Pangkalpinang (Antara Babel) - Masyarakat Desa Kimak, Kabupaten Bangka, Provinsi kepulauan Bangka Belitung menjaga tradisi beranggung saat penutup puasa enam hari di bulan Syawal.

"Beranggung sudah menjadi tradisi setiap peringatan hari besar agama Islam termasuk penutup puasa enam di bulan Syawal guna meningkatkan kebersamaan, toleransi antarsesama dan mempererat silaturahim antarmasyarakat," ujar salah seorang tokoh agama di Desa Kimak, Usman, Minggu.

Ia menyebutkan, beranggung merupakan tradisi turun temurun yang terus membudaya dari sejak nenek moyang hingga sekarang.

"Desa Kimak sangat menghormati dan menghargai budaya sehingga setiap tradisi selalu dilestarikan salah satunya beranggung setiap peringatan besar agama Islam," katanya.

Ia menjelaskan, tradisi beranggung di Desa Kimak identik dengan dulang dan tudung saji.

Dalam acara beranggung masyarakat setempat beramai-ramai menuju masjid membawa dulang yang ditutup dengan tudung saji dan berisikan berbagai makanan di dalamnya. Kemudian masyarakat saling bertukar makanan dan dimakan bersama-sama di masjid.

"Dulang menjadi wadah untuk menyajikan berbagai makanan. Setiap makanan yang ada di dulang disantap sekitar tiga sampai empat orang," ujarnya.

Ia berharap, tradisi berlanggung ini akan terus dilestarikan hingga generasi-generasi selanjutnya karena tradisi ini sangat penting dan berpengaruh besar dalam menyatukan kebersamaan dan ukhuwah Islamiyah.

"Salah satu cara terjaganya rasa solidaritas antarmasyarakat di Desa Kimak ini adalah adat beranggung," katanya.

Menurut Usman, adat istiadat merupakan kakayaan kebudayaan suatu daerah sehingga harus dijaga dan dilestarikan.

Pewarta: Septi Artiana

Editor : Rustam Effendi


COPYRIGHT © ANTARA News Bangka Belitung 2017