Belitung (ANTARA) - Penjabat Bupati Belitung, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, Yuspian memperkirakan jumlah peziarah Cheng Beng atau sembahyang kubur di daerah itu mencapai sebanyak 14.000 orang.
"Sehingga ini memiliki peluang dan potensi ekonomi yang sangat besar" katanya di Tanjung Pandan, Kamis.
Menurut dia, Belitung memiliki potensi pariwisata alternatif yang bisa dikembangkan salah satunya adalah perayaan Cheng Beng.
Disampaikannya, Cheng Beng merupakan tradisi masyarakat Tionghoa rutin diselenggarakan setiap tahun.
Menurutnya, tradisi Cheng Beng atau sembahyang kubur adalah perwujudan sikap masyarakat Tionghoa yang sangat menghormati dan mencintai leluhurnya.
"Seluruh warga Tionghoa yang merantau di luar kota bahkan luar negeri akan mengupayakan pulang kampung untuk melaksanakan ritual ziarah di makam leluhur mereka," ujarnya.
Yuspian menambahkan, berdasarkan informasi terdapat sebanyak 11.000 makam warga Tionghoa tersebar di beberapa titik Pulau Belitung.
Ia menyebutkan, dari 11.000 makam tersebut, sebanyak 7.000 makam masih dikunjungi atau diziarahi oleh pihak keluarga pada saat perayaan Cheng Beng.
"Maka jika satu makam tersebut diziarahi oleh dua orang perwakilan keluarga maka potensi peziarah Cheng Beng yang datang ke Belitung apabila dikalikan sebanyak 7.000 makam bisa mencapai 14.000 orang," katanya.
Ia menjelaskan, sedangkan potensi ekonomi atau perputaran uang di masyarakat selama berlangsungnya perayaan Cheng Beng mencapai Rp84 miliar.
Dikatakannya, jumlah ini dihitung dari pengeluaran 14.000 orang peziarah dengan asumsi masing-masing peziarah menghabiskan rata-rata Rp6 juta untuk kebutuhan makan, transportasi, akomodasi, oleh-oleh, dan perlengkapan ziarah.
"Kemudian juga permintaan lainnya seperti dupa, ayam jantan kampung, buah-buahan, kue lumpang, sewa mobil, oleh-oleh UMKM, dan rental kendaraan," ujarnya.