Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung (Babel) menemukan ratusan ternak sapi terserang Lumpy Skin Disease (LSD) atau penyakit lato-lato.
"Kita sudah kerahkan tim untuk melakukan penanganan, penularan, dan penyebaran LSD ini," kata Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kepulauan Babel Edi Romdoni di Pangkalpinang, Selasa.
Ia mengatakan ratusan kasus LSD atau penyakit benjolan pada kulit ternak sapi ini tersebar di tiga kabupaten yaitu Kabupaten Bangka Tengah sebanyak 212 kasus, Bangka 90 kasus, dan Bangka Barat 14 kasus.
"Percepatan petugas dalam mendeteksi, melaporkan, dan menangani, kasus penyakit hewan ini di lapangan menjadi kunci dalam penanganan penyakit tidak menyebar dan kasus hewan ini bisa segera diatasi," ujarnya.
Menurut dia, pengamatan dan identifikasi penyakit hewan menular melalui kegiatan surveilans dan penyelidikan menjadi persyaratan dalam mengambil kebijakan pengendalian serta penanggulangan penyakit menular tersebut.
"Kemampuan dalam mendeteksi ini tentunya mempercepat respon pengendalian dan penanggulangan yang dilakukan petugas di lapangan," katanya.
Koordinator Kesehatan Hewan Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kepulauan Babel Correy Wahyu Adi S mengatakan penularan dan penyebaran virus LSD cukup cepat dari sapi ke sapi lainnya melalui sentuhan dan serangga penghisap darah seperti nyamuk, caplak, dan lalat, serta kontak langsung antara hewan sakit dan hewan yang sehat.
Selain itu, lanjutnya, penularan dari induk yang sakit kepada anak di dalam kandungan dan melalui air susu, jarum suntik yang tidak steril yang digunakan berulang-ulang, serta pakan dan air minum yang tercemar ludah hewan yang terinfeksi virus.
"Saat ini kami terus berupaya mencegah penularan virus ini. Ternak terjangkit LSD bisa menyebabkan kematian karena lemah, tidak mau makan dan minum," katanya.
COPYRIGHT © ANTARA News Bangka Belitung 2024
"Kita sudah kerahkan tim untuk melakukan penanganan, penularan, dan penyebaran LSD ini," kata Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kepulauan Babel Edi Romdoni di Pangkalpinang, Selasa.
Ia mengatakan ratusan kasus LSD atau penyakit benjolan pada kulit ternak sapi ini tersebar di tiga kabupaten yaitu Kabupaten Bangka Tengah sebanyak 212 kasus, Bangka 90 kasus, dan Bangka Barat 14 kasus.
"Percepatan petugas dalam mendeteksi, melaporkan, dan menangani, kasus penyakit hewan ini di lapangan menjadi kunci dalam penanganan penyakit tidak menyebar dan kasus hewan ini bisa segera diatasi," ujarnya.
Menurut dia, pengamatan dan identifikasi penyakit hewan menular melalui kegiatan surveilans dan penyelidikan menjadi persyaratan dalam mengambil kebijakan pengendalian serta penanggulangan penyakit menular tersebut.
"Kemampuan dalam mendeteksi ini tentunya mempercepat respon pengendalian dan penanggulangan yang dilakukan petugas di lapangan," katanya.
Koordinator Kesehatan Hewan Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kepulauan Babel Correy Wahyu Adi S mengatakan penularan dan penyebaran virus LSD cukup cepat dari sapi ke sapi lainnya melalui sentuhan dan serangga penghisap darah seperti nyamuk, caplak, dan lalat, serta kontak langsung antara hewan sakit dan hewan yang sehat.
Selain itu, lanjutnya, penularan dari induk yang sakit kepada anak di dalam kandungan dan melalui air susu, jarum suntik yang tidak steril yang digunakan berulang-ulang, serta pakan dan air minum yang tercemar ludah hewan yang terinfeksi virus.
"Saat ini kami terus berupaya mencegah penularan virus ini. Ternak terjangkit LSD bisa menyebabkan kematian karena lemah, tidak mau makan dan minum," katanya.
COPYRIGHT © ANTARA News Bangka Belitung 2024