Pangkalpinang (Antara Babel) - Pengusaha ikan asin di Pangkalpinang, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, mengurangi produksinya karena harga ikan segar dan garam semakin mahal.
"Harga garam dan ikan naik sehingga biaya produksi meningkat, sedang keuntungan turun," kata salah satu pengusaha ikan asin, Acui di Pangkalpinang, Selasa.
Ia menyebutkan, beberapa bulan ini selain harga ikan yang mahal, stoknya juga terbatas sehingga banyak karyawan yang diliburkan karena produksi ikan asin dikurangi.
"Sebelum harga garam naik dan stok ikan terbatas, produksi ikan mencapai 800 hingga 900 kilogram per hari. Setelah naiknya harga garam, produksi ikan asin menurun, hanya 100 kilogram dan paling banyak 200 kilogram per harinya. Terpaksa karyawan kita liburkan," katanya.
Ia menambahkan, harga garam sebelumnya Rp8 ribu perkilogram kini menjadi Rp11 ribu perkilogram begitu juga dengan harga ikan yang naik hingga dua kali lipat dibandingkan harga sebelumnya.
"Bagaimana produksi bisa lancar bila harga garam tidak turun dan ketersediaan ikan sedikit. Bisa-bisa banyak pengusaha ikan asin yang menutup usahanya," ujar dia.
Begitu juga dengan pengusaha ikan asin lainnya, Firmasyah yang juga mengurangi produksinya karena keterbatasn bahan baku.
"Selain keterbatasan bahan baku, modal untuk membuat ikan asin lebih mahal sehingga keuntungan yang didapatkan sedikit bahkan berkurang setengahnya dari hari-hari sebelumnya," kata dia.
Ia menjelaskan, kondisi tersebut sangat menyulit pengusaha ikan asin karena pendapatan tidak bisa memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.
"Kita pasrah saja sekarang hingga harga dan stok bahan baku kembali normal," katanya.
Firmansyah harus menaikkan harga ikan asinnya karena jika tidak, ia akan merugi.
"Harganya kita naikkan karena kalau tidak begitu bisa rugi sebab biaya produksi ikan asin lebih besar dari pada pendapatan," katanya.
COPYRIGHT © ANTARA News Bangka Belitung 2017
"Harga garam dan ikan naik sehingga biaya produksi meningkat, sedang keuntungan turun," kata salah satu pengusaha ikan asin, Acui di Pangkalpinang, Selasa.
Ia menyebutkan, beberapa bulan ini selain harga ikan yang mahal, stoknya juga terbatas sehingga banyak karyawan yang diliburkan karena produksi ikan asin dikurangi.
"Sebelum harga garam naik dan stok ikan terbatas, produksi ikan mencapai 800 hingga 900 kilogram per hari. Setelah naiknya harga garam, produksi ikan asin menurun, hanya 100 kilogram dan paling banyak 200 kilogram per harinya. Terpaksa karyawan kita liburkan," katanya.
Ia menambahkan, harga garam sebelumnya Rp8 ribu perkilogram kini menjadi Rp11 ribu perkilogram begitu juga dengan harga ikan yang naik hingga dua kali lipat dibandingkan harga sebelumnya.
"Bagaimana produksi bisa lancar bila harga garam tidak turun dan ketersediaan ikan sedikit. Bisa-bisa banyak pengusaha ikan asin yang menutup usahanya," ujar dia.
Begitu juga dengan pengusaha ikan asin lainnya, Firmasyah yang juga mengurangi produksinya karena keterbatasn bahan baku.
"Selain keterbatasan bahan baku, modal untuk membuat ikan asin lebih mahal sehingga keuntungan yang didapatkan sedikit bahkan berkurang setengahnya dari hari-hari sebelumnya," kata dia.
Ia menjelaskan, kondisi tersebut sangat menyulit pengusaha ikan asin karena pendapatan tidak bisa memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.
"Kita pasrah saja sekarang hingga harga dan stok bahan baku kembali normal," katanya.
Firmansyah harus menaikkan harga ikan asinnya karena jika tidak, ia akan merugi.
"Harganya kita naikkan karena kalau tidak begitu bisa rugi sebab biaya produksi ikan asin lebih besar dari pada pendapatan," katanya.
COPYRIGHT © ANTARA News Bangka Belitung 2017