Magelang (Antara Babel) - Sesepuh Tentara Nasional Indonesia, Letnan Jenderal (Purn) Sayidiman Suryohadiprojo (89) mengatakan para taruna Akademi Militer, Akademi Angkatan Laut, Akademi Angkatan Udara, dan Akademi Kepolisian merupakan pembela dan pendukung Pancasila.

"Di antara pembela dan pendukung Pancasila, saya yakin TNI mempunyai tempat utama, maka dengan sendirinya para taruna memegang peran yang penting," katanya usai mengikuti upacara Hari Bakti Taruna di Akmil Magelang, Rabu.

Mantan Wakil Kepala Staf Angkatan Darat ini menuturkan penting untuk memotivasi para taruna, karena negeri ini sedang dalam kondisi ketidakpastian, oleh karena itu banyak tergantung pada keteguhan hati para penbela dan pendukung Pancasila.

Mantan Gubernur Lemhanas ini mengatakan telah menyampaikan kepada para taruna Akmil apa yang perlu mereka senantiasa jaga dan pelihara seperti isi Sapta Marga, antara lain kami adalah warga negara kesatuan Republik Indonesia yang bersendikan Pancasila, kami patriot Indonesia pembela serta pendukung idiologi negara yang bertanggung jawab dan tidak mengenal menyerah.

"Hal ini penting sekali dan ideologi negara adalah Pancasila. Hal itu yang saya tekankan untuk diperhatikan dan tentu apa yang mereka rajin lakukan yaitu menyanyikan lagu hymne taruna biar badan hancur lebur kita akan bertempur, artinya kesediaan untuk pengorbanan," tuturnya.

Salah satu lulusan terbaik Akademi Militer Yogyakarta tahun 1948 ini menuturkan sebagai taruna Akademi Militer merupakan jago pembela rakyat Indonesia yang senantiasa dekat dengan rakyat, sebagaimana sekarang sudah dibuktikan TNI AD membantu petani dengan melaksanakan pertanian supaya ketahanan pangan Indonesia bisa tercapai.

Gubernur Akmil, Mayor Jenderal TNI Arif Rahman dalam sambutan tertulis yang disampaiakan Inspektur Akmil Kolonel Arh. Hardi Ariyanto mengatakan jika menengok perjalanan sejarah perjuangan bangsa, khususnya pada periode pascakemerdekaan, dapat diketahui bahwa hampir seluruh bumi pertiwi ini, perjuangan bersenjata telah dikobarkan dan dilakukan para pemuda Indonesia.

Ia mengatakan semangat dan tekad serupa juga telah dibuktikan para cadet/taruna Militaire Academie dan sekolah-sekolah perwira militer yang ada di seluruh Indonesiapada periode 1945-1958, di mana pada waktu itu karena situasi menuntut para cadet ikut diterjunkan dalam pertempuran fisik melawan pasukan Belanda maupun pasukan Jepang.

Ia menuturkan tidak semua Akademi Militer di dunia ini yang tarunanya ikut melakukan tugas pertempuran pada saat masih berstatus sebagai taruna sehingga hal ini harus menjadi kebanggaan para taruna/taruni dan patut dicatat dalam sejarah dengtan tinta emas.

"Hikmah yang dapat diambil para taruna/taruni dari peristiwa pertempuran pascakemerdekaan itu adalah semangat patriotisme yang dikobarkan dan semangat pantang menyerah yang yang ditunjukkan oleh taruna/cadetMilitaire Academie dalam mempertahankan Negara Indonesia harus mengorbankan jiwa dan raga," katanya.

Pewarta: Heru Suyitno

Editor : Mulki


COPYRIGHT © ANTARA News Bangka Belitung 2017