Dalam kondisi cuaca cerah dan panas, upacara peringatan Hari Lahir Pancasila 1 Juni 2023 berlangsung secara khidmat mulai pukul 07.45 hingga berakhir pada 08.45. Upacara diikuti oleh pelbagai elemen masyarakat, mulai dari Pimpinan MPR dan DPR, jajaran Menteri Kabinet Indonesia Maju, perwakilan dari berbagai Kementerian dan Lembaga, anak sekolah, Aparatur Sipil Negara (ASN), anggota TNI dan Polri.

Upacara yang disiarkan langsung lewat berbagai saluran televisi dan media elektronik lainnya tersebut, dipimpin langsung oleh Presiden Jokowi yang bertindak sebagai inspektur upacara. Dalam acara itu, Presiden Jokowi tampak menggunakan pakaian adat Kesultanan Deli, dengan basecap berwarna hitam dengan corak batik berwarna emas serta sarung dan penutup kepala berwarna senada.

Dalam  pidatonya Presiden Joko Widodo (Jokowi) menyampaikan bahwa Pancasila  memiliki peran penting dalam menghadapi krisis dan dinamika global.
“Alhamdulillah, di tengah krisis yang melanda dunia, Indonesia adalah satu dari sedikit negara yang berhasil menjaga stabilitas ekonominya, menjaga stabilitas sosial dan politiknya. Inflasi terkendali, investasi tumbuh dan lapangan kerja bisa bertambah. Ini adalah sumbangsih seluruh anak bangsa,” ujar Presiden Jokowi mengawali pidatonya.

“Berkat persatuan berkat kerja keras dan gotong royong, bangsa ini berhasil menghadapi tantangan dan semakin dipercaya dunia. Semua itu pondasinya adalah ideologi Pancasila yang diwariskan oleh presiden pertama Ir Sukarno. Ideologi yang harus terus kita pegang teguh untuk memperkokoh kemajuan bangsa,” tegas Presiden Jokowi.

"Indonesia adalah Indonesia yang tidak dapat dipimpin oleh siapapun, yang tidak dapat didikte oleh negara manapun, namun selalu siap berkontribusi bagi dunia. Ideologi Pancasila membuat kepemimpinan Indonesia diterima dan diakui dunia," tambah Presiden Jokowi.

Sebagai bukti bahwa berkat Pancasila maka kepemimpinan Indonesia diterima dan diakui dunia, Presiden Jokowi kemudian menunjukkan kesuksesan Presidensi G-20 dan Keketuaan ASEAN pada tahun 2023. Presiden juga menambahkan bahwa kesuksesan tersebut merupakan bukti nyata bahwa Pancasila bukan hanya utama untuk Indonesia tetapi juga sangat relevan untuk dunia.  

Baca juga: Presiden Jokowi pimpin upacara Hari Kesaktian Pancasila di Lubang Buaya

Menanggapi pernyataan Presiden Jokowi ini, sangat tampak konsistensi dari sikap dan kebijakan politik dan hubungan luar negeri Indonesia dalam menghadapi dinamika perubahan geopolitik berdasarkan Pancasila dan konsep Trisakti yang dikemukakan Presiden Sukarno pada tahun 1963.

Konsep Trisakti adalah konsep yang berisikan tiga hal, yaitu pertama berdaulat di bidang politik, kedua berdikari di bidang ekonomi, dan ketiga berkepribadian dalam budaya.

Pernyataan Presiden Jokowi sangat layak didukung, karena sebagai negara besar, sudah selayaknya Indonesia duduk sejajar dengan bangsa-bangsa lain dan siap bekerja sama dengan negara manapun dan menjadi titik temu serta jembatan dari perbedaan-perbedaan yang ada di dunia

Sebagai sebuah negara berdaulat, Indonesia bisa mandiri dan tidak bergantung terhadap bangsa lain mulai dari kehidupan politik, ekonomi hingga kehidupan sosial budaya. Negara lain tidak dapat cawe-cawe urusan Indonesia dalam hal politik, ekonomi dan budaya Indonesia.

Saat menjabat Presidensi G-20 misalnya, secara mandiri, Indonesia telah berhasil memperjuangkan arsitektur kesehatan global dan mendorong dilakukannya kolaborasi global untuk mempercepat pemulihan pandemi dengan tetap berpegang pada prinsip solidaritas, akuntabilitas, dan kesetaraan.

Indonesia juga berhasil menjadikan posisi Presidensi G20 sebagai momentum untuk mendorong ide, berbagi pengalaman, dan peluang dalam membangun kembali tatanan dunia yang lebih kuat setelah terguncang badai pandemi virus corona.

Baca juga: Presiden Jokowi kenakan pakaian adat Kesultanan Deli saat pimpin Upacara Peringatan Hari Lahir Pancasila

Dalam konteks ASEAN, Indonesia bukan hanya salah satu negara pendiri yang ikut menanamkan nilai yang jadi fondasi organisasi ini, tetapi juga memiliki pengaruh besar untuk mengendalikan Asia Tenggara. Indonesia memiliki peran besar dalam melahirkan gagasan baru untuk memperkuat sentralitas ASEAN.

Oleh karena itu, pernyataan Presiden Jokowi bahwa Pancasila bukan hanya utama untuk Indonesia tetapi juga sangat relevan untuk dunia, juga merupakan kesinambungan dari tawaran yang disampaikan Presiden Sukarno atau Bung Karno di depan Sidang Majelis Umum PBB tanggal 30 September 1960.  

Dikutip dari situs Kepustakaan Presiden Perpustakaan Nasional Indonesia, teks pidato Sukarno di Sidang Umum PBB itu sepanjang 28 halaman. Sedangkan di dalam pidato itu Presiden pertama RI ini menyinggung Pancasila sebanyak 23 kali.

Dalam pidato yang berjudul To Build A World Anew, Bung Karno menguraikan filosofi Pancasila di hadapan para pemimpin dunia yang hadir dalam sidang tersebut. Bung Karno menganjurkan agar nilai-nilai dari dasar negara itu diterima oleh semua anggota PBB.

Bung Karno menjelaskan bahwa nilai-nilai Pancasila tidak hanya bersifat nasional keindonesiaan, tetapi universal dan internasional. Ketuhanan Yang Maha Esa, kemanusiaan, nasionalisme, demokrasi dan keadilan sosial, semuanya memiliki nilai universal.

Bung Karno juga mengusulkan pada Sidang Umum PBB, agar Pancasila dimasukkan ke dalam Piagam PBB. Usulan tersebut mendapatkan sambutan meriah dari para pemimpin dunia. Sambutan itu menunjukkan bahwa Pancasila diakui oleh dunia sebagai nilai-nilai yang bersifat universal.

Aris Heru Utomo *): adalah Direktur Pengkajian Materi Pembinaan Ideologi Pancasila BPIP

Pewarta: Aris Heru Utomo *)

Editor : Joko Susilo


COPYRIGHT © ANTARA News Bangka Belitung 2023