Direktur Pemberdayaan Zakat dan Wakaf Kementerian Agama (Kemenag) RI Waryono Abdul Ghafur mengungkapkan zakat merupakan salah satu instrumen yang dapat membantu meningkatkan ekonomi masyarakat.
Melalui keterangan di Jakarta, Selasa, Waryono mengungkapkan zakat berhasil mengentaskan 577.138 jiwa dari kemiskinan, dengan 321.757 jiwa di antaranya berasal dari zona miskin ekstrem pada 2023 yang lalu.
"Ini menunjukkan tren positif bahwa zakat dapat menjadi salah satu solusi efektif untuk mengatasi kemiskinan," katanya.
Meski demikian, Waryono menyebutkan terdapat sejumlah tantangan jangka panjang yang masih harus dihadapi oleh para mustahik, di mana sebagian besar bantuan zakat saat ini masih bersifat konsumtif, di mana program bantuan lebih difokuskan pada kemanusiaan dan kesehatan.
Oleh karenanya, ia menekankan upaya lebih dibutuhkan untuk memaksimalkan potensi zakat sebagai pendorong ekonomi produktif. Salah satunya, yakni dengan kolaborasi lintas sektor antara Kemenag, Badan Amil Zakat Nasional (Baznas) RI, dan sejumlah Lembaga Amil Zakat (LAZ) di Indonesia.
Salah satu program unggulannya, ungkap Waryono, adalah Kampung Zakat, yang merupakan sebuah inisiatif yang bertujuan meningkatkan kesejahteraan mustahik melalui pemberdayaan ekonomi, dan mencakup berbagai sektor termasuk kesehatan, pendidikan, ekonomi, dan sosial budaya.
"Melalui Program Kampung Zakat, kami mengedepankan prinsip gotong royong dan kolaborasi antara pemerintah, masyarakat, dan lembaga pengelola zakat. Kami ingin memastikan bahwa zakat yang dikelola tidak hanya sekadar bantuan, tetapi benar-benar mengangkat taraf hidup masyarakat secara holistik," kata Waryono.
Waryono menyebut sejumlah praktik baik dari program ini dapat dilihat di Desa Sulung, Sambas, Kalimantan Barat, dan Desa Ciladaeun, Lebak, Banten, di mana masyarakat lokal didorong untuk berpartisipasi dalam kegiatan ekonomi berbasis komunitas, seperti budidaya lele, kopi, dan produk olahan.
Selain itu, sambungnya, program lain yang juga berdampak besar adalah Kantor Urusan Agama Pemberdayaan Ekonomi Umat (KUA PEU), di mana Kemenag juga kembali berkolaborasi dengan BAZNAS dan LAZ untuk membantu pengusaha mikro dan ultra mikro melalui pendampingan, akses permodalan, serta pelatihan kewirausahaan.
"KUA PEU bukan hanya memberikan pelatihan, tetapi juga membangun ekosistem kewirausahaan yang berkelanjutan. Ini adalah wujud nyata bahwa zakat dan wakaf bisa mendukung pertumbuhan ekonomi umat secara menyeluruh," ujarnya.
Diketahui, pada tahun 2024 ini, terdapat 206 KUA di Indonesia yang terlibat dalam program ini, dengan fokus pada penguatan literasi zakat dan wakaf. Kolaborasi ini diharapkan dapat terus berkembang untuk memberikan dampak yang lebih luas dalam upaya pengentasan kemiskinan dan peningkatan kesejahteraan masyarakat.
COPYRIGHT © ANTARA News Bangka Belitung 2024
Melalui keterangan di Jakarta, Selasa, Waryono mengungkapkan zakat berhasil mengentaskan 577.138 jiwa dari kemiskinan, dengan 321.757 jiwa di antaranya berasal dari zona miskin ekstrem pada 2023 yang lalu.
"Ini menunjukkan tren positif bahwa zakat dapat menjadi salah satu solusi efektif untuk mengatasi kemiskinan," katanya.
Meski demikian, Waryono menyebutkan terdapat sejumlah tantangan jangka panjang yang masih harus dihadapi oleh para mustahik, di mana sebagian besar bantuan zakat saat ini masih bersifat konsumtif, di mana program bantuan lebih difokuskan pada kemanusiaan dan kesehatan.
Oleh karenanya, ia menekankan upaya lebih dibutuhkan untuk memaksimalkan potensi zakat sebagai pendorong ekonomi produktif. Salah satunya, yakni dengan kolaborasi lintas sektor antara Kemenag, Badan Amil Zakat Nasional (Baznas) RI, dan sejumlah Lembaga Amil Zakat (LAZ) di Indonesia.
Salah satu program unggulannya, ungkap Waryono, adalah Kampung Zakat, yang merupakan sebuah inisiatif yang bertujuan meningkatkan kesejahteraan mustahik melalui pemberdayaan ekonomi, dan mencakup berbagai sektor termasuk kesehatan, pendidikan, ekonomi, dan sosial budaya.
"Melalui Program Kampung Zakat, kami mengedepankan prinsip gotong royong dan kolaborasi antara pemerintah, masyarakat, dan lembaga pengelola zakat. Kami ingin memastikan bahwa zakat yang dikelola tidak hanya sekadar bantuan, tetapi benar-benar mengangkat taraf hidup masyarakat secara holistik," kata Waryono.
Waryono menyebut sejumlah praktik baik dari program ini dapat dilihat di Desa Sulung, Sambas, Kalimantan Barat, dan Desa Ciladaeun, Lebak, Banten, di mana masyarakat lokal didorong untuk berpartisipasi dalam kegiatan ekonomi berbasis komunitas, seperti budidaya lele, kopi, dan produk olahan.
Selain itu, sambungnya, program lain yang juga berdampak besar adalah Kantor Urusan Agama Pemberdayaan Ekonomi Umat (KUA PEU), di mana Kemenag juga kembali berkolaborasi dengan BAZNAS dan LAZ untuk membantu pengusaha mikro dan ultra mikro melalui pendampingan, akses permodalan, serta pelatihan kewirausahaan.
"KUA PEU bukan hanya memberikan pelatihan, tetapi juga membangun ekosistem kewirausahaan yang berkelanjutan. Ini adalah wujud nyata bahwa zakat dan wakaf bisa mendukung pertumbuhan ekonomi umat secara menyeluruh," ujarnya.
Diketahui, pada tahun 2024 ini, terdapat 206 KUA di Indonesia yang terlibat dalam program ini, dengan fokus pada penguatan literasi zakat dan wakaf. Kolaborasi ini diharapkan dapat terus berkembang untuk memberikan dampak yang lebih luas dalam upaya pengentasan kemiskinan dan peningkatan kesejahteraan masyarakat.
COPYRIGHT © ANTARA News Bangka Belitung 2024