Koba, Babel (ANTARA) - Bupati Bangka Tengah Algafry Rahman meminta budaya "Nganggung" terus dilestarikan karena sarat dengan nilai kearifan lokal sebagai ciri khas masyarakat Melayu.
"Kegiatan 'Nganggung' ini sarat dengan nilai budaya, adat, dan tradisi yang menjadi ciri khas orang Melayu sehingga mesti dilestarikan," kata dia di Koba, Kabupaten Bangka Tengah, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, Senin.
Tradisi budaya "Nganggung" berupa kegiatan warga makan bersama di rumah ibadah seperti masjid dan langgar, serta balai desa dengan membawa dulang (tempat yang berisikan aneka makanan) dari rumah masing-masing untuk kemudian dimakan bersama.
"Budaya seperti ini sudah ada secara temurun, sarat dengan nilai kebersamaan, saling berbagi, bergotong royong dan bersilaturahim," kata dia.
Kegiatan "Nganggung", kata dia, selalu digelar pada hari besar Islam, seperti Maulid Nabi Muhammad SAW, Idul Adha, Idul Fitri, dan menjelang bulan suci Ramadhan.
"Ini sudah menjadi ciri khas kita masyarakat Melayu, di mana setiap bubung rumah membawa dulang dari rumah masing-masing ke rumah ibadah atau balai pertemuan dan kemudian makan bersama dengan sistem bertukar dulang," ujarnya.
Bupati Algafry Rahman mencontohkan dulang yang dibawa kepala keluarga satu rumah ditukar dengan dulang dari kepala keluarga yang lainnya untuk kemudian dilanjutkan makan bersama.
"Sangat kental dengan kebersamaan, tanpa membeda-bedakan baik dia tokoh masyarakat, pejabat atau bupati sekalipun makan duduk bersila bersama," ujarnya.
Ia mengatakan budaya "Nganggung" sarat dengan nilai kearifan lokal dan memiliki makna bahwa hidup harus menjunjung tinggi nilai kebersamaan.
"Ini perlu kita wariskan kepada anak-anak kita nantinya agar mereka tetap mengenal budaya 'Nganggung'," ujarnya.