Sungailiat (Antara Babel) - Pengurus Forum Pembaruan Masyarakat Tionghoa (FPMI) Kabupaten Bangka, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, Agung Setiawan mengatakan perayaan Cheng Beng atau ziarah kubur memberikan makna cukup tinggi bagi warga etnis Tionghoa dalam mewujudkan rasa hormat kepada orang tua atau leluhurnya.

"Masyarakat etnis Tionghoa meyakini dengan menghormati orang tua atau leluhur dapat memberikan keselamatan," katanya di Sungailiat, Selasa.

Menurut dia, tingginya makna dari ritual Cheng Beng mengharuskan warga etnis Tionghoa yang berdomisili di luar daerah bahkan di luar negeri sekalipun menyempatkan diri untuk datang ke pemakaman leluhurnya.

"Mereka memberikan penghormatan kepada para leluhurnya dengan doa menurut keyakinannya masing-masing, karena kita ada karena ada leluhur kita," ujarnya.

Selain doa yang dipanjatkan pada saat berada di makam leluhur, jelas Agung, masyarakat Tionghoa  juga membawa simbol berbagai barang yang terbuat dari kertas yang kemudian dibakar.

"Penghormatan bagi masyarakat keturunan Tionghoa tidak dibatasi dengan masalah keyakinan agama, ada yang sudah pindah agama namun tetap meyakini melakukan ritual Cheng Beng," katanya.

Menurut dia, ritual Cheng Beng tidak hanya sebagai sarana untuk menghormati leluhur namun juga dapat dipergunakan untuk mempererat tali persaudaraan antaretnis Tionghoa yang datang dari luar Pulau Bangka.

"Mereka yang sengaja datang dari luar Bangka melalui Cheng Beng dapat lebih mempererat tali persaudaraan dengan keluarganya yang barangkali lama tidak saling ketemu," kata Agung Setiawan.

Pewarta: Kasmono

Editor : Rustam Effendi


COPYRIGHT © ANTARA News Bangka Belitung 2017