Ketua Komisi Pemilihan Umum (KPU) Hasyim Asy'ari mengajak seluruh umat beragama di Indonesia untuk bersama-sama meredam potensi kekerasan verbal jelang pemilihan umum (Pemilu).
"Penting MUI dan majelis tinggi agama di Indonesia menyampaikan pesan-pesan perdamaian untuk menjaga persaudaraan keagamaan, kebangsaan, dan kemanusiaan," ujar Hasyim dalam Silaturahim Nasional Majelis Agama di Jakarta, Selasa.
Hasyim mengatakan kekerasan secara fisik memang sudah tidak ada dalam pesta demokrasi lima tahunan. Namun kekerasan dalam bentuk verbal kerap bermunculan terutama di media sosial.
Kekerasan verbal yang muncul, kata dia, berupa penyebaran berita bohong (hoaks) dan penyebaran fitnah.
"Padahal kita sebagai umat beragama cukup memahami, utamanya orang Islam, sebagaimana disebutkan dalam Al Quran kalau fitnah lebih kejam dari pembunuhan. Pesan inilah yang harus kita sebarkan untuk memegang teguh ciri-ciri kemanusiaan," katanya.
Maka dari itu, Hasyim meminta masyarakat untuk tidak menggunakan aib seseorang atau pasangan calon tertentu sebagai instrumen elektoral untuk meraup suara rakyat.
"Maka kemudian ini menjadi penting untuk menyampaikan khotbah perdamaian tentang kepemiluan untuk tetap menjaga ukhuwah atau persaudaraan di tengah tahun politik," kata Hasyim.
Silaturahim Nasional yang diinisiasi MUI ini dihadiri sejumlah tokoh Ormas Islam dan para pemuka agama yang dihelat di Grand Sahid, Jakarta.
Mereka yang hadir di antaranya Ketua Konferensi Waligereja Indonesia Mgr. Antonius Subianto Bunyamin, Ketum Persekutuan Gereja-Gereja Indonesia Gomar Gultom, hingga Ketum Permabudhi Philip K. Widjaya.
Kegiatan tersebut diisi dengan penyampaian dari perwakilan masing-masing majelis agama dan ditutup dengan deklarasi untuk Pemilu jujur, adil, aman, dan damai.
COPYRIGHT © ANTARA News Bangka Belitung 2024
"Penting MUI dan majelis tinggi agama di Indonesia menyampaikan pesan-pesan perdamaian untuk menjaga persaudaraan keagamaan, kebangsaan, dan kemanusiaan," ujar Hasyim dalam Silaturahim Nasional Majelis Agama di Jakarta, Selasa.
Hasyim mengatakan kekerasan secara fisik memang sudah tidak ada dalam pesta demokrasi lima tahunan. Namun kekerasan dalam bentuk verbal kerap bermunculan terutama di media sosial.
Kekerasan verbal yang muncul, kata dia, berupa penyebaran berita bohong (hoaks) dan penyebaran fitnah.
"Padahal kita sebagai umat beragama cukup memahami, utamanya orang Islam, sebagaimana disebutkan dalam Al Quran kalau fitnah lebih kejam dari pembunuhan. Pesan inilah yang harus kita sebarkan untuk memegang teguh ciri-ciri kemanusiaan," katanya.
Maka dari itu, Hasyim meminta masyarakat untuk tidak menggunakan aib seseorang atau pasangan calon tertentu sebagai instrumen elektoral untuk meraup suara rakyat.
"Maka kemudian ini menjadi penting untuk menyampaikan khotbah perdamaian tentang kepemiluan untuk tetap menjaga ukhuwah atau persaudaraan di tengah tahun politik," kata Hasyim.
Silaturahim Nasional yang diinisiasi MUI ini dihadiri sejumlah tokoh Ormas Islam dan para pemuka agama yang dihelat di Grand Sahid, Jakarta.
Mereka yang hadir di antaranya Ketua Konferensi Waligereja Indonesia Mgr. Antonius Subianto Bunyamin, Ketum Persekutuan Gereja-Gereja Indonesia Gomar Gultom, hingga Ketum Permabudhi Philip K. Widjaya.
Kegiatan tersebut diisi dengan penyampaian dari perwakilan masing-masing majelis agama dan ditutup dengan deklarasi untuk Pemilu jujur, adil, aman, dan damai.
COPYRIGHT © ANTARA News Bangka Belitung 2024