Bogor (Antara Babel) - Pondon Pesantren Al-Ashriyyah Nurul Iman di Kecamatan Parung, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, tak hanya menyimpan Al Quran terbesar tapi juga memiliki sekitar 1.000 hafiz, penghafal Al Quran.
"Santri di Pondok Pesantren Nurul Iman dituntut untuk pandai membaca Al Quran, memahami dan juga menghafalkannya. Hingga kini kita memiliki sekitar 1.000 santri yang hafal Al Quran," kata Staf Humas Pondok Pesantren Al-Ashriyyah Nurul Iman, Syaiffudin, Kamis.
Syaifuddin menjelaskan, membaca, menghafalkan dan memahami Al Quran adalah bagian penting dalam pendidikan di Pondok Pesantren Nurul Iman, yang menyimpan Al Quran seberat 1,2 ton dan Al Quran terbesar dari pelepah pisang.
Setiap hari santri dan satriwati di pondok pesantren itu wajib membaca dan belajar menghafal Al Quran. "Untuk masuk pondok pesantren, setiap calon santri juga harus mengikuti tes, harus hafal satu juz Al Quran," katanya.
Pesantren yang dibangun oleh Habib Saggaf bin Mahdi itu saat ini memiliki 10.000 santri yang terdiri atas 500 santri tingkat Sekolah Dasar, sekitar 300 santri tingkat Sekolah Menengah Pertama, dan sekitar 3.000 santri yang belajar di Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi.
"Seluruh santri belajar dan tinggal gratis, mereka tidak diwajibkan membayar apapun selama bersekolah di sini," katanya.
COPYRIGHT © ANTARA News Bangka Belitung 2013
"Santri di Pondok Pesantren Nurul Iman dituntut untuk pandai membaca Al Quran, memahami dan juga menghafalkannya. Hingga kini kita memiliki sekitar 1.000 santri yang hafal Al Quran," kata Staf Humas Pondok Pesantren Al-Ashriyyah Nurul Iman, Syaiffudin, Kamis.
Syaifuddin menjelaskan, membaca, menghafalkan dan memahami Al Quran adalah bagian penting dalam pendidikan di Pondok Pesantren Nurul Iman, yang menyimpan Al Quran seberat 1,2 ton dan Al Quran terbesar dari pelepah pisang.
Setiap hari santri dan satriwati di pondok pesantren itu wajib membaca dan belajar menghafal Al Quran. "Untuk masuk pondok pesantren, setiap calon santri juga harus mengikuti tes, harus hafal satu juz Al Quran," katanya.
Pesantren yang dibangun oleh Habib Saggaf bin Mahdi itu saat ini memiliki 10.000 santri yang terdiri atas 500 santri tingkat Sekolah Dasar, sekitar 300 santri tingkat Sekolah Menengah Pertama, dan sekitar 3.000 santri yang belajar di Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi.
"Seluruh santri belajar dan tinggal gratis, mereka tidak diwajibkan membayar apapun selama bersekolah di sini," katanya.
COPYRIGHT © ANTARA News Bangka Belitung 2013