Pangkalpinang (Antara Babel) - Untuk mendukung industri pariwisata dan kunjungan wisatawan di Kota Pangkalpinang Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, PT Timah (Persero) Tbk meluncurkan mobil atau Oto POWNIS (Perkumpulan Oto-Oto Warga Negara Indonesia) City Tour, sebagai komitmen perusahaan berplat merah itu membangun daerah kepulauan.
"Ini komitmen kami dalam mendukung pariwisata di daerah ini," kata Dirut PT Timah (Persero) Tbk M Riza Pahlevi usai meluncurkan POWNIS City Tour di Pangkalpinang, Selasa.
Ia menjelaskan revitalisasi dan peremajaan angkutan POWNIS ini dapat memberikan manfaat yang sebesar-besarnya terhadap kemajuan pariwisata di Pulau Bangka khususnya Kota Pangkalpinang, karena memiliki daya tarik dan keunikan tersendiri bagi wisatawan berwisata ke destinasi wisata sejarah, pantai dan lainnya.
"Saya sudah melaporkan peluncuran Oto POWNIS ini kepada Meteri Pariwisata dan beliau sangat menyambut baik. Menteri Pariwisata meminta PT Timah untuk memasang logo Wonderful Indonesia di mobil diera 1970-an itu," ujarnya.
Menurut dia POWNIS ini dapat dijadikan pemerintah kota sebagai aikon dan ciri khas angkutan pariwisata di daerah ini.
"Wisatawan yang wisata menggunakan angkutan kota sudah biasa, tetapi kalau naik Oto POWNIS itu baru luar biasa," ujarnya.
Ia mengaku sudah pernah mencoba naik POWNIS berkeliling Kota Pangkalpinang dan ternyata sangat penyenangkan.
"Sepanjang jalan masyarakat heran karena mobil zaman dulu beroperasi kembali," ujarnya.
Ia berharap pelaku wisata dan masyarakat mendukung peluncuran pownis ini, sehingga bermanfaat dalam pembangunan pariwisata di daerah ini.
"Kami membutuhkan dukungan semua pihak agar operasional mobil POWNIS berjalan dengan baik dan menjadi daya tarik tersendiri dalam menarik kunjungan wisatawan di daerah ini," ujarnya.
Sekretaris Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Engkus mengapresiasi PT Timah (Persero) Tbk meluncurkan angkutan transportasi POWNIS, karena dapat mempercepat pembangunan sektor pariwisata.
"Saat ini mobil POWNIS ini tidak lagi beroperasi karena tersaingi mobil yang lebih modern dan kecepatan lebih tinggi," ujarnya.
Selain itu sebagian besar masyarakat telah memiliki mobil pribadi, sehingga POWNIS diubah menjadi mobil angkutan barang, rusak dimakan usia.
"Kami berharap kehadiran kembali POWNIS menjadi daya tarik wisata tersendiri, karena mobil ini memiliki keunikan, keindahan dan nilai sejarah angkutan di Pulau Bangka," ujarnya.
Menurut dia saat ini masyarakat Pulau Bangka di perantauan ingin merasakan kembali
sensasi naik mobil POWNIS mengunjungi objek wisata di Kota Pangkalpinang, Kabupaten Bangka, Bangka Barat, Bangka Tengah dan Bangka Selatan.
"Kami mengucapkan terima kasih kepada PT Timah yang telah mewujudkan keinginan masyarakat ini untuk bisa merasakan sensai POWNIS," ujarnya.
Sejarah Oto POWNIS
Sejarahwan Kota Pangkalpinang, Akhmad Elvian menyatakan banyak sekali ciri kehidupan masyarakat di Pulau Bangka yang merupakan hasil asimilasi dan akulturasi budaya dengan masyarakat Tionghoa.
Akulturasi budaya pribumi Bangka (Bangkanese) dengan beberapa etnik group termasuk orang Tionghoa membentuk budaya dan orang Bangka. Berbagai wujud kebudayaan material maupun sistem sosial yang ada di genius orang Bangka, salah satunya adalah bentuk moda transportasi darat yang dikenal dengan sebutan mobil atau oto Pownis.
Pada 1959 Pemerintah Republik Indonesia mengeluarkan Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 1959 yang berisikan larangan bagi orang asing terlibat dalam kegiatan perdagangan dan usaha lainnya kecuali dilakukan di ibukota kabupaten, kotamadya atau daerah swatanta (di Pulau Bangka berarti di Sungailiat dan Pangkalpinang).
Kebijakan ini dimaksudkan untuk mematahkan keterlibatan etnis Tionghoa dalam perdagangan dan usaha lainnya di kampung-kampung Indonesia, yang kebanyakan dikuasai oleh orang-orang Tionghoa asing. Kebijakan ini hampir tidak berlaku sepenuhnya di Pulau Bangka mengingat latar historis kedatangan orang Tionghoa ke Bangka dan pemukiman mereka sudah terbentuk sejak Pulau Bangka di bawah kekuasaan Kesultanan Palembang Darussalam dan pemukiman orang Tionghoa telah berkembang di hampir 10 distrik di Pulau Bangka pada masa Hindia Belanda seperti Belinyu, Jebus, Toboali dan Merawang.
Berdasarkan sensus 1971, penduduk Kabupaten Bangka berjumlah 362.438 jiwa dengan 45.829 jiwa merupakan warga keturunan Tionghoa dan 53.356 jiwa adalah orang Tionghoa warga negara asing. Artinya 27 persen penduduk Kabupaten Bangka adalah etnis Tionghoa dan hampir 54 persen dari etnis Tionghoa itu adalah warna negara asing. Sedangkan Pangkalpinang pada 1970 etnis Tionghoa berkewarganegaraan asing sekitar
15.000 jiwa.
Oleh sebab itu usaha perdagangan dan usaha lainnya seperti moda transportasi darat antara Pangkalpinang dan Sungailiat yang dijalankan Oleh orang Tionghoa warga negara Indonesia mereka namakan dengan POWNIS (Persatuan Oto-oto Warga Negara Indonesia) untuk mempertegas eksistensi usahanya dan sebagai implementasi dari kebijakan Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 1959.
Mobil atau oto POWNIS merupakan sarana trasportasi yang menghubungkan Pangkalpinang dan Sungailiat (Pingkong - Liatkong), hal ini sangat memungkingkan karena kondisi jalan dan jembatan yang cukup memadai pada waktu itu. Pemerintah Belanda untuk memperlancar transportasi dari Distrik Pangkalpinang ke Distrik Merawang yang baru dibentuk dan selanjutnya menuju Distrik Sungailiat sesuai ketentuan dalam Pasal 30
Lembaran Negara 1831 Nomor 62, mulai membangun jalan baru dari Baturusa ke distrik Pangkalpinang yang jaraknya lebih diperpendek sekitar 43 paal dan diselesaikan pada 1851. Pemerintah Belanda juga membangun jalan-jalan setapak untuk mempermudah transportasi antar kampung yang ada di distrik Pangkalpinang dan Sungailiat.
Mobil atau Oto POWNIS sebagai sarana transportasi melayani penumpang dan barang dibuat berbentuk bus oleh tukang-tukang di Pulau Bangka menggunakan mesin merek mitsubisi, daihatsu dan GMC berbahan bakar solar dan bensin. Mobil secara umum berbahan kayu baik badan, tempat duduk maupun pintu serta jendela. Jendela dapat dinaik turunkan sesuai kondisi dan cuaca serta jendela terdiri dari plastik berbingkai kayu. Untuk bagasi penumpang berada dibagian atas mobil dengan tangga pada bagian belakang.
Pada saat ramai penumpang kadang-kadang kondektur berada di tangga atau barag diikat di tangga. Warna mobil secara umum dicat dengan warna mera untuk kepala dan kuing gading untuk badan mobil.
Pada era 1970 hingga 1990 beroperasi sekitas 53 unit atau Oto POWNIS. Mobil POWNIS tersebut mengantri penumpang di terminal Pangkalpinang dan Sungailiat sesuai dengan nomor lambungnya. Mobil tidak hanya menaikkan dan menurunkan penumpang di terminal, tetapi penumpang dapat naik dan turun di jalan dan kampung sepanjang rute Pangkalpinang - Sungailiat sesuai kebutuhan penumpang bahkan mobil ini serig disewa untuk pergi ke pantai atau kegiatan massal lainnya.
Seiring dengan masuknya mobil penumpang ukuran minibus seperti L 300, mobil POWNIS pun berangsur-angsur tersisihkan dari 200 unit mobil Pownis masih beroperasi pada saat itu dan pada 2012 masih beroperasi sekitar 7 unit, setelah itu menghilang.
Pada Minggu kedua April 2016 Dinas Pariwisata Kota Pagkalpinang memperkenalkan kembali mobil Pownis untuk kegiatan City Tour pada Pangkalpinang Travel Mart 2, dengan membawa para buyer se-Indonesia berkeliling meninjau destinasi wisata dan pada saat ini PT Timah melaunching 2 unit POWNIS untuk City Tour demi kemajuan pariwisata dan membangkitkan kembali memori kolektif masyarakat Bangka akan masa
lalunya, 'Horning The Past, Celebrating Te Future'.
COPYRIGHT © ANTARA News Bangka Belitung 2017
"Ini komitmen kami dalam mendukung pariwisata di daerah ini," kata Dirut PT Timah (Persero) Tbk M Riza Pahlevi usai meluncurkan POWNIS City Tour di Pangkalpinang, Selasa.
Ia menjelaskan revitalisasi dan peremajaan angkutan POWNIS ini dapat memberikan manfaat yang sebesar-besarnya terhadap kemajuan pariwisata di Pulau Bangka khususnya Kota Pangkalpinang, karena memiliki daya tarik dan keunikan tersendiri bagi wisatawan berwisata ke destinasi wisata sejarah, pantai dan lainnya.
"Saya sudah melaporkan peluncuran Oto POWNIS ini kepada Meteri Pariwisata dan beliau sangat menyambut baik. Menteri Pariwisata meminta PT Timah untuk memasang logo Wonderful Indonesia di mobil diera 1970-an itu," ujarnya.
Menurut dia POWNIS ini dapat dijadikan pemerintah kota sebagai aikon dan ciri khas angkutan pariwisata di daerah ini.
"Wisatawan yang wisata menggunakan angkutan kota sudah biasa, tetapi kalau naik Oto POWNIS itu baru luar biasa," ujarnya.
Ia mengaku sudah pernah mencoba naik POWNIS berkeliling Kota Pangkalpinang dan ternyata sangat penyenangkan.
"Sepanjang jalan masyarakat heran karena mobil zaman dulu beroperasi kembali," ujarnya.
Ia berharap pelaku wisata dan masyarakat mendukung peluncuran pownis ini, sehingga bermanfaat dalam pembangunan pariwisata di daerah ini.
"Kami membutuhkan dukungan semua pihak agar operasional mobil POWNIS berjalan dengan baik dan menjadi daya tarik tersendiri dalam menarik kunjungan wisatawan di daerah ini," ujarnya.
Sekretaris Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Engkus mengapresiasi PT Timah (Persero) Tbk meluncurkan angkutan transportasi POWNIS, karena dapat mempercepat pembangunan sektor pariwisata.
"Saat ini mobil POWNIS ini tidak lagi beroperasi karena tersaingi mobil yang lebih modern dan kecepatan lebih tinggi," ujarnya.
Selain itu sebagian besar masyarakat telah memiliki mobil pribadi, sehingga POWNIS diubah menjadi mobil angkutan barang, rusak dimakan usia.
"Kami berharap kehadiran kembali POWNIS menjadi daya tarik wisata tersendiri, karena mobil ini memiliki keunikan, keindahan dan nilai sejarah angkutan di Pulau Bangka," ujarnya.
Menurut dia saat ini masyarakat Pulau Bangka di perantauan ingin merasakan kembali
sensasi naik mobil POWNIS mengunjungi objek wisata di Kota Pangkalpinang, Kabupaten Bangka, Bangka Barat, Bangka Tengah dan Bangka Selatan.
"Kami mengucapkan terima kasih kepada PT Timah yang telah mewujudkan keinginan masyarakat ini untuk bisa merasakan sensai POWNIS," ujarnya.
Sejarah Oto POWNIS
Sejarahwan Kota Pangkalpinang, Akhmad Elvian menyatakan banyak sekali ciri kehidupan masyarakat di Pulau Bangka yang merupakan hasil asimilasi dan akulturasi budaya dengan masyarakat Tionghoa.
Akulturasi budaya pribumi Bangka (Bangkanese) dengan beberapa etnik group termasuk orang Tionghoa membentuk budaya dan orang Bangka. Berbagai wujud kebudayaan material maupun sistem sosial yang ada di genius orang Bangka, salah satunya adalah bentuk moda transportasi darat yang dikenal dengan sebutan mobil atau oto Pownis.
Pada 1959 Pemerintah Republik Indonesia mengeluarkan Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 1959 yang berisikan larangan bagi orang asing terlibat dalam kegiatan perdagangan dan usaha lainnya kecuali dilakukan di ibukota kabupaten, kotamadya atau daerah swatanta (di Pulau Bangka berarti di Sungailiat dan Pangkalpinang).
Kebijakan ini dimaksudkan untuk mematahkan keterlibatan etnis Tionghoa dalam perdagangan dan usaha lainnya di kampung-kampung Indonesia, yang kebanyakan dikuasai oleh orang-orang Tionghoa asing. Kebijakan ini hampir tidak berlaku sepenuhnya di Pulau Bangka mengingat latar historis kedatangan orang Tionghoa ke Bangka dan pemukiman mereka sudah terbentuk sejak Pulau Bangka di bawah kekuasaan Kesultanan Palembang Darussalam dan pemukiman orang Tionghoa telah berkembang di hampir 10 distrik di Pulau Bangka pada masa Hindia Belanda seperti Belinyu, Jebus, Toboali dan Merawang.
Berdasarkan sensus 1971, penduduk Kabupaten Bangka berjumlah 362.438 jiwa dengan 45.829 jiwa merupakan warga keturunan Tionghoa dan 53.356 jiwa adalah orang Tionghoa warga negara asing. Artinya 27 persen penduduk Kabupaten Bangka adalah etnis Tionghoa dan hampir 54 persen dari etnis Tionghoa itu adalah warna negara asing. Sedangkan Pangkalpinang pada 1970 etnis Tionghoa berkewarganegaraan asing sekitar
15.000 jiwa.
Oleh sebab itu usaha perdagangan dan usaha lainnya seperti moda transportasi darat antara Pangkalpinang dan Sungailiat yang dijalankan Oleh orang Tionghoa warga negara Indonesia mereka namakan dengan POWNIS (Persatuan Oto-oto Warga Negara Indonesia) untuk mempertegas eksistensi usahanya dan sebagai implementasi dari kebijakan Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 1959.
Mobil atau oto POWNIS merupakan sarana trasportasi yang menghubungkan Pangkalpinang dan Sungailiat (Pingkong - Liatkong), hal ini sangat memungkingkan karena kondisi jalan dan jembatan yang cukup memadai pada waktu itu. Pemerintah Belanda untuk memperlancar transportasi dari Distrik Pangkalpinang ke Distrik Merawang yang baru dibentuk dan selanjutnya menuju Distrik Sungailiat sesuai ketentuan dalam Pasal 30
Lembaran Negara 1831 Nomor 62, mulai membangun jalan baru dari Baturusa ke distrik Pangkalpinang yang jaraknya lebih diperpendek sekitar 43 paal dan diselesaikan pada 1851. Pemerintah Belanda juga membangun jalan-jalan setapak untuk mempermudah transportasi antar kampung yang ada di distrik Pangkalpinang dan Sungailiat.
Mobil atau Oto POWNIS sebagai sarana transportasi melayani penumpang dan barang dibuat berbentuk bus oleh tukang-tukang di Pulau Bangka menggunakan mesin merek mitsubisi, daihatsu dan GMC berbahan bakar solar dan bensin. Mobil secara umum berbahan kayu baik badan, tempat duduk maupun pintu serta jendela. Jendela dapat dinaik turunkan sesuai kondisi dan cuaca serta jendela terdiri dari plastik berbingkai kayu. Untuk bagasi penumpang berada dibagian atas mobil dengan tangga pada bagian belakang.
Pada saat ramai penumpang kadang-kadang kondektur berada di tangga atau barag diikat di tangga. Warna mobil secara umum dicat dengan warna mera untuk kepala dan kuing gading untuk badan mobil.
Pada era 1970 hingga 1990 beroperasi sekitas 53 unit atau Oto POWNIS. Mobil POWNIS tersebut mengantri penumpang di terminal Pangkalpinang dan Sungailiat sesuai dengan nomor lambungnya. Mobil tidak hanya menaikkan dan menurunkan penumpang di terminal, tetapi penumpang dapat naik dan turun di jalan dan kampung sepanjang rute Pangkalpinang - Sungailiat sesuai kebutuhan penumpang bahkan mobil ini serig disewa untuk pergi ke pantai atau kegiatan massal lainnya.
Seiring dengan masuknya mobil penumpang ukuran minibus seperti L 300, mobil POWNIS pun berangsur-angsur tersisihkan dari 200 unit mobil Pownis masih beroperasi pada saat itu dan pada 2012 masih beroperasi sekitar 7 unit, setelah itu menghilang.
Pada Minggu kedua April 2016 Dinas Pariwisata Kota Pagkalpinang memperkenalkan kembali mobil Pownis untuk kegiatan City Tour pada Pangkalpinang Travel Mart 2, dengan membawa para buyer se-Indonesia berkeliling meninjau destinasi wisata dan pada saat ini PT Timah melaunching 2 unit POWNIS untuk City Tour demi kemajuan pariwisata dan membangkitkan kembali memori kolektif masyarakat Bangka akan masa
lalunya, 'Horning The Past, Celebrating Te Future'.
COPYRIGHT © ANTARA News Bangka Belitung 2017