Pemerintah Kabupaten Bangka Selatan, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, menggarap lahan rawa seluas 6.000 hektare untuk dijadikan kawasan persawahan.

"Tahun ini program optimalisasi lahan rawa menjadi kawasan persawahan mulai dijalankan, anggarannya langsung dari Kementan RI," kata Kepala Dinas Pertanian, Perikanan dan Pangan (DPPP) Bangka Selatan Risvandika di Toboali, Minggu.

Ia menjelaskan, optimalisasi lahan rawa menjadi areal persawahan sebagai langkah untuk meningkatkan produksi beras dan memperkuat ketahanan pangan daerah.

"Lahan rawa seluas 6.000 hektare itu tersebar pada 22 desa di tujuh kecamatan yaitu Toboali, Airgegas, Simpang Rimba, Pulau Besar, Tukak - Sadai, Lepar dan Kepulauan Pongok," ujarnya.

Pihaknya bekerja sama dengan Universitas Bangka Belitung untuk kegiatan konstruksi fisik dan sudah dilakukan peninjauan lapangan.

"Kita sudah tinjau lahan rawa di 22 desa ini, sangat potensial dan cocok menjadi kawasan pengembangan lahan persawahan," ujarnya.

Ia mengatakan, dijadikannya 22 desa untuk pelaksanaan program optimalisasi lahan rawa menjadi areal persawahan karena indeks pertanaman (IP) yang dilakukan hanya satu kali dalam satu tahun.

"Optimalisasi lahan rawa ini juga sebagai bentuk meminimalisasi risiko banjir yang biasanya menggenangi areal persawahan, karena Pemkab Basel mendukung kebijakan produksi padi dalam negeri guna mencapai swasembada pangan," jelasnya.

Program optimalisasi, kata dia, juga untuk meningkatkan pendapatan petani dan juga memberikan kesempatan kepada seluruh petani untuk menanam bibit padi.

"Kami berharap dari 6.000 hektare lahan rawa yang di optimalisasi ini bisa meningkatkan produktivitas pertanian dan juga kesiapan daerah untuk menjadi lumbung pangan Babel," ujarnya.

Pewarta: Ahmadi

Editor : Bima Agustian


COPYRIGHT © ANTARA News Bangka Belitung 2024