Jakarta (Antara Babel) - Sekretaris Jenderal PPP Arsul Sani mengatakan pihaknya membuka pintu lebar-lebar untuk Abraham Lunggana (Lulung) bergabung dipihaknya, setelah sikap bersangkutan berseberangan dengan keputusan PPP pimpinan Djan Faridz mendukung pasangan Basuki Tjahaja-Djarot Saiful dalam Pilkada Jakarta.
"Kami membuka pintu lebar-lebar untuk Haji Lulung, kita ajak kembali lebih besar di PPP DKI Jakarta," kata Arsul di Gedung Nusantara II, Jakarta, Selasa.
Arsul mengatakan, jabatan apa yang akan dijabat Lulung apabila mau bergabung, bisa dibicarakan atau didiskusikan dengan DPP PPP.
Dia menilai, lebih baik Lulung bergabung dengan PPP dibawah kepemimpinan Romahurmuziy karena memiliki kesamaan pandangan di Pilkada Jakarta.
"(Jabatan yang akan diberikan kepada Lulung) itu sesuatu yang bisa dibicarakan, namun yang tidak bisa kan Ketua Umum sama Sekjen saja, itu kata Pak Romy (Romahurmuziy)," ujarnya.
Anggota Komisi III DPR itu mengatakan, terlepas dari perbedaan antara pihaknya dengan Lulung, namun ada satu hal yang sama yaitu tidak mau mendukung kandidat yang tidak memiliki basis dukungan di konstituen.
Arsul mengatakan, PPP sebagai pengemban tanggung jawab hanya menetapkan dukungan kalau ada dukungan internal yaitu konstituen dan pemangku kepentingan.
"Ahok tidak daftar ke PPP lalu bagaimana kami mau dukung, selain itu secara internal PPP tidak ada yang mengusulkannya," ujar Arsul.
Sebelumnya, PPP kubu Djan Faridz resmi mendukung pasangan petahana, Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok dengan Djarot Saiful Hidayat dalam Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) DKI Jakarta 2017.
Ketua Dewan Pimpinan Wilayah PPP DKI Jakarta versi Djan Faridz, Abraham Lulung Lunggana atau haji Lulung yang selama ini menjadi seteru Ahok menghormati dan menghargai keputusan Djan Faridz.
Dia mengatakan, sebagai warga negara Indonesia, dirinya mempunyai hak politik yang bisa berbeda dengan keputusan partai sehingga atas dasar itu ia tetap konsisten untuk menolak mendukung pasangan Ahok-Djarot.
"Sampai hari ini saya masih konsisten sebagai lambang perlawanan terhadap Ahok dan selama ini masyarakat Jakarta, dan Indonesia pada umum sudah mengetahui bentuk perlawanannya," ucap Lulung.
Menurut, Lulung politik adalah sikap tegas, konsisten yang harus tetap dijaga dan dirinya enggan dicap sebagai politisi plintat-plintut.
COPYRIGHT © ANTARA News Bangka Belitung 2016
"Kami membuka pintu lebar-lebar untuk Haji Lulung, kita ajak kembali lebih besar di PPP DKI Jakarta," kata Arsul di Gedung Nusantara II, Jakarta, Selasa.
Arsul mengatakan, jabatan apa yang akan dijabat Lulung apabila mau bergabung, bisa dibicarakan atau didiskusikan dengan DPP PPP.
Dia menilai, lebih baik Lulung bergabung dengan PPP dibawah kepemimpinan Romahurmuziy karena memiliki kesamaan pandangan di Pilkada Jakarta.
"(Jabatan yang akan diberikan kepada Lulung) itu sesuatu yang bisa dibicarakan, namun yang tidak bisa kan Ketua Umum sama Sekjen saja, itu kata Pak Romy (Romahurmuziy)," ujarnya.
Anggota Komisi III DPR itu mengatakan, terlepas dari perbedaan antara pihaknya dengan Lulung, namun ada satu hal yang sama yaitu tidak mau mendukung kandidat yang tidak memiliki basis dukungan di konstituen.
Arsul mengatakan, PPP sebagai pengemban tanggung jawab hanya menetapkan dukungan kalau ada dukungan internal yaitu konstituen dan pemangku kepentingan.
"Ahok tidak daftar ke PPP lalu bagaimana kami mau dukung, selain itu secara internal PPP tidak ada yang mengusulkannya," ujar Arsul.
Sebelumnya, PPP kubu Djan Faridz resmi mendukung pasangan petahana, Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok dengan Djarot Saiful Hidayat dalam Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) DKI Jakarta 2017.
Ketua Dewan Pimpinan Wilayah PPP DKI Jakarta versi Djan Faridz, Abraham Lulung Lunggana atau haji Lulung yang selama ini menjadi seteru Ahok menghormati dan menghargai keputusan Djan Faridz.
Dia mengatakan, sebagai warga negara Indonesia, dirinya mempunyai hak politik yang bisa berbeda dengan keputusan partai sehingga atas dasar itu ia tetap konsisten untuk menolak mendukung pasangan Ahok-Djarot.
"Sampai hari ini saya masih konsisten sebagai lambang perlawanan terhadap Ahok dan selama ini masyarakat Jakarta, dan Indonesia pada umum sudah mengetahui bentuk perlawanannya," ucap Lulung.
Menurut, Lulung politik adalah sikap tegas, konsisten yang harus tetap dijaga dan dirinya enggan dicap sebagai politisi plintat-plintut.
COPYRIGHT © ANTARA News Bangka Belitung 2016