Dalam siaran persnya yang diterima di Pangkalpinang, Sabtu, Djumala mengatakan muhibah itu adalah langkah diplomasi Megawati untuk memperkenalkan Pancasila itu di panggung internasional.
Hal ini disampaikan oleh Djumala, ketika diminta tanggapannya atas kunjungan Ketua Dewan Pengarah BPIP, Megawati Soekarnoputri, ke Rusia dan Uzbekistan, 14-21 September.
Selama di Rusia, Megawati antara lain memberikan kuliah umum di kampus Saint Petersburg State University, mengadakan pertemuan dengan Rektor Universitas Saint Petersburg Profesor Nikolay Kropachev dan menjadi pembicara kunci di Forum Rektor Universitas se-Rusia.
Sementara di Uzbekistan, Megawati menerima gelar profesor kehormatan dari Silk Road University, Samarkand, menanam pohon dan penandatangan prasasti Soekarno Garden di Silk Road Tourism Complex, dan berziarah ke makam Imam Besar Al Bukhari.
Dr. Djumala lebih jauh menegaskan bahwa kunjungan Megawati ke Rusia dan Uzbekistan ini sarat makna ideologis. Dia mengatakan kunjungan tersebut dinilai tepat waktu karena PBB melalui UNESCO telah mengakui pidato Bung Karno tentang Pancasila di PBB pada 1960 yang berjudul “To Build the Wolrd Anew” sebagai Memory of the World atau Warisan Arsip Dunia.
Dengan penganugerahan PBB itu, publik internasional menjadi lebih mudah mengakses arsip teks pidato itu sebagai referensi untuk pengembangan studi terkait bidang tugas UNESCO, seperti pendidikan, ilmu pengetahuan, dan kebudayaan.
Djumala, yang pernah menjabat sebagai Dubes Indonesia untuk Austria dan PBB di Wina, mengatakan penganugerahan PBB itu membuka peluang bagi diplomasi Indonesia untuk mempromosikan Pancasila sebagai ideologi perdamaian yang mengandung nilai-nilai universal.
Pada konteks itulah, kunjungan Megawati ke Rusia bisa dimaknai sebagai langkah diplomasi Pancasila di panggung internasional.
Megawati membawa pesan ideologis, bahwa Pancasila dengan nilai-nilai luhurnya bisa menginspirasi pemimpin dunia dalam mengelola tata dunia baru dengan mengedepankan nilai kemanusiaan, musyawarah dan gotong royong, seperti inti ajaran Pancasila ajaran Bung Karno.
Pada bagian lain Dr. Djumala menggaris-bawahi makna ideologis dari kunjungan Megawati ke Uzbekistan. Ziarah Megawati ke makam Imam Bukhari juga sarat makna ideologis.
Sejarah mencatat, Bung Karno lah yang mendesak pemimpin komunis Uni Soviet (sekarang Rusia) Nikita Khrushchev untuk menemukan kembali makam Imam Besar itu agar umat Islam sedunia dapat berziarah dan menghormati jasa-jasanya dalam syiar Islam.
Dalam pandangan Djumala, itulah sumbangsih Bung Karno bagi dunia Islam. Desakan Bung Karno kepada pemimpin Uni Soviet untuk memuliakan Imam Bukhari saat itu adalah manifestasi nilai Ketuhanan yang terkandung dalam sila pertama Pancasila.
Ziarah Megawati ke makam Imam Besar Bukhari dapat dinilai sebagai manifestasi komitmen Indonesia terhadap ajaran mulia agama Islam yang menginspirasi Pancasila sebagai falsafah, dasar dan ideologi bangsa.