perekonomian warga yang juga melemah.
"Sejak surutnya banjir hingga kini permintaan masih sepi. Biasanya habis terjual kisaran 10 ekor per hari bahkan bisa lebih, namun sekarang hanya lima ekor per hari," kata seorang pedagang ayam kampung, Juju di Pangkalpinang, Minggu.
Ia menjelaskan, harga daging ayam kampung masih stabil yaitu Rp50.000 per kilogram dan stok cukup untuk memenuhi permintaan karena pasokan dari peternak masih lancar.
"Pasokan kita dapat dari peternak lokal karena pembudidaya ayam kampung di daerah ini cukup banyak sehingga tidak perlu didatangkan dari luar provinsi. Kebanyakan peternak langsung mengantar ayam-ayamnya kepada para pedagang," ujarnya.
Ia mengaku menjual ayam kampung dalam keadaan hidup sehingga saat banjir terjadi beberapa waktu lalu banyak ayam-ayamnya yang mati akibat terendam air.
"Sekitar 50 ekor ayam kampung yang hendak saya jual mati tenggelam, untungnya masih ada beberapa ekor yang berhasil diselamatkan," ujarnya.
Demikian juga dengan Andi, pedagang lainnya yang mengakui permintaan daging ayam kampung yang menurun.
Selain menjual daging ayam kampung ia juga menjual daging ayam merah dan bebek yang harganya masih stabil, yaitu masing-masing Rp60.000 dan Rp50.000 per ekor.
"Biasanya permintaan meningkat setiap menjelang perayaan hari besar keagamaan seperti Lebaran Idul Adha, Idul Fitri, Imlek dan lainnya," ujarnya.
COPYRIGHT © ANTARA News Bangka Belitung 2016
"Sejak surutnya banjir hingga kini permintaan masih sepi. Biasanya habis terjual kisaran 10 ekor per hari bahkan bisa lebih, namun sekarang hanya lima ekor per hari," kata seorang pedagang ayam kampung, Juju di Pangkalpinang, Minggu.
Ia menjelaskan, harga daging ayam kampung masih stabil yaitu Rp50.000 per kilogram dan stok cukup untuk memenuhi permintaan karena pasokan dari peternak masih lancar.
"Pasokan kita dapat dari peternak lokal karena pembudidaya ayam kampung di daerah ini cukup banyak sehingga tidak perlu didatangkan dari luar provinsi. Kebanyakan peternak langsung mengantar ayam-ayamnya kepada para pedagang," ujarnya.
Ia mengaku menjual ayam kampung dalam keadaan hidup sehingga saat banjir terjadi beberapa waktu lalu banyak ayam-ayamnya yang mati akibat terendam air.
"Sekitar 50 ekor ayam kampung yang hendak saya jual mati tenggelam, untungnya masih ada beberapa ekor yang berhasil diselamatkan," ujarnya.
Demikian juga dengan Andi, pedagang lainnya yang mengakui permintaan daging ayam kampung yang menurun.
Selain menjual daging ayam kampung ia juga menjual daging ayam merah dan bebek yang harganya masih stabil, yaitu masing-masing Rp60.000 dan Rp50.000 per ekor.
"Biasanya permintaan meningkat setiap menjelang perayaan hari besar keagamaan seperti Lebaran Idul Adha, Idul Fitri, Imlek dan lainnya," ujarnya.
COPYRIGHT © ANTARA News Bangka Belitung 2016