Lebak (Antara Babel) - Produksi gula aren hasil kerajinan masyarakat di Kabupaten Lebak, Banten, hingga kini masuk terbesar di dunia dengan ratusan ton per bulan.

"Kita bangga beberapa daerah di Tanah Air melakukan studi banding gula aren ke Lebak," kata Kepala Seksi Program Mesin dan Kimia Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Kabupaten Lebak Sapei di Lebak, Jumat.

Pemerintah daerah terus mendorong pertumbuhan ekonomi masyarakat pedesaan melalui usaha kerajinan gula aren jenis cetak dan halus.

Kelebihan gula aren Kabupaten Lebak, selain rasanya manis dan dapat bertahan lama juga beraroma serta kadar gulanya relatif kecil sehingga cocok bagi penderita diabetes.

Permintaan gula aren untuk pasar domestik dan mancanegara hingga kini cenderung tinggi karena masuk kategori makanan organik tanpa menggunakan zat kimia.

Selain itu juga gula arena Lebak memiliki sertifikat internasional sehingga menembus pasar dunia.

Mereka para konsumen produksi gula aren selain digunakan untuk pencampur makanan pemanis juga bisa menyembuhkan beberapa jenis penyakit.

"Kami yakin perajin gula aren di Lebak menjadikan andalan ekonomi masyarakat, juga menyerap lapangan pekerjaan," katanya.

Menurut dia, perajin gula aren itu tersebar di Kecamatan Sobang, Panggarangan, Cigemblong, Bayah, Cihara, Cibeber, dan Muncang.

Saat ini, produksi gula aren di Kabupaten Lebak pada 2015 tercatat 8.722.500 kilogram (Kg) dengan nilai produksi perguliran ekonomi Rp96 miliar lebih dari 5.815 unit usaha dan menyerap tenaga kerja sebanyak 11.507 orang.

"Saya kira Lebak hingga kini sebagai penghasil gula aren terbesar di dunia dan mengalahkan Thailand, Malaysia dan Vietnam," katanya.

Ia mengatakan, produksi gula aren jenis semut kini sudah dipasarkan di sejumlah hotel berbintang di Provinsi Banten, DKI Jakarta, Bandung dan Bali.

Karena itu, ujar dia, tidak heran jika menginap di hotel berbintang selalui ditemukan gula semut Kabupaten Lebak.

Biasanya, gula semut itu dicampur dengan makanan roti, kopi dan makanan lainnya. Selain itu juga gula cetak dipasok ke beberapa negara di Eropa, seperti Belanda, Italia dan Inggris.

"Kami berharap kedepan produksi gula aren Lebak bisa memasok ke semua negara di dunia," katanya.

Sementara itu, Anwar, seorang perajin gula aren warga Sobang Kabupaten Lebak mengatakan dirinya setiap bulan mengekspor gula aren ke Belanda sekitar 20 ton dengan menggunakan angkutan dua kontainer.

Ia memasok ke negara lain karena sudah memiliki sertifikat pangan organik internasional sehingga mendapat kepercayaan dari konsumen dunia.

"Dengan sertifikat internasional itu tentu omzet penjualan ke luar negeri meningkat," katanya.

Ia menjelaskan permintaan ekspor itu karena dilengkapi dengan sertifikat pangan organik internasional yang dikeluarkan pemerintah.

Masyarakat Belanda sangat menyukai gula aren Kabupaten Lebak sebagai bahan pemanis minuman maupun aneka jenis makanan. Bahkan, gula aren bisa dicampur pemanis makanan roti.

"Kami menjamin gula aren ini alami dan menyehatkan karena tidak terdapat bahan kimia," katanya.

Kepala Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Lebak Kosim Ansori mengatakan komoditas gula aren menjadikan produk unggulan masyarakat.

Pemerintah daerah terus membina kerajinan gula aren tersebut karena dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi pedesaan.

Saat ini, perajin gula aren berkembang di pedesaan karena didukung komoditas perkebunan pohon aren.

"Kami tahun ini mengembangkan pohon aren guna meningkatkan produksi," katanya.

Pewarta: Mansyur

Editor : Mulki


COPYRIGHT © ANTARA News Bangka Belitung 2016