Amerika Serikat (AS) pada Rabu menolak gagasan pemindahan massal warga Palestina di daerah pendudukan Tepi Barat setelah Menteri Luar Negeri Israel, Israel Katz, menyerukan "evakuasi sementara" bagi warga sipil Palestina untuk melanjutkan operasi.

"Kami menolak gagasan pemindahan massal warga Palestina di Tepi Barat, namun kami mengakui bahwa perintah evakuasi lokal mungkin diperlukan dalam situasi tertentu untuk melindungi kehidupan warga sipil selama operasi kontra-terorisme yang sensitif," kata salah seorang juru bicara Departemen Luar Negeri, yang berbicara dengan syarat anonim, saat menanggapi pertanyaan Anadolu.

Mengenai serangan militer Israel di daerah pendudukan Tepi Barat, juru bicara itu mengatakan AS mengakui "kebutuhan keamanan Israel yang sangat nyata, yang mencakup melawan aktivitas teroris di Tepi Barat."

"Kami juga tetap sangat prihatin tentang menjaga stabilitas di Tepi Barat dan terus mendesak Israel untuk melakukan semua tindakan yang layak untuk melindungi kehidupan warga sipil di Tepi Barat seperti yang kami desak mereka lakukan di Gaza," tambah juru bicara tersebut.

Tentara Israel tengah melancarkan salah satu serangan militer terbesarnya di Tepi Barat yang diduduki dalam dua dekade.

Operasi tersebut meliputi penggerebekan, serangan udara, dan penghancuran jalan serta bangunan Palestina di Jenin dan kamp pengungsi Tulkarem dan Tubas di wilayah utara.

Setidaknya, sejauh ini 10 warga Palestina telah tewas setelah serangan dimulai pada Selasa malam.

Tepi Barat yang diduduki telah mengalami penggerebekan yang semakin sering dan sering kali mematikan oleh militer Israel di tengah perang yang sedang berlangsung di Jalur Gaza.

Kematian baru yang diakibatkan oleh operasi itu sejauh ini telah membuat jumlah korban warga Palestina di Tepi Barat menjadi 662 sejak 7 Oktober tahun lalu, menurut angka resmi dari Kementerian Kesehatan Palestina dan hampir 5.400 lainnya terluka.

Seorang aktivis Palestina Suleiman al-Zuheiri mengatakan kepada Anadolu bahwa penduduk kamp pengungsi Nour Shams hanya diberi waktu empat jam untuk mengungsi pada Rabu.

Zuheiri mengatakan tentara Israel mendirikan beberapa pos pemeriksaan militer di titik masuk kamp pengungsi, yang memungkinkan penduduk meninggalkan daerah tersebut dari titik keluar tertentu.

Selain itu, menurut Zuheiri, buldoser tentara Israel menghancurkan infrastruktur di kamp Tulkarem dan Nour Shams, dengan bantuan drone di udara.

Sementara itu asisten Menteri Luar Negeri Palestina, Ahmed al-Deek mengatakan kepada Anadolu bahwa Israel "meniru taktik pengusiran warga Gaza di Tepi Barat, menciptakan lingkungan yang memaksa penduduk untuk pergi.

Mahkamah Internasional dalam putusan penting pada 19 Juli, menyatakan pendudukan Israel selama puluhan tahun di tanah Palestina adalah melanggar hukum dan menuntut evakuasi semua permukiman di Tepi Barat dan Yerusalem Timur.

Sumber: Anadolu-OANA

Pewarta: Yoanita Hastryka Djohan

Editor : Rustam Effendi


COPYRIGHT © ANTARA News Bangka Belitung 2024