Jakarta (Antara Babel) - Rektor Institut Kesenian Jakarta (IKJ) Seno
Gumira Ajidarma menilai bahwa film Pengkhianatan G30S/PKI menarik untuk
dipelajari sebagai kasus, bukan untuk pencarian fakta sejarah.
"Jadi dia menarik untuk dipelajari sebagai kasus saja, bukan untuk dinikmati, apalagi untuk mencari fakta sejarah," ujar dia kepada Antara di Galeri Foto Jurnalistik Antara, Jakarta, Jumat malam (22/9).
Ia menilai Arifin C Noer dapat menata pemain dengan bagus sehingga menarik, tetapi secara keseluruhan ia menyebut film berdurasi 271 menit itu merupakan film propaganda.
"Itu filmnya menyebalkan," kata Seno.
Terkait nonton film bareng Pengkhianatan G30S/PKI yang disebut untuk mencegah tumbuh kembalinya ideologi komunis, menurut dia, tergantung pada penilaian apakah memang dibutuhkan oleh orang banyak.
Sementara mengenai keinginan Presiden Joko Widodo untuk pembuatan ulang film agar sesuai dengan generasi muda, Seno menilai hal tersebut dapat dilakukan untuk membuat versi baru dengan pandangan lain.
"Boleh, bisa, artinya pendapat orang sekarang bagaimana, dalam ngomongin peristiwa 1965. Setiap orang boleh bikin versinya, pengkhianatan boleh, lainnya juga boleh," ucap dia.
COPYRIGHT © ANTARA News Bangka Belitung 2017
"Jadi dia menarik untuk dipelajari sebagai kasus saja, bukan untuk dinikmati, apalagi untuk mencari fakta sejarah," ujar dia kepada Antara di Galeri Foto Jurnalistik Antara, Jakarta, Jumat malam (22/9).
Ia menilai Arifin C Noer dapat menata pemain dengan bagus sehingga menarik, tetapi secara keseluruhan ia menyebut film berdurasi 271 menit itu merupakan film propaganda.
"Itu filmnya menyebalkan," kata Seno.
Terkait nonton film bareng Pengkhianatan G30S/PKI yang disebut untuk mencegah tumbuh kembalinya ideologi komunis, menurut dia, tergantung pada penilaian apakah memang dibutuhkan oleh orang banyak.
Sementara mengenai keinginan Presiden Joko Widodo untuk pembuatan ulang film agar sesuai dengan generasi muda, Seno menilai hal tersebut dapat dilakukan untuk membuat versi baru dengan pandangan lain.
"Boleh, bisa, artinya pendapat orang sekarang bagaimana, dalam ngomongin peristiwa 1965. Setiap orang boleh bikin versinya, pengkhianatan boleh, lainnya juga boleh," ucap dia.
COPYRIGHT © ANTARA News Bangka Belitung 2017