Jakarta (Antaranews Babel) - Pemerintah perlu lebih menyoroti dampak kebijakan penyesuaian harga bahan bakar minyak (BBM) nonsubsidi terhadap inflasi terutama kaitannya dengan daya beli warga.

Anggota Fraksi Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Ecky Awal Mucharram dalam keterangan tertulis, Selasa, menilai langkah penyesuaian harga BBM nonsubsidi sejak 24 Februari lalu dinilai akan semakin memberatkan rakyat.

"Tentu, daya beli akan kembali terganggu karena langkah ini menyulut inflasi," kata Ecky Awal Mucharam dan mengingatkan bahwa pengaruh inflasi tidak bisa dibatasi pada kelompok tertentu saja.

Ia menyatakan bahwa inflasi pada akhirnya juga dinilai akan lebih menekan bagi rakyat kecil, meski kebijakan yang diambil tidak terkait dengan kepentingan mereka.

"Dengan demikian, agak sulit juga memperbaiki ketimpangan, jika harga barang-barang pokok terus diintervensi," paparnya.

Ecky juga mengemukakan, pertumbuhan ekonomi memiliki tendensi melambat, karena perlambatan konsumsi rumah tangga akibat penurunan daya beli.

Di tempat terpisah, Gubernur Bank Indonesia Agus Martowardojo memperkirakan kenaikan harga BBM nonsubsidi di Februari 2018 akan mengerek inflasi secara langsung.

"Tetapi secara umum inflasi kita masih sesuai target inflasi yaitu 3,5 plus minus satu persen," kata Agus di sela Konferensi Tingkat Tinggi BI-IMF "New Growth Models in a Changing Global Landscape" di Jakarta, Selasa

Berdasarkan Survei Pemantauan Harga BI hingga pekan ketiga Februari 2018, inflasi bulanan di Februari ini sebesar 0,19 persen dan secara tahun ke tahun sebesar 3,25 persen (yoy).

Namun perkiraan inflasi tersebut belum merekam dampak dari kenaikan harga BBM nonsubsidi.

Terkait dengan inflasi, Pemerintah juga dinilai harus dapat benar-benar memastikan ketersediaan bahan pangan untuk seluruh wilayah di Indonesia dalam rangka menjaga harga guna mencegah terjadinya inflasi.

Peneliti Center for Indonesian Policy Studies (CIPS) Novani Karina Saputri mengatakan lima bahan pokok yang relatif mengalami kenaikan harga per satuan di bulan Mei hingga Desember 2017 adalah beras, daging sapi, garam, kedelai dan susu.

Kenaikan harga lima bahan pokok makanan ini dipicu oleh beberapa hal, di antaranya adalah kenaikan harga beras yang terbilang cukup signifikan dan dinilai disebabkan oleh tingginya jumlah permintaan akan beras yang tidak dapat dipenuhi oleh jumlah beras yang diproduksi.

Menurut dia, tingginya harga komoditas pangan ini disebabkan karena ketidakmampuan produksi dalam negeri untuk memenuhi jumlah permintaan konsumen di pasar sehingga membuat harga pangan konsumen melambung.

Pewarta: Muhammad Razi Rahman

Editor : Rustam Effendi


COPYRIGHT © ANTARA News Bangka Belitung 2018