Suara takbir menggema dalam aksi damai untuk membela Palestina di Pintu Tenggara Stasiun Shinjuku, Tokyo, pada Minggu (15/10).
Para peserta aksi dari berbagai negara mengutuk keras serangan Israel yang melakukan kejahatan genosida terhadap warga Palestina di Gaza sehingga menyebabkan ribuan warga meninggal.
Bukan hanya Muslim melainkan dari berbagai latar belakang, seperti biksu, pejabat, pekerja serta rakyat sipil baik warga Jepang maupun warga asing lainnya berkumpul menyatukan dukungan untuk Palestina.
Salah seorang peserta aksi dari Amerika Serikat Samantha menilai antara Israel dan Palestina bukanlah perang melainkan kejahatan genosida
“Perang adalah jika keduanya memiliki kekuatan, sementara Palestina tidak memiliki itu. Mereka menderita untuk bertahan hidup,” katanya.
Dia menyatakan pembelaan terhadap Palestina karena ia tidak ingin melihat anak-anak dibunuh dan menderita selama bertahun-tahun.
“Saya pernah sangat naif dalam hidup saya saat tinggal di Amerika karena Amerika tidak pernah benar-benar mengajarkan apa yang terjadi di dunia. Kemudian saya keluar negeri, bertemu orang dan belajar bahwa dunia itu luas dan apa yang media beritakan tidak semuanya benar," ujar Samantha.
"Saya merasa frustrasi karena saya ingin membantu apa yang saya bisa. Detik ini saya berada di sini untuk menyatakan dukungan saya, bersuara dan saya ingin menjadi di pihak yang benar dalam sejarah,” lanjutnya.
Samantha juga berpesan kepada publik yang masih terkecoh dengan konflik Israel dan Palestina untuk mempelajari dengan baik.
“Selalu ada dua sisi dalam cerita. Bertemulah dengan orang-orang, bertukar pengalaman. Kita tidak akan pernah meraih kedamaian dan respek dari manusia apabila kita sendiri yang melakukan dehumanisasi,” katanya.
Sementara itu, peserta aksi dari Indonesia Hari berpendapat bahwa konflik Israel-Palestina bukan konflik agama, melainkan konflik kemanusiaan.
“Saat Palestina membela diri semua berteriak teroris, tetapi saat Israel membunuh anak-anak bahkan sejak 75 tahun lalu, tidak ada Negara Barat yang mengatakan Israel itu teroris. Mari orang Indonesia yang di Tanah Air dan di Jepang, kita buka hari kita lihatlah masalah Israel dan Palestina dengan hati yang jernih,” katanya.
Senada, Anita yang sesama WNI mengatakan aksi itu untuk memberi tahu dunia bahwa ada komunitas terutama di Jepang yang peduli akan nasib warga Palestina.
“Kita mesti kasih tahu dunia bahwa ada Muslim di Jepang yang ikut membela Palestina dan ada orang-orang Jepang juga yang mungkin agamanya tidak Islam dan mempunyai aspirasi berbeda dengan pemerintah,” katanya.
Muhammad dari Mesir dengan lantang meneriakkan takbir yang diikuti oleh para peserta aksi yang semakin lama jumlahnya semakin bertambah.
Demikian pula warga Jepang Mitsumasa Ohta dan May Shigenobu yang ikut bersuara dalam aksi itu menentang aksi keji Israel terhadap Palestina.
COPYRIGHT © ANTARA News Bangka Belitung 2023
Para peserta aksi dari berbagai negara mengutuk keras serangan Israel yang melakukan kejahatan genosida terhadap warga Palestina di Gaza sehingga menyebabkan ribuan warga meninggal.
Bukan hanya Muslim melainkan dari berbagai latar belakang, seperti biksu, pejabat, pekerja serta rakyat sipil baik warga Jepang maupun warga asing lainnya berkumpul menyatukan dukungan untuk Palestina.
Salah seorang peserta aksi dari Amerika Serikat Samantha menilai antara Israel dan Palestina bukanlah perang melainkan kejahatan genosida
“Perang adalah jika keduanya memiliki kekuatan, sementara Palestina tidak memiliki itu. Mereka menderita untuk bertahan hidup,” katanya.
Dia menyatakan pembelaan terhadap Palestina karena ia tidak ingin melihat anak-anak dibunuh dan menderita selama bertahun-tahun.
“Saya pernah sangat naif dalam hidup saya saat tinggal di Amerika karena Amerika tidak pernah benar-benar mengajarkan apa yang terjadi di dunia. Kemudian saya keluar negeri, bertemu orang dan belajar bahwa dunia itu luas dan apa yang media beritakan tidak semuanya benar," ujar Samantha.
"Saya merasa frustrasi karena saya ingin membantu apa yang saya bisa. Detik ini saya berada di sini untuk menyatakan dukungan saya, bersuara dan saya ingin menjadi di pihak yang benar dalam sejarah,” lanjutnya.
Samantha juga berpesan kepada publik yang masih terkecoh dengan konflik Israel dan Palestina untuk mempelajari dengan baik.
“Selalu ada dua sisi dalam cerita. Bertemulah dengan orang-orang, bertukar pengalaman. Kita tidak akan pernah meraih kedamaian dan respek dari manusia apabila kita sendiri yang melakukan dehumanisasi,” katanya.
Sementara itu, peserta aksi dari Indonesia Hari berpendapat bahwa konflik Israel-Palestina bukan konflik agama, melainkan konflik kemanusiaan.
“Saat Palestina membela diri semua berteriak teroris, tetapi saat Israel membunuh anak-anak bahkan sejak 75 tahun lalu, tidak ada Negara Barat yang mengatakan Israel itu teroris. Mari orang Indonesia yang di Tanah Air dan di Jepang, kita buka hari kita lihatlah masalah Israel dan Palestina dengan hati yang jernih,” katanya.
Senada, Anita yang sesama WNI mengatakan aksi itu untuk memberi tahu dunia bahwa ada komunitas terutama di Jepang yang peduli akan nasib warga Palestina.
“Kita mesti kasih tahu dunia bahwa ada Muslim di Jepang yang ikut membela Palestina dan ada orang-orang Jepang juga yang mungkin agamanya tidak Islam dan mempunyai aspirasi berbeda dengan pemerintah,” katanya.
Muhammad dari Mesir dengan lantang meneriakkan takbir yang diikuti oleh para peserta aksi yang semakin lama jumlahnya semakin bertambah.
Demikian pula warga Jepang Mitsumasa Ohta dan May Shigenobu yang ikut bersuara dalam aksi itu menentang aksi keji Israel terhadap Palestina.
COPYRIGHT © ANTARA News Bangka Belitung 2023