Las Vegas (Antara Babel) - Calon presiden Amerika Serikat dari Partai Republik Donald Trump menyatakan akan menolak hasil Pemilu Presiden 8 November seandainya dia kalah. Pernyataan ini menggugat tradisi berdemokrasi AS selama ini.

Pada debat terakhir dari tiga debat calon presiden AS melawan calon dari Partai Demokrat Hillary Clinton, Trump ditanya oleh moderator debat Chris Wallace apakah itu berarti Trump tidak mempedulikan transisi kekuasaan yang damai.

"Yang saya katakan adalah saya akan menjawabnya pada waktunya nanti. Saya akan menunda dulu, oke?" jawab Trump.

Hillary, mantan menteri luar negeri AS, menyatakan pernyataan Trump itu menakutkan.

"Itu bukan cara demokrasi kita bekerja. Demokrasi kita sudah berjalan sekitar 240 tahun. Kita telah menjalankan Pemilu yang bebas dan adil. Kita selalu menerima hasil Pemilu kendati kita mungkin tidak menyukainya. Dan ini adalah yang semestinya diharapkan dari siapa pun yang berdiri di panggung debat selama Pemilu," kata Hillary.

Dalam debat yang untuk pertama kalinya fokus kepada program dan kebijakan ketimbang karakter itu, kedua kandidat tetap saja saling ejek.

Trump (70) menyebut Hillary "wanita jahat" dengan menuduh kampanye Hillary telah mengorkestrasi serangkaian tuduhan dari sejumlah wanita yang menuduh Trump melakukan pelecehan seksual. Trump menyebut Hillary dan Presiden Barack Obama berada di balik kekacauan pada sejumlah kampanyenya. Dia juga menyebut Yayasan Clinton sebagai perusahaan kriminal dan oleh karena itu Hillary seharusnya dilarang mengikuti Pemilu Presiden.

Hillary (68) membalas dengan menyebut Trump penghasut kekerasan, merendahkan perempuan dan berbahaya bagi Amerika Serikat. Hillary menyatakan Trump memang punya kebiasaan mengeluhkan apa-apa yang dianggapnya tidak adil, seperti mengeluhkan tayangan reality show asuhannya tidak mendapatkan Emmy Award.

"Saya memang semestinya mendapatkan itu," sela Trump seperti dikutip Reuters.

Pewarta:

Editor : Mulki


COPYRIGHT © ANTARA News Bangka Belitung 2016