Jakarta (Antara Babel) - Menteri Luar Negeri Retno Marsudi mengaku terus mendesak pemerintah dan pihak berwenang Turki untuk memberikan hak kekonsuleran kepada dua mahasiswi Indonesia yang ditangkap karena diduga bergabung dengan Fethullah Gulen.
"Kemarin Senin Dubes Turki untuk Indonesia saya panggil, pesannya sama, penting untuk segera diberikan akses kekonsuleran bagi perwakilan kita di Ankara untuk dapat bertemu dua mahasiswi Indonesia," ujar Retno di Jakarta, Selasa.
Retno mengungkapkan, perwakilan RI di Ankara juga terus berupaya mendapatkan akses kekonsuleran agar bisa mendampingi secara maksimal kedua mahasisiwi Indonesia itu.
"Upaya kita untuk mendapat akses kekonsuleran terus menerus kita lakukan. Pada Jumat (19/8) dubes kita di Ankara bertemu deputi presiden untuk higher education (pendidikan tinggi) Turki. Pada Sabtu saya melakukan pembicaraan lewat telepon dengan Menlu Turki," ujar dia.
Menurut Retno, Menlu Turki telah berjanji segera berkoordinasi menyangkut perkembangan penangkapan dua mahasisiwi Indonesia itu secara terus menerus.
"Kami juga melakukan komunikasi dengan keluarga (mahasiswi) untuk menyampaikan update selanjutnya. Selain itu, kami juga sudah menyiapkanlawyer (pengacara) dan lawyer tersebut sudah bertemu dengan dua mahasiswi kita," kata dia.
Dua mahasiswi Indonesia asal Demak dan Aceh ditangkap oleh pihak berwajib Turki 11 Agustus lalu karena diduga bergabung dengan gerakan Gulen.
Pemerintah Turki menetapkan, segala organisasi atau perkumpulan yang terkait dengan Fethullah Gulen adalah kelompok teroris.
Gulen adalah ulama Turki yang mengasingkan diri di Amerika Serikat dan dituduh oleh Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan sebagai dalang kudeta bulan lalu.
Dua mahasiswi Indonesia yang ditangkap itu hanya menerima beasiswa dari PASIAD untuk belajar di Turki. PASIAD adalah program beasiswa yang berasal dari Yayasan Gulen.
COPYRIGHT © ANTARA News Bangka Belitung 2016
"Kemarin Senin Dubes Turki untuk Indonesia saya panggil, pesannya sama, penting untuk segera diberikan akses kekonsuleran bagi perwakilan kita di Ankara untuk dapat bertemu dua mahasiswi Indonesia," ujar Retno di Jakarta, Selasa.
Retno mengungkapkan, perwakilan RI di Ankara juga terus berupaya mendapatkan akses kekonsuleran agar bisa mendampingi secara maksimal kedua mahasisiwi Indonesia itu.
"Upaya kita untuk mendapat akses kekonsuleran terus menerus kita lakukan. Pada Jumat (19/8) dubes kita di Ankara bertemu deputi presiden untuk higher education (pendidikan tinggi) Turki. Pada Sabtu saya melakukan pembicaraan lewat telepon dengan Menlu Turki," ujar dia.
Menurut Retno, Menlu Turki telah berjanji segera berkoordinasi menyangkut perkembangan penangkapan dua mahasisiwi Indonesia itu secara terus menerus.
"Kami juga melakukan komunikasi dengan keluarga (mahasiswi) untuk menyampaikan update selanjutnya. Selain itu, kami juga sudah menyiapkanlawyer (pengacara) dan lawyer tersebut sudah bertemu dengan dua mahasiswi kita," kata dia.
Dua mahasiswi Indonesia asal Demak dan Aceh ditangkap oleh pihak berwajib Turki 11 Agustus lalu karena diduga bergabung dengan gerakan Gulen.
Pemerintah Turki menetapkan, segala organisasi atau perkumpulan yang terkait dengan Fethullah Gulen adalah kelompok teroris.
Gulen adalah ulama Turki yang mengasingkan diri di Amerika Serikat dan dituduh oleh Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan sebagai dalang kudeta bulan lalu.
Dua mahasiswi Indonesia yang ditangkap itu hanya menerima beasiswa dari PASIAD untuk belajar di Turki. PASIAD adalah program beasiswa yang berasal dari Yayasan Gulen.
COPYRIGHT © ANTARA News Bangka Belitung 2016