Muntok (Antara Babel) - Sanggar Kampuseni Muntok berhasil menjuarai Festival Tari Kreasi Sejiran Setason, Kabupaten Bangka Barat, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung yang digelar di Gedung Majapahit Unit Metalurgi, Kamis (13/7) malam.

"Kampuseni yang membawakan tarian berjudul Jungkat Jangkit Perang Ketupat berhasil menjadi penampil terbaik menyisihkan empat sanggar peserta lain dalam festival tahunan tersebut," kata Kepala Bidang Kebudayaan Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Bangka Barat, Bambang Haryo Suseno di Muntok, Jumat.

Ia mengatakan, Kampuseni bersama dua penampil terbaik lain yaitu Sanggar Dayang Molek dan Seruni berhak mewakili Kabupaten Bangka Barat dalam ajang serupa di tingkat Provinsi Kepulauan Babel yang akan digelar pekan depan.

Dalam festival yang ditonton sekitar 800 orang penikmat seni dari dalam dan luar daerah tersebut dewan juri juga menetapkan tiga kategori penata terbaik, yaitu penata tari terbaik diraih Kampuseni, penata musik terbaik Sanggar Seruni dan penata rias dan busana terbaik direbut Sanggar Dayang Molek.

"Selain berhak mewakili kabupaten di tingkat provinsi, kami juga akan memberikan kesempatan tiga sanggar itu ke ajang kesenian di tingkat nasional agar mendapatkan pengalaman sekaligus mengenalkan budaya lokal ke kancah yang lebih luas," katanya.

Pimpinan Kampuseni, Joko HP berjanji akan memanfaatkan waktu yang ada untuk memperbaiki beberapa kekurangan agar bisa tampil lebih maksimal pada ajang tingkat provinsi.

"Ada beberapa bagian yang perlu diperbaiki agar anak-anak bermain lebih baik dan mampu menyampaikan pesan tarian sekaligus mengenalkan budaya daerah kepada para penikmat seni," katanya.

Sementara itu, salah satu juri festival sekaligus pengajar di Institut Seni Indonesia Yogyakarta, Raja Alfirafindra mengharapkan para pegiat dan pelaku seni di daerah itu agar terus menggali budaya yang ada.

"Para pelaku seni tari harus tahu adat Melayu Bangka atau adat Melayu Muntok yang memiliki kekhasan sendiri sehingga tarian yang disajikan berbeda dengan daerah lain, meskipun sama-sama dari rumpun Melayu dan jangan plagiat," katanya.

Menurut dia, budaya Melayu identik dengan Islam yang bisa diadopsi dalam bentuk tarian dengan berbagai pertimbangan estetika tarian.

"Terus lakukan riset dan pelajari kebiasaan masyarakat setempat agar mampu menghasilkan karya seni tari yang khas dan pasti berbeda dengan tarian melayu daerah lain," katanya.

Selain dalam gerak tari, kata dia, busana, properti dan musik pengiring tarian juga perlu terus digali agar bisa menghasilkan karya yang menyatu antarelemen dan menghasilkan garapan yang layak.

"Jangan cepat puas dengan pencapaian hari ini, masih ada tantangan yang lebih besar agar mampu menjadi seniman tari handal, kami berharap mereka terus berkarya dan belajar," kata dia.

Pewarta: Donatus Dasapurna Putranta

Editor : Riza Mulyadi


COPYRIGHT © ANTARA News Bangka Belitung 2017