Pangkalpinang (Antara Babel) - Ketua DPD Asosiasi Perusahaan Perjalanan Indonesia (Asita) Bangka Belitung (Babel) Yuna Ekowati Lukman menyatakan aktivitas penambangan bijih timah yang marak akan mengurangi destinasi wisata di daerah itu.
"Saat ini objek wisata yang ada semakin berkurang sebagai dampak aktivitas penambangan bijih timah di laut maupun darat yang semakin meningkat," katanya di Pangkalpinang, Sabtu.
Ia mengatakan, keberadaan kapal isap, tambang iNkonvensional (TI) apung di pesisir pantai sudah menimbulkan dampak yang negatif terhadap perkembangan wisata bahari di Bangka Belitung.
"Kami berharap pemerintah daerah segera menetapkan zona penambangan dan zona pariwisata agar dapat berjalan beriringan dan tidak menimbulkan kerugian antarpihak lainnya," ujarnya.
Menurut dia, aktivitas penambangan di kawasan objek wisata ini tentu akan merugikan pemerintah daerah karena minat wisatawan berkunjung ke objek wisata tersebut semakin berkurang.
Selain itu, pihaknya juga sulit memasarkan objek wisata daerah ke tingkat nasional dan internasional karena aktivitas penambangan tentu akan menimbulkan berbagai dampak kerusakan lingkungan pantai, seperti air pantai keruh, berlumpur dan bunti mesin tambang tersebut akan mengganggu kenyamanan wisatawan.
"Kami berharap pemerintah daerah untuk menertibkan tambang-tambang yang beroperasi di kawasan objek wisata ini, demi perkembangan pariwisata daerah itu," ujarnya.
Ia mengatakan, potensi kepariwisataan yang sangat dominan di Bangka Belitung yaitu wisata bahari, karena wilayah ini merupakan provinsi kepulauan yang memiliki garis pantai sepanjang 1.200 kilometer.
Pantai merupakan potensi yang sangat baik bila dikembangkan untuk kepentingan pariwisata, misalnya, pantai di Kota Pangkalpinang yaitu Pantai Pasir Padi, Kabupaten Bangka Pantai Matras, Tanjung Pesona, Parai Tenggiri, Kabupaten Belitung Pantai Tanjung Kelayang dan pantai-pantai di kabupten lainnya.
"Saat ini, sebagian objek wisata bahari tersebut sudah terkena dampak tambang, sehingga limbah tambang tersebut sudah mencemari dan merusak hamparan pasir putih, panorama yang indah, air laut sehingga mengurangi daya tarik pantai tersebut," ujarnya.
COPYRIGHT © ANTARA News Bangka Belitung 2013
"Saat ini objek wisata yang ada semakin berkurang sebagai dampak aktivitas penambangan bijih timah di laut maupun darat yang semakin meningkat," katanya di Pangkalpinang, Sabtu.
Ia mengatakan, keberadaan kapal isap, tambang iNkonvensional (TI) apung di pesisir pantai sudah menimbulkan dampak yang negatif terhadap perkembangan wisata bahari di Bangka Belitung.
"Kami berharap pemerintah daerah segera menetapkan zona penambangan dan zona pariwisata agar dapat berjalan beriringan dan tidak menimbulkan kerugian antarpihak lainnya," ujarnya.
Menurut dia, aktivitas penambangan di kawasan objek wisata ini tentu akan merugikan pemerintah daerah karena minat wisatawan berkunjung ke objek wisata tersebut semakin berkurang.
Selain itu, pihaknya juga sulit memasarkan objek wisata daerah ke tingkat nasional dan internasional karena aktivitas penambangan tentu akan menimbulkan berbagai dampak kerusakan lingkungan pantai, seperti air pantai keruh, berlumpur dan bunti mesin tambang tersebut akan mengganggu kenyamanan wisatawan.
"Kami berharap pemerintah daerah untuk menertibkan tambang-tambang yang beroperasi di kawasan objek wisata ini, demi perkembangan pariwisata daerah itu," ujarnya.
Ia mengatakan, potensi kepariwisataan yang sangat dominan di Bangka Belitung yaitu wisata bahari, karena wilayah ini merupakan provinsi kepulauan yang memiliki garis pantai sepanjang 1.200 kilometer.
Pantai merupakan potensi yang sangat baik bila dikembangkan untuk kepentingan pariwisata, misalnya, pantai di Kota Pangkalpinang yaitu Pantai Pasir Padi, Kabupaten Bangka Pantai Matras, Tanjung Pesona, Parai Tenggiri, Kabupaten Belitung Pantai Tanjung Kelayang dan pantai-pantai di kabupten lainnya.
"Saat ini, sebagian objek wisata bahari tersebut sudah terkena dampak tambang, sehingga limbah tambang tersebut sudah mencemari dan merusak hamparan pasir putih, panorama yang indah, air laut sehingga mengurangi daya tarik pantai tersebut," ujarnya.
COPYRIGHT © ANTARA News Bangka Belitung 2013