Dalam setiap pesta demokrasi, khususnya di Bangka Belitung yang akan menghadapi pemilihan gubernur serta walikota atau bupati, peran mahasiswa menjadi sangat strategis.
Mahasiswa adalah agen perubahan sekaligus pengawal demokrasi yang idealis dan kritis. Namun, di tengah dinamika politik yang sarat kepentingan, mahasiswa sering kali dihadapkan pada berbagai dilema: mulai dari godaan politisasi, tekanan dari pihak-pihak berkepentingan, hingga maraknya penyebaran hoaks dan ujaran kebencian.
Oleh karena itu, penting bagi mahasiswa untuk memahami dan memaksimalkan perannya dalam menjaga demokrasi yang bersih dan berintegritas.
Mahasiswa harus mempertahankan posisi independen sebagai pengawas dan pengawal demokrasi. Independensi ini krusial agar mahasiswa tidak mudah tergoyahkan oleh berbagai pengaruh politik praktis yang hanya akan merusak kredibilitas. Dengan tidak terlibat dalam kepentingan pragmatis, mahasiswa dapat terus bersikap objektif dalam mengkritisi kebijakan maupun perilaku para kandidat. Mahasiswa sebaiknya selalu berpegang pada nilai-nilai idealisme yang mencerminkan suara rakyat, bukan kepentingan elite politik.
Mahasiswa memiliki tanggung jawab untuk mendorong masyarakat terlibat secara aktif namun sehat dalam pemilu. Salah satu peran strategis mahasiswa adalah menjadi motor penggerak pendidikan politik di tengah masyarakat.
Mahasiswa bisa memberikan pemahaman yang benar mengenai hak dan kewajiban dalam memilih pemimpin, mengedukasi masyarakat tentang pentingnya memilih berdasarkan program, bukan janji kosong atau iming-iming politik uang. Kegiatan-kegiatan seperti diskusi publik, seminar, dan kampanye anti-hoaks dapat dilakukan untuk meningkatkan kesadaran politik masyarakat.
Pengawalan yang dilakukan mahasiswa terhadap proses pemilu harus mencakup semua tahapannya, dari kampanye hingga perhitungan suara.
Pemantauan yang ketat ini bertujuan untuk mencegah adanya praktik kecurangan yang dapat merusak kualitas demokrasi. Mahasiswa bisa berkolaborasi dengan lembaga pengawas seperti Bawaslu dan menggalang sukarelawan yang siap melaporkan potensi pelanggaran di lapangan.
Pengawasan semacam ini akan membantu memastikan bahwa pemilu di Bangka Belitung berlangsung sesuai dengan prinsip jujur dan adil.
Saat pemilu, perpecahan di masyarakat kerap terjadi karena perbedaan pilihan politik. Mahasiswa memiliki posisi unik sebagai penghubung yang bisa merangkul berbagai kelompok untuk menjaga perdamaian di tengah proses demokrasi. Melalui aksi solidaritas, diskusi lintas organisasi, dan kampanye damai, mahasiswa dapat berperan sebagai mediator yang mempersatukan masyarakat. Ini adalah peran penting dalam mengurangi potensi konflik yang bisa mencederai kedamaian di Bangka Belitung.
Pelopor dalam melawan hoaks
Hoaks adalah salah satu ancaman terbesar bagi demokrasi. Di era digital saat ini, penyebaran informasi tidak lagi terkontrol, sehingga seringkali informasi palsu atau hoaks tersebar luas dan memengaruhi persepsi masyarakat.
Mahasiswa dapat menjadi pelopor dalam melawan hoaks dengan memberikan informasi yang akurat dan memverifikasi setiap informasi sebelum menyebarkannya. Melalui forum diskusi dan kampanye di media sosial, mahasiswa dapat membantu masyarakat mengidentifikasi hoaks dan mendorong literasi digital yang lebih baik.
Mahasiswa harus kritis terhadap janji-janji yang dilontarkan oleh para kandidat. Dalam hal ini, mahasiswa bisa menjadi agen yang mengajak masyarakat untuk bersama-sama menuntut pertanggungjawaban setiap kandidat terhadap program yang mereka tawarkan.
Di masa kampanye, mahasiswa bisa mengadakan diskusi terbuka atau debat publik untuk menggali lebih dalam visi, misi, dan program yang mereka tawarkan. Dengan demikian, mahasiswa bukan hanya pengawas, tetapi juga fasilitator demokrasi yang memastikan bahwa suara rakyat tersampaikan dengan benar.
Demokrasi yang damai dan berintegritas hanya dapat terwujud jika semua pihak, termasuk mahasiswa, berperan aktif mengawalnya. Mahasiswa di Bangka Belitung harus menjaga independensi, menjadi penggerak literasi politik, serta mengawal proses pemilu dengan kritis dan transparan.
Dengan tetap berpegang pada idealisme, solidaritas, dan kedewasaan, mahasiswa dapat menjadi pelopor bagi demokrasi yang lebih baik dan membawa perubahan positif bagi Bangka Belitung.
Sebagai generasi muda yang mewarisi masa depan, mahasiswa harus senantiasa berani menolak politik praktis dan teguh dalam menjaga demokrasi yang jujur, adil, dan damai.
*) Alifah Oktavirgianti adalah Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Pertiba.
COPYRIGHT © ANTARA News Bangka Belitung 2024
Mahasiswa adalah agen perubahan sekaligus pengawal demokrasi yang idealis dan kritis. Namun, di tengah dinamika politik yang sarat kepentingan, mahasiswa sering kali dihadapkan pada berbagai dilema: mulai dari godaan politisasi, tekanan dari pihak-pihak berkepentingan, hingga maraknya penyebaran hoaks dan ujaran kebencian.
Oleh karena itu, penting bagi mahasiswa untuk memahami dan memaksimalkan perannya dalam menjaga demokrasi yang bersih dan berintegritas.
Mahasiswa harus mempertahankan posisi independen sebagai pengawas dan pengawal demokrasi. Independensi ini krusial agar mahasiswa tidak mudah tergoyahkan oleh berbagai pengaruh politik praktis yang hanya akan merusak kredibilitas. Dengan tidak terlibat dalam kepentingan pragmatis, mahasiswa dapat terus bersikap objektif dalam mengkritisi kebijakan maupun perilaku para kandidat. Mahasiswa sebaiknya selalu berpegang pada nilai-nilai idealisme yang mencerminkan suara rakyat, bukan kepentingan elite politik.
Mahasiswa memiliki tanggung jawab untuk mendorong masyarakat terlibat secara aktif namun sehat dalam pemilu. Salah satu peran strategis mahasiswa adalah menjadi motor penggerak pendidikan politik di tengah masyarakat.
Mahasiswa bisa memberikan pemahaman yang benar mengenai hak dan kewajiban dalam memilih pemimpin, mengedukasi masyarakat tentang pentingnya memilih berdasarkan program, bukan janji kosong atau iming-iming politik uang. Kegiatan-kegiatan seperti diskusi publik, seminar, dan kampanye anti-hoaks dapat dilakukan untuk meningkatkan kesadaran politik masyarakat.
Pengawalan yang dilakukan mahasiswa terhadap proses pemilu harus mencakup semua tahapannya, dari kampanye hingga perhitungan suara.
Pemantauan yang ketat ini bertujuan untuk mencegah adanya praktik kecurangan yang dapat merusak kualitas demokrasi. Mahasiswa bisa berkolaborasi dengan lembaga pengawas seperti Bawaslu dan menggalang sukarelawan yang siap melaporkan potensi pelanggaran di lapangan.
Pengawasan semacam ini akan membantu memastikan bahwa pemilu di Bangka Belitung berlangsung sesuai dengan prinsip jujur dan adil.
Saat pemilu, perpecahan di masyarakat kerap terjadi karena perbedaan pilihan politik. Mahasiswa memiliki posisi unik sebagai penghubung yang bisa merangkul berbagai kelompok untuk menjaga perdamaian di tengah proses demokrasi. Melalui aksi solidaritas, diskusi lintas organisasi, dan kampanye damai, mahasiswa dapat berperan sebagai mediator yang mempersatukan masyarakat. Ini adalah peran penting dalam mengurangi potensi konflik yang bisa mencederai kedamaian di Bangka Belitung.
Pelopor dalam melawan hoaks
Hoaks adalah salah satu ancaman terbesar bagi demokrasi. Di era digital saat ini, penyebaran informasi tidak lagi terkontrol, sehingga seringkali informasi palsu atau hoaks tersebar luas dan memengaruhi persepsi masyarakat.
Mahasiswa dapat menjadi pelopor dalam melawan hoaks dengan memberikan informasi yang akurat dan memverifikasi setiap informasi sebelum menyebarkannya. Melalui forum diskusi dan kampanye di media sosial, mahasiswa dapat membantu masyarakat mengidentifikasi hoaks dan mendorong literasi digital yang lebih baik.
Mahasiswa harus kritis terhadap janji-janji yang dilontarkan oleh para kandidat. Dalam hal ini, mahasiswa bisa menjadi agen yang mengajak masyarakat untuk bersama-sama menuntut pertanggungjawaban setiap kandidat terhadap program yang mereka tawarkan.
Di masa kampanye, mahasiswa bisa mengadakan diskusi terbuka atau debat publik untuk menggali lebih dalam visi, misi, dan program yang mereka tawarkan. Dengan demikian, mahasiswa bukan hanya pengawas, tetapi juga fasilitator demokrasi yang memastikan bahwa suara rakyat tersampaikan dengan benar.
Demokrasi yang damai dan berintegritas hanya dapat terwujud jika semua pihak, termasuk mahasiswa, berperan aktif mengawalnya. Mahasiswa di Bangka Belitung harus menjaga independensi, menjadi penggerak literasi politik, serta mengawal proses pemilu dengan kritis dan transparan.
Dengan tetap berpegang pada idealisme, solidaritas, dan kedewasaan, mahasiswa dapat menjadi pelopor bagi demokrasi yang lebih baik dan membawa perubahan positif bagi Bangka Belitung.
Sebagai generasi muda yang mewarisi masa depan, mahasiswa harus senantiasa berani menolak politik praktis dan teguh dalam menjaga demokrasi yang jujur, adil, dan damai.
*) Alifah Oktavirgianti adalah Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Pertiba.
COPYRIGHT © ANTARA News Bangka Belitung 2024