Seorang siswa Sekolah Luar Biasa (SLB) Sungailiat Bangka Provinsi Kepulauan Bangka Belitung atas nama Ramadhan alias Rama (14) di Diagnosis dokter mengalami masalah pada tulang ekor yang mengakibatkan badan anak kebutuhan khusus tersebut (ABK) sangat memprihatinkan.
"Fisik yang sangat kurus atau bak kulit membungkus tulang menyebabkan Rama tidak mampu berjalan normal seperti teman - teman seusianya," kata Harli (41) yang merupakan orang tua Rama melalui keterangan, Jumat.
Awal kejadian saat Rama masih duduk di lembaga pendidikan Taman Kanak - Kanan (TK), kata Herli, Rama jatuh dengan posisi terduduk, kondisi Rama saat itu masih normal dan sekitar kelas 2 Sekolah Dasar, Rama mulai tidak bisa jalan, kalaupun memaksa berjalan, berjarak satu meter langsung jatuh.
Rama yang hanya tinggal bersama ayahnya di Lingkungan Kampung Batu, Sungailiat hanya bisa menatap nanar pandangan keceriaan anak - anak sebayanya yang bermain di halaman rumah. Ia harus mendapatkan pertolongan orang lain apabila hendak keluar rumah untuk membopong tubuhnya.
Menurut Harli, status pekerjaannya yang hanya sebagai kuli serabutan tidak dapat menopang biaya pengobatan si buah hati. Sudah lelah ia membawa Rama berobat secara medis maupun alternatif, namun tak memberikan hasil yang lebih untuk kesembuhan Rama.
"Kalau diagnosis dokter, tulang ekor dia bermasalah. Mungkin akibat jatuh itu. Segala macam pengobatan, tradisional sudah lakukan namun ada perkembangan membaik, karena saya hanya kerja serabutan, jadi tidak mampu membawa ke dokter terus. Kami sekarang hanya mengandalkan obat tradisional," jelasnya.
Dengan segala keterbatasan, Rama merupakan bocah yang mempunyai semangat belajar tinggi yang rajin masuk sekolah.
Sebagai ayah yang membesarkan Rama seorang diri, setelah bercerai dengan istri, Harli kagum dengan keinginan dan semangat Rama untuk belajar, namun dia sering memikirkan keinginan anaknya tersebut, terhalangi kondisi fisik yang sangat memprihatinkan.
"Ya, karena kami kondisinya sekarang ini, paling hanya bawa Rama berobat tradisional. Kalau dengar di mana ada info orang bisa mengobati, saya langsung ke sana. Tapi, kalau ke dokter, kami tidak mampu," jelasnya.
Lebih lanjut, Harli sangat berharap kedepannya Rama mendapat bantuan, terutama dalam hal pengobatan. Karena, sampai saat ini dia terus berjuang mencari pemasukan seadanya demi kesembuhan Rama.
"Semoga nanti kalau sudah rezekinya Rama, ada yang bantu. Demi kesembuhan anak saya," kata Harli.
COPYRIGHT © ANTARA News Bangka Belitung 2023
"Fisik yang sangat kurus atau bak kulit membungkus tulang menyebabkan Rama tidak mampu berjalan normal seperti teman - teman seusianya," kata Harli (41) yang merupakan orang tua Rama melalui keterangan, Jumat.
Awal kejadian saat Rama masih duduk di lembaga pendidikan Taman Kanak - Kanan (TK), kata Herli, Rama jatuh dengan posisi terduduk, kondisi Rama saat itu masih normal dan sekitar kelas 2 Sekolah Dasar, Rama mulai tidak bisa jalan, kalaupun memaksa berjalan, berjarak satu meter langsung jatuh.
Rama yang hanya tinggal bersama ayahnya di Lingkungan Kampung Batu, Sungailiat hanya bisa menatap nanar pandangan keceriaan anak - anak sebayanya yang bermain di halaman rumah. Ia harus mendapatkan pertolongan orang lain apabila hendak keluar rumah untuk membopong tubuhnya.
Menurut Harli, status pekerjaannya yang hanya sebagai kuli serabutan tidak dapat menopang biaya pengobatan si buah hati. Sudah lelah ia membawa Rama berobat secara medis maupun alternatif, namun tak memberikan hasil yang lebih untuk kesembuhan Rama.
"Kalau diagnosis dokter, tulang ekor dia bermasalah. Mungkin akibat jatuh itu. Segala macam pengobatan, tradisional sudah lakukan namun ada perkembangan membaik, karena saya hanya kerja serabutan, jadi tidak mampu membawa ke dokter terus. Kami sekarang hanya mengandalkan obat tradisional," jelasnya.
Dengan segala keterbatasan, Rama merupakan bocah yang mempunyai semangat belajar tinggi yang rajin masuk sekolah.
Sebagai ayah yang membesarkan Rama seorang diri, setelah bercerai dengan istri, Harli kagum dengan keinginan dan semangat Rama untuk belajar, namun dia sering memikirkan keinginan anaknya tersebut, terhalangi kondisi fisik yang sangat memprihatinkan.
"Ya, karena kami kondisinya sekarang ini, paling hanya bawa Rama berobat tradisional. Kalau dengar di mana ada info orang bisa mengobati, saya langsung ke sana. Tapi, kalau ke dokter, kami tidak mampu," jelasnya.
Lebih lanjut, Harli sangat berharap kedepannya Rama mendapat bantuan, terutama dalam hal pengobatan. Karena, sampai saat ini dia terus berjuang mencari pemasukan seadanya demi kesembuhan Rama.
"Semoga nanti kalau sudah rezekinya Rama, ada yang bantu. Demi kesembuhan anak saya," kata Harli.
COPYRIGHT © ANTARA News Bangka Belitung 2023