Pangkalpinang (Antara Babel) - Warga keturunan Tionghoa mulai ramai mendatangi kuburan Sentosa di Pangkalpinang, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, untuk melakukan ziarah kubur Ceng Beng atau Ching Bing guna mendoakan para leluhur.

"Meskipun Ceng Beng jatuh pada tanggal 5 April, namun sejak Paskah 25 Maret jumlah peziarah yang datang ke sini terus meningkat terutama pada hari libur. Puncaknya kemungkinan pada pekan depan," kata pelaksana harian Kantor Pekuburan Sentosa Pangkalpinang, Fennie lie, di Pangkalpinang, Senin.

Menurutnya, warga keturunan Tionghoa yang ziarah kubur terus berdatangan dari pagi, siang sampai sore hari dengan jumlah ratusan orang perhari.

"Ziarah yang datang tidak hanya dari seputaran Pangkalpinang tetapi dari kabupaten, luar daerah bahkan luar negeri," katanya.

Ia mengatakan, saat tiba di kuburan, warga Tionghoa mempersiapkan sejumlah sesajen, seperti hio dan lilin merah untuk dibakar, kemudian membakar kertas yang digambar sebagai uang, menyiapkan berbagai sesajen seperti buah-buahan, kue, permen, kacang, serta air mineral.

"Sesajen yang disajikan biasanya yang disenangi oleh leluhur saat masih hidup," katanya.

Menurut tradisi Tionghoa,  Ceng Beng berarti terang dan cerah sehingga dipercaya membawa rezeki dan keberkahan.

"Pada saat itu warga Tionghoa beramai-ramai pergi ke pemakaman orang tua, keluarga serta leluhur untuk melakukan upacara penghormatan," jelasnya.

Kata dia, upacara penghormatan dilakukan melalui berbagai jenis, misalnya saja dengan membersihkan kuburan, menebarkan sampai membakar kertas yang sering dikenal "gincua" atau kertas perak.

"Warga Tionghoa percaya Ceng Beng merupakan hari baik karena cuaca cerah dan bagus serta arwah turun ke bumi. Mereka juga percaya saat membakar hio dan memberikan sesajen, arwah akan datang dan menikmati sesajen yang dihidangkan," jelasnya.

Pewarta: Septi Artiana

Editor : Mulki


COPYRIGHT © ANTARA News Bangka Belitung 2016